JAVASATU.COM-MALANG- Meski diklaim sembuh dari penyakit mulut dan kuku (PMK) namun kondisi ternak sapi masih harus menjalani pemulihan lagi. Begitu yang dialami para peternak Kecamatan Pujon, Ngantang dan Kasembon atau wilayah Malang Barat.
Kondisi ternak saat ini, ada beberapa sapi yang secara tiba-tiba mengalami luka. Luka tersebut bahkan cukup parah, hingga keluar darah dan bernanah.
Luka itu kerap ditemui pada sapi yang baru saja mengalami gejala PMK. Biasanya, muncul pada bagian paha sapi, atau sedikit ke bagian belakangnya. Menurut sejumlah peternak di Pujon, luka tersebut ada yang sampai berlubang cukup dalam.
Rumaji peternak asal Dusun Jurangrejo, Desa Pandesari Kecamatan Pujon yang menerangkan bahwa dari keempat sapi miliknya yang terkena PMK, ada sebagian yang muncul luka terbuka secara tiba-tiba.
“Waktu PMK itu kan sapi ini berliur, dan kakinya terluka. Lalu yang parah itu, tiba-tiba sapinya ada luka hingga memborok di bagian pahanya,” terang Rumaji saat ditemui di kandang sapi miliknya, Kamis (1/9/2022).
Dari pantauannya, kondisi tersebut terjadi hampir di seluruh sapi yang ada di Dusun Jurangrejo. Dan memang kebanyakan muncul pada sapi yang terpapar PMK. Bahkan, juga tidak sedikit sapi yang mati, akibat PMK dan diperparah dengan luka tersebut.
“Kemarin itu waktu diobati, ada yang sampai nanahnya keluar muncrat. Mungkin kalau dihitung sudah ada sekitar seribu ekor sapi yang mati. 1 keluarga saja biasanya punya 2 ekor minimal. Ini ada yang sampai 9 ekor sapinya mati semua. Mungkin total ada sampai 1.000 ekor yang mati,” terang Rumaji.
Diakui oleh Rumaji, sejak wabah itu menyerang sapi-sapi miliknya, nyaris tidak dapat menghasilkan susu sama sekali. Sedang pada kondisi normal atau sapi dalam keadaan sehat, keempat sapinya bisa memproduksi hingga 25 liter susu perharinya.
“1 liter satu ekor sapi aja enggak keluar, apa yang mau disetor,” imbuhnya.
Namun begitu, atas upayanya secara mandiri, saat ini keempat sapinya sudah berangsur normal. Luka terbuka yang sempat ada di beberapa sapinya juga mulai sembuh.
Menurutnya, selama kurang lebih 15 tahun beraktifitas sebagai peternak dan mengandalkan hasil perahan susu, wabah PMK dengan berbagai gejalanya baru ia alami saat ini. Dan dia merasa hal itu cukup memukul kondisi ekonomi peternak.
“Kalau obat dari pemerintah kayaknya hampir enggak ada sama sekali. Jadi, ini mulai terkena PMK, sapi saya berlendir lalu sampai ada luka boroknya, itu pengobatan saya lakukan mandiri,” pungkas Rumaji. (Agb/Saf)