JAVASATU.COM-MALANG- Dalam nuansa awal bulan Suro, alias bulan Muharam, Kompleks Makam Ki Ageng Gribig Kota Malang memiliki acara tersendiri untuk mencerminkan pentingnya momen pergantian tahun sebagai momen lembaran baru kehidupan.
Hampir sama dengan daerah lainnya, namun berbeda, yakni membuat bubur khas bulan Suro yang dinamakan ‘Mbabar Mbubur Suro’. Dilakukan tepat di 1 Muharam.
Ketua Pokdarwis Kampung Gribig Religi (KGR), Devi Nur Hadianto menjelaskan, penyelenggaraan Mbabar Mbubur Suro ini relatif baru. Di awali di tahun 2020 yang kala itu masih pandemi Covid-19. Hal ini sekaligus memberikan kekhasan sebagai langkah strategis menarik wisatawan untuk berkunjung.
“Mbabar mbubur suro ini kita awali di era tahun 2020, dengan harapan jejak kami sebagai objek wisata religi meskipun pandemi tetap eksis dan berkelanjutan sampai sekarang,” Devi Nur menjelaskan, Kamis (20/7/2023).
Sebagai kegiatan yang sarat dengan budaya Jawa, Devi menjelaskan arti dari warna putih pada bubur suro. Salah satunya adalah warna putih sebagai warna watak yang diharapkan untuk terus berprasangka baik.
“Bagi kami, Jenang Suro dengan watak putihnya menandakan bahwa ini awal tahun, awal doa. Kita orang jawa hendaknya selalu berbaik sangka,” terangnya.
Di tahun ini, jumlah beras ketan yang dijadikan bubur hampir perkiraan 20 kilogram, jumlah itu akan menghasilkan hingga 300 takir (wadah bubur).
“Nanti kita sebarkan ke semua masyarakat yang hadir, ziarah, nyekar, dan semua yang hadir di komplek makam ini,” imbuh Devi.
Tidak hanya di Kompleks Makam Ki Ageng Gribig, aktivitas pembuatan bubur juga dilakukan warga disebagian rumahnya masing-masing. Kemudian, bubur suro diarak dari rumah warga menuju Musala Kanjeng Surgi, musala yang berada di dalam kawasan Makam Ki Ageng Gribig.
“Bubur Suro kami memang keluar sifat gurihnya, enak. Intinya meski ini untuk dibagikan, harapan kami tetep dirasa sebagai sesuatu yang enak bagi pengunjung atau peziarah,” tandas Devi. (Jup)
Comments 1