JAVASATU.COM- Anggota DPRD Kota Malang Ginanjar Yoni Wardoyo, ST, MT menegaskan pentingnya penguatan pendidikan karakter di sekolah-sekolah.
Hal itu disampaikannya dalam kegiatan serap aspirasi masa persidangan akhir tahun 2025 yang digelar di AA Café & Resto Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kamis malam (13/11/2025).

Kegiatan yang dihadiri ratusan mayoritas guru dan tenaga pendidik dari wilayah Lowokwaru ini menjadi wadah bagi Ginanjar yang juga Wakil Ketua Fraksi Gerindra sekaligus anggota Komisi D DPRD Kota Malang untuk menyerap aspirasi dan masukan para pelaku pendidikan di lapangan.
“Pendidikan karakter ini bukan sekadar pelajaran di kelas, tetapi proses membentuk jiwa, mental, dan kepribadian agar siswa memiliki kendali diri di tengah derasnya arus digitalisasi,” ujar Ginanjar.
Menurutnya, penguatan karakter menjadi semakin penting di tengah maraknya kasus perundungan (bullying) dan kekerasan di sekolah.
Ia menilai fenomena tersebut harus menjadi alarm bagi seluruh pihak agar dunia pendidikan di Kota Malang tetap aman dan ramah bagi anak.
“Kasus bullying yang muncul di beberapa sekolah menunjukkan bahwa pendidikan karakter belum berjalan optimal. Kota Malang sebagai kota pendidikan harus juga menjadi kota yang ramah anak,” tegasnya.
Ginanjar menekankan, pencegahan bullying tidak bisa hanya dibebankan kepada guru atau sekolah, tetapi juga perlu peran aktif orang tua dan masyarakat.
“Keluarga adalah instrumen utama pendidikan karakter. Orang tua harus menjadi teladan, bukan sekadar memberi arahan. Anak belajar dari contoh nyata di rumah,” katanya.

Dalam dialog interaktif, sejumlah guru menyampaikan keluhan dan aspirasi.. Didik, perwakilan kelompok masyarakat, mempertanyakan peran komite sekolah yang kerap dijadikan alasan pungutan seperti penjualan Lembar Kerja Siswa (LKS).
Sementara Suhariyono, purna guru sekaligus Ketua Komite SDN Kesatrian 1, menyoroti menurunnya ketegasan guru dalam menegakkan disiplin siswa, termasuk soal kerapian dan tata tertib di sekolah.
Menanggapi hal tersebut, Ginanjar mendorong agar sekolah lebih berani menegakkan aturan tanpa harus takut disalahartikan, selama hal itu bertujuan membentuk karakter dan kedisiplinan siswa.
“Guru harus punya ruang untuk mendidik dengan wibawa. Tapi pendekatan tetap harus humanis dan membangun. Guru harus dilindungi, sudah ada payung hukumnya, sudah ada regulasinya. Agar guru nyaman dalam mendidik anak,” ujarnya.

Selain itu, Ginanjar juga menyoroti peran Pramuka sebagai instrumen penting dalam membangun karakter anak muda di era digital.
Ia mendorong agar gerakan Pramuka dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan berkontribusi pada visi Kota Malang sebagai kota kreatif dan pendidikan.
“Pramuka jangan hanya aktif di sekolah. Ia harus hadir di tengah masyarakat, menjadi wadah pembinaan karakter yang relevan dengan tantangan zaman,” katanya.
Politikus Gerindra itu memastikan bahwa seluruh aspirasi guru dan masyarakat yang hadir akan dibawa dalam rapat dengar pendapat bersama Organisasi Perangkat Daerah (OPD) sebagai bahan penyusunan APBD 2026.
“Masukan dari para guru akan kami perjuangkan agar terwujud dalam program konkret, terutama untuk penguatan pendidikan karakter dan pencegahan bullying di sekolah-sekolah Kota Malang, penguatan perlindungan hukum bagi guru saat mengajar. Agar tidak sedikit-sedikit guru dilaporkan,” pungkasnya. (saf)