JAVASATU.COM- Liefta Afrilia Putri, mahasiswi asal Indonesia di Kairo, menginisiasi gerakan “Mesir Bergerak” dengan menggelar diskusi dan konsolidasi mahasiswa, aktivis, serta diaspora Indonesia di Mesir, Rabu (10/9/2025). Agenda ini digelar sebagai respons atas dinamika politik Indonesia pasca-peristiwa 25 Agustus yang memicu gelombang aksi demonstrasi.

Dalam forum bertajuk “Aksi Massa dan Masa Depan Demokrasi” di sekretariat IKMG Mesir, Liefta menyebut demokrasi Indonesia tengah mengalami kemunduran. Ia menyinggung arogansi oknum DPR, ketimpangan anggaran, serta tindakan represif aparat terhadap mahasiswa dan aktivis.
“Banyak teman-teman kita ditangkap, bahkan ada yang hilang. Warga sipil juga ikut jadi korban hanya karena berada di tempat yang salah saat mencari nafkah,” ujar Liefta.
Liefta juga menyoroti polarisasi masyarakat akibat provokasi politik di media sosial.
“Kita harus mulai bicara pakai pikiran, bukan emosi. Berbicaralah dengan kepedulian, bukan kebencian,” tambahnya.
Liefta berharap forum serupa bisa terus berlanjut.
“Untuk apa kita jauh-jauh belajar ke luar negeri jika abai pada kondisi bangsa? We choose to speak up, not to give up,” pungkasnya.
Diskusi dihadiri berbagai organisasi mahasiswa Indonesia di Mesir, termasuk Wihdah PPMI Mesir, HPI Ma’had, PIIM, IKMG, dan Masisirwati Speak Up. Sejumlah media partner juga turut hadir. Acara digelar swadaya, seluruh biaya ditanggung Liefta sebagai inisiator.
“Ini murni gerakan rakyat. Tidak ada kepentingan politik tertentu. Tujuannya membangun ruang diskusi sehat dan berpihak pada rakyat,” tegas Muh Rifat Arifin, ketua pelaksana.

Lima narasumber dihadirkan dengan materi seputar sejarah demokrasi, analisis politik aksi massa, hingga dugaan konspirasi di balik peristiwa 25–31 Agustus 2025. Diskusi juga diwarnai pembacaan puisi, orasi, dan pernyataan sikap menuntut pemerintah membuka ruang dialog dengan rakyat.
“Kami mahasiswa dan diaspora Indonesia di Mesir berdiri bersama rakyat. Kami mengecam segala bentuk kekerasan terhadap masyarakat sipil,” tegas Rifat saat membacakan deklarasi bersama.
Sebagai simbol solidaritas, peserta menandatangani banner berisi foto 11 korban yang gugur dalam aksi. Acara ditutup doa bersama dan pembagian sertifikat untuk narasumber serta panitia. (Vyka Igda Maharani, Mahasiswi asal Indonesia di Kairo)