JAVASATU-GRESIK- Bertempat di area persawahan Desa Dohoagung, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik, ratusan layang-layang dengan jenis train naga berjejer di laga puncak festival layang-layang Dohoagung seri V tiingkat Nasional. Warga sangat antusias menyaksikan festival yang digelar setahun sekali tersebut.
Salah satunya Iva warga Balongpanggang merasa sangat terhibur dengan adanya festival layang-layang tingkat nasional. Apalagi, lokasinya berada di dalam area persawahan desa. Menjadi hiburan tersendiri bagi ibu dua anak ini.
“Sangat senang terhibur, menarik. Tidak ada anginnya tidak apa-apa sebenarnya tidak menginginkan seperti ini tapi ditunggu saja,” ujarnya.
Layangan naga dinggap paling sakral dibanding dengan jenis lainnya. Pasalnya, selain modelnya yang megah, setidaknya membutuhkan empat orang hingga lebih agar bisa melayang. Maklum saja, kebanyakan layangan itu memilki panjang 75 meter sampai 100 meter.
Penerbangan layang-layang merupakan tradisi di desa setempat pada musim panas setelah panen padi. Tahun ini kali ke lima even festival berskala nasional digelar. Peserta dari luar Gresik turut meramaikan festival ini.
Butuh proses panjang untuk mengerjakan kerangka sampai menjadi layang-layang yang sempurna. Memakan waktu hingga empat bulan lebih. Bahan layangan terbuat dari kepingan berbahan fiber dan kain parasit. Kain ini cenderung tidak berat karena itu mudah diterbangkan.
Biaya pembuatan layangan naga ini juga beragam. Menghabiskan dana sekitar Rp 4 juta untuk membiayai proses pembuatannya. Namun ada juga yang sampai menghabiskan dana sekitar Rp 15 hingga Rp 30 juta lebih.
Ketua Panitia Festival Adieb Hazmy mengatakan, ada sekitar 300 peserta yang mengikuti gelaran layang-layang. Pihaknya sendiri membagi festival ini dengan tiga kategori lomba. Yakni layang-layang biasa hingga termegah seperti naga.
“Penilaian bawah 40 persen meliputi desain dan keindahan model layangan, sedangan penilaian 60 persen meliputi kestabilan saat mengudara kekompakan tim saat menerbangkan layang-layang,” kata pria berkacamata ini.
Sementara itu Camat Balongpanggang Jusuf Ansyori menuturkan, dengan adanya festival layang layang ini dapat menjadikan destinasi wisata Desa Dohoagung, dan meningkatkan hasil produk unggulan buah semangka, melon, garbis atau blewah serta meningkatkan UMKM produk unggulan Desa Dohoagung.
“Berharap dengan even tahunan ini, yang berskala nasional dapat mengangkat dan meningkatkan perekonomian warga masyarakat Desa Dohoagung serta kesejahteraan warganya” ungkapnya.
Bupati Gresik Fandi Ahmad Yani yang turut hadir ikut menerbangkan layang-layang. Menurut festival layangan merupakan kearifan lokal yang patut harus dijaga.
“Festival luar biasa menjadi hiburan tidak hanya di desa atau kecamatan jadi hiburan nasional karena peserta banyak dari luar gresik dan luar provinsi. Ini semangat kita keluar pandemi covid-19 karena festival layang-layang menjadi kearifan lokal benar benar kita jaga. Target kita ekonomi kerakyatan bangkit dari pandemi covid-19,” paparnya.
Tidak menutup kemungkinan, lanjut Bupati, festival layang-layang akan dibuat lebih meriah pada tahun depan. Karena perputaran ekonomi desa dan produk UMKM terbantu. Apalagi paska panen lahan pertanian masih banyak, bahkan telah panen buah melon dan blewah.
“Kedepan hasil panen bisa dihadirkan di festival ini. Karena kita punya target ekonomi kerakyatan,” tuturnya. (Bas/Nuh)