JAVASATU.COM- Ketimpangan peradilan di Indonesia kembali menjadi sorotan lewat cara yang tak biasa. Seniman performance art Syamsu Soeid menyuarakan kritiknya melalui karya berjudul “TERCORENG”, yang dipentaskan dalam pembukaan pameran tunggal lukisan kontemporer Watoni di Gallery Daging Tumbuh, Yogyakarta.

Karya performance art ke-20 Syamsu ini menggambarkan potret buram sistem hukum yang kerap memutarbalikkan kebenaran dan melindungi kesalahan. “Tercoreng” menjadi simbol bagaimana nama baik atau kebenaran bisa ternoda, baik karena kesalahan sendiri maupun ulah pihak lain.
“Ketika kebenaran bisa dibengkokkan dan kesalahan dilindungi, di situlah keadilan kehilangan makna,” kata Syamsu, Senin (4/8/2025).
Lewat aksi panggung yang memadukan visual, simbol, dan gestur teatrikal, Syamsu menyuntikkan kesadaran kritis kepada penonton bahwa peradilan tidak hanya soal putusan, tetapi juga moralitas dan keberanian menegakkan kebenaran.
Pementasan “TERCORENG” di tengah pameran Watoni, yang dikenal lewat karakter lukisannya Pictolo, menciptakan dialog lintas medium seni. Watoni sendiri menampilkan karya-karya yang bercerita tentang realitas sosial dengan sentuhan simbolik.
Bagi Syamsu, performance art adalah medium yang paling tepat untuk menyampaikan keresahan kolektif. Sejak 2018, ia telah menciptakan 20 karya serupa yang selalu menyentuh isu kemanusiaan dan keadilan.
“Seni bukan sekadar estetika, tapi juga cermin untuk menyorot apa yang salah di masyarakat,” tegasnya.
Pameran tunggal Watoni berlangsung hingga 31 Agustus 2025. Kehadiran “TERCORENG” di pembukaannya bukan hanya menjadi tontonan, tetapi juga seruan moral bahwa keadilan yang tercoreng perlu diperbaiki, dimulai dari kesadaran publik. (saf)
Terima kasih