JAVASATU.COM-MALANG- Partai Nasional Demokrat (NasDem) menilai, masih banyak masyarakat yang menelaah informasi yang sifatnya belum tentu isi kebenarannya dan itu sudah langsung diterima begitu saja. Lebih fatal lagi, informasi tersebut sudah di share kemana-mana.

Tidak bisa dipungkiri seiring perkembangan zaman juga diikuti pula dengan perkembangan teknologi. Maka perkembangan teknologi tersebut juga pasti mempengaruhi tersebarnya berbagai informasi. Baik melalui media massa maupun media sosial (medsos).
Dan dengan berkembangnya teknologi informasi yang terjadi saat ini seharusnya bisa dimanfaatkan untuk menguatkan masyarakat dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebab, di sisi lain perkembangan teknologi informasi juga menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat.
“Filternya harus tetap tahu. Mana media yang suatu saat menjadi alat pemecah belah, penyebar berita hoax, itu kita harus tetap paham dan tahu dan waspada. Filter harus ada di kita,” ujar Jajuk Rendra Kresna Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Timur (Jatim) Fraksi Partai NasDem, Senin (22/8/2022) saat melakukan sosialisasi wawasan kebangsaan yang bertema ‘Optimalisasi Peran Media Guna Mengembangkan Wawasan Kebangsaan’ di Malang.
Dirinya menilai bahwa hal tersebut harus bisa dipahami oleh masyarakat. Baik oleh anak muda yang kecenderungannya mendapat informasi lebih tinggi melalui teknologi yang ada, maupun orang tua yang sebagiannya mungkin gagap teknologi (gaptek).
“Yang kita sasar bagaimana anak-anak generasi muda maupun orang yang cenderung gaptek bisa memanfaatkan media untuk komunikasi dalam menguatkan antar generasi untuk menjaga Indonesia. Kalau ada sesuatu yang diketahui sudah tidak benar, kenapa harua dishare. Itu kan bagian dari menjaga indonesia,” jelas Jajuk.
Menyikapi hal tersebut Jajuk berharap agar masyarakat bisa lebih bijak dalam menerima informasi. Terlebih dengan marakanya masyarakat yang semakin aktif di dunia maya melalui media sosial. Yang biasanya disebut sebagai netizen.
“Apapun yang keluar dari media, itu adalah produk informasi. Tinggal nantinya mau menjadi netizen seperti apa. Netizen kan juga ada yang sifatnya membangun,” terangnya.

Selain itu, dirinya juga berpesan agar masyarakat bisa menyampaikan kritik dengan cara yang santun. Apalagi, jika dibalik kritik tersebut juga diikuti dengan sebuah solusi yang turut membangun.
“Jika itu sifatnya kritik dan dia punya solusi, maka sampaikan dengan bahasa yang santun. Pemerintah akan mendengar. Karena kesantunan adalah salah satu ciri Indonesia,” pungkas Jajuk. (Agb/Saf)