JAVASATU.COM-MALANG- Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Malang mempermasalahkan data yang tidak akurat dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Malang terkait hewan ternak sapi yang mati akibat terserang wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).

Wakil Ketua DPRD Kabupaten Malang, Sodikul Amin menyebut, ada perbedaan yang cukup besar soal jumlah sapi yang mati. Menurut DPKH Kabupaten Malang, ada sebanyak 138 ekor. Namun, data lain yang diterima dari salah satu Pemdes, jumlah tersebut merupakan jumlah ternak yang mati akibat PMK dalam satu desa.
“Penyajian data Dinas Peternakan itu tidak akurat. Di Malang Barat saja, itu ternak yang mati akibat PMK sudah hampir 2 ribu ekor,” ujar pria yang akrab disapa Amin itu, Kamis (14/7/2022).
Berdasarkan data yang dihimpun, di Desa Pujon Kidul Kecamatan Pujon, sampai saat ini ada 158 ekor sapi yang mati. Dari jumlah tersebut, 12 ekor diantaranya tercatat mati pada bulan Juli 2022 ini.
Sementara itu di Desa Pujon Lor, Kecamatan Pujon, hingga saat ini tercatat sudah ada sebanyak 143 sapi yang mati akibat PMK. Dan tercatat ada 12 ekor yang harus dipotong paksa.
“Dari dua desa itu saja jumlah sapi yang mati akibat PMK sudah hampir 300 ekor,” tegas Amin.
Menyinggung tentang vaksin, Amin meng-klaim masih berjalan 50 persen, dirinya juga tidak sepakat bahwa prosentase kesembuhan ternak sapi yang terpapar PMK mencapai 80 persen. Sebab, menurutnya DPKH Kabupaten Malang belum bisa menyajikan data dengan akurat.
“Artinya saya sepakat kalau 80 persen dari sapi yang terpapar PMK itu saat ini sedang perawatan atau treatment, belum kategori sembuh. Cuma lebih baik, dan menunjukan perbaikan. Makanya pendataan harus dilakukan lebih akurat, (Dinas Peternakan) harus turun, jangan hanya meminta-minta (data) saja,” tukasnya. (Agb/Saf)