JAVASATU.COM-BOJONEGORO- Limbah ternak yang harus dibuang di Desa Kedungdowo Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro diolah oleh warga menjadi pupuk organik dan mendatangkan omzet menggiurkan.
Abdul Mukarom salah satu warga yang mengembangkan usaha tepatnya di Dusun/Desa Kedungdowo RT.02/RW.01 Kecamatan Balen mengatakan, limbah ternak itu peternakan warga. Kata dia, selama ini keberadaannya tidak dikehendaki sehingga harus dibuang. Usaha milik Mukarom dibawah binaan usaha pupuk Griyorojokoyo di desa setempat.
“Ternak (sapi) menghasilkan limbah berupa kotoran ternak (feces dan urine), serta sisa pakan ternak seperti potongan rumput, jerami, dedaunan, dedak, konsentrat dan sejenisnya. Di Kedungdowo ada 300 sapi dimana per ekor bisa menghasilkan kurang lebih 5 kg limbah setiap harinya” ungkap Mukharom seperti dilansir dari Bojonegorokab.go.id, Minggu (13/3/2022).
Dia menerangkan, usaha pupuk organiknya memiliki 20 pekerja. Sebagian besar yang bekerja adalah ibu-ibu.
“Ini bisa membantu pendapatan tambahan bagi keluarga mereka, terutama para ibu-ibu” kata Mukarom.
Harga produk kemasan hasil olahan limbah peternakan ukuran 25 kilogram dijual oleh Mukarom seharga Rp.25.000 dan kemasan 2,5 kg sebesar Rp. 5.000. Pemasarannya di wilayah Kabupaten Bojonegoro secara offline dan online.
“Satu hari menghasilkan 2 ton pupuk. Sebenarnya bisa lebih besar lagi namun terkendala kurangnya daya tampung tempat” ungkapnya.
Pupuk organik yang dihasilkan Mukarom dimanfaatkan untuk segala macam tanaman. Salah satunya dipakai untuk pupuk pisang cavendish yang menjadi primadona karena prospek pasar yang sangat menjanjikan.
“Terutama untuk segmen pasar modern, seperti minimarket dan supermarket hingga pasar internasional untuk pisang cavendish” imbuhnya.
Menurut Mukarom, pupuk kompos/organik merupakan salah satu pupuk favorit yang banyak digunakan karena berasal dari bahan yang tidak mengandung unsur kimia berbahaya dan bisa dibuat sendiri tanpa harus menggunakan alat-alat yang rumit. Tidak hanya itu saja, tanaman hias yang diberikan pupuk kompos biasanya akan menghasilkan daun, buah dan bunga dengan kualitas yang baik.
Selain Mukarom, Winarsih pemilik usaha Bank Sampah Mawar di Desa Kedungdowo juga memiliki usaha sejenis dengan omzet yang cukup baik.
Winarsih menceritakan usahanya berawal dari memanfaatkan bahan baku berambut yang melimpah dan keprihatinannya akan sampah.
Dirinya berinisiasi untuk membuat pupuk dan media tanam organik dengan bahan dari berambut dan kotoran hewan.
“Proses pembuatannya bahan dibakar selama 4 jam, setelah itu disiram, dan difermentasi selama 1 minggu. Ini dapat menghasilkan 16 bungkus dengan harga kemasan 2,5 kilogram sebesar Rp. 5.000 dengan omzet kurang lebih 1 juta per bulan. Alhamdulillah bisa menambah penghasilan, dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari” pungkasnya. (Bam/Saf)