Javasatu,Malang- Yugiantoro, salah satu petani asal Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang Jawa Timur mengeluh lantaran sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi di tengah pandemi Covid-19.
“Pupuk subsidi menghilang di pasaran sejak 1,5 bulan lalu saat pandemi Covid-19. Kalaupun ada pupuk subsidi itu adanya di pengecer resmi, tapi petani sulit mendapatkan, karena harus memakai Kartu Tani Indonesia (KTI, red)” ungkap Yugiantoro, Kamis (15/10/2020)
Bahkan ia mengaku bingung harus mengadu kemana, menurutnya pemerintah kurang serius dalam menangani pupuk subsidi untuk petani.
“Tidak semua petani memiliki KTI, apalagi namanya tidak terdaftar, ya terpaksa beli pupuk non subsidi, harganya sangat mahal sekali” terangnya.
Ditegaskan Yugiantoro, kelangkaan pupuk bersubsidi terjadi hingga saat ini, bahkan ia terpaksa tidak memberikan pupuk untuk tanamannya.
“Saya menanam jagung, tidak saya beri pupuk, gak kuat biayanya mahal sekali, dan hasil panennya jadinya buruk” pungkas Yugiantoro.
Selanjutnya diungkapkan anggota Kelompok Tani Sari Bumi I, petani asal Karangploso, Cecep Tri Prasetiyo, dulu pembelian pupuk subsidi cukup datang ke kios sudah bisa mendapatkan pupuk yang diinginkan.
“Tapi sekarang dengan program Pemerintah, pembeli pupuk bersubsidi harus memiliki KTI” ucap Cecep, Kamis (15/10/2020).
Menurut Cecep keberadaan KTI dinilai bagus, agar distribusi pupuk subsidi sesuai target dan tepat sasaran. Sayangnya, barangnya menghilang di pasaran, dan menjadi langka. Menyebabkan para petani kebingungan.
“Saya berharap, kelangkaan pupuk bersubsidi ini dipercepat agar petani bisa mendapatkan pupuk dan berproduksi dengan maksimal” pungkas Cecep. (Saf)