JAVASATU.COM-PASURUAN- Suku Tengger yang berada di Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan juga ikut melaksanakan semua ritual Yadnya Kasada tahun ini. Termasuk Labuh Palawija Palawiji atau yang populer dengan istilah Larung hasil bumi ke Kawah Gunung Bromo.
Salah seorang Tokoh Masyarakat Tengger, Dharma Singgih mengatakan, Larung hasil bumi dilakukan pada kamis (16/6/2022) dini hari. Dimana hasil bumi dan hewan ternak dilemparkan ke kawah Gunung Bromo.
Sebelum melarung sesaji, warga Tengger dan para dukun pandita dari 4 kabupaten (Lumajang, Malang, Pasuruan dan Probolinggo), lebih dulu bersembahyang dan mengikuti ritual doa Yadnya Kasada.
Doa dipusatkan di Pure Poten Luhur yang berada di tengah lautan pasir Bromo dan dipimpin Ketua Dukun Pandita Sutomo.
“Larung itu jadi puncak semua kegiatan Yadnya Kasada. Jadi semua hasil bumi hingga peternakan dilarung ke dasar kawah Gunung Bromo. Diawali doa dulu oleh 3 pemuka agama dari Islam, Kristen dan Hindu,” katanya.
Dukun Pandita Kecamatan Tosari Sukarji menjelaskan, makna Yadnya Kasada. Mulai dari mengajarkan tidak sombong, terus bersyukur dan tidak takabur. Jadi, setiap mendapatkan rezeki selalu berbagi.
“Arti Yadnya Kasada, mengartikan bahwa setiap umat Hindu untuk hidup saling membantu, tidak sombong, tidak takabur, dan yang terpenting kita selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh sang pencipta. Dan kita setiap tahun harus ingat ke leluhur, dengan mengirim dan melarung sesaji ke kawah Bromo. Agar kita dilimpahkan rezeki, kesehatan dan diberi keselamatan dalam hidup,” jelas Sukarji.
Sementara itu, sebelum puncak Kasada, acara diawali dengan puja asisi bakti dukun pandita Tengger. Setelah itu dilanjutkan dengan upacara mulunen atau pengangkatan dukun baru. Barulah sebagai puncaknya digelar, upacara labuh ke kawan gunung Bromo mulai jam 3-5 pagi. (Saf)