JAVASATU-MALANG- Selama ini harga jual hasil tangkapan nelayan di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang tergantung dari para pengepul ikan. Namun setelah dibantu oleh Founder Lembaga Konservasi Sahabat Alam Indonesia (SALAM), para nelayan bisa menentukan harga jual sendiri.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, setidaknya kurang lebih ada 40 nelayan di Pantai Kondang Merak beberapa tahun sebelumnya, menjual hasil tangkapannya dengan harga yang ditentukan oleh pengepul, yang kemudian menjualnya ke pasar atau ke pembeli lain.
“Saat ini nelayan di (pantai) Kondang Merak sudah bisa mandiri. Mereka bisa menentukan harganya sendiri, tanpa harus mengikuti harga dari pengepul,” ujar Founder Lembaga Konservasi (SALAM), Andik Syaifudin, yang konsisten mengawal hal tersebut, Senin (18/10/2021).
Dan saat ini nelayan di Kondang Merak bisa menjual harga tangkapannya lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Andik mencontohkan, salah satunya adalah gurita. Sebelumnya dalam setiap kilo, dijual paling tinggi dengan harga Rp 60 ribu, namun sekarang bisa mencapai harga Rp 80 ribu.
Sementara itu, lanjut dia, di daerah lain saat ini harga jual gurita dari nelayan juga masih relatif rendah, jika dibandingkan dengan harga jual dari nelayan Kondangmerak. Yakni berkisar di harga Rp 25 ribu hingga paling mahal hanya Rp 60 ribu.
“Sekarang masih belum bisa diduplikasi di daerah lain. Sebab, nelayannya masih belum mandiri. Banyak yang terjerat hutang. Atau juga ada alat tangkapnya dari para pengepul. Itu yang disinyalir membuat nelayan tidak bisa menentukan harga jual tangkapannya sendiri,” jelas Andik.
Namun, pihaknya berencana untuk tetap mengkampanyekan hal tersebut. Apalagi menurut Andik, langkah tersebut juga masih berkaitan dengan upaya konservasi.
“Karena kita bicara konservasi tidak akan pernah bisa ketika masyarakat perutnya lapar, pendidikan anak-anaknya terlantar, kesehatan keluarganya terganggu. Itu semua harus di urai satu persatu. Pada intinya, semakin lestari, semaki mensejahterakan,” pungkas Andik. (Agb/Saf)