Javasatu.com
email: javasatu888@gmail.com
  • Beranda
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • EKONOMI
  • PEMERINTAHAN
  • POLITIK
  • HUKUM
  • OLAHRAGA
  • WISATA & KULINER
  • ESAI
Sabtu, 12 Juli 2025
No Result
View All Result
Javasatu.com
No Result
View All Result

Adat Istiadat Kota Batu, Tinjauan Sosiokultural

[Esai]

by Redaksi Javasatu
30 Desember 2023
Ilustrasi Kota Batu

Adat Istiadat Kota Batu, Tinjauan Sosiokultural

Oleh: Slamet Hendro Kusumo – Satupena Jawa Timur

Fakta historis adat istiadat Kota Batu, dikenal sebagai daerah persilangantigakerajaan, dengan berbagai artefak bertebaran di berbagai tempat, sebagai produkkultural dari Kerajaan Singasari, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Kediri. SedangkanKerajaan Medang Kemulan hanya ada di candi Songgoriti, itupun telah terjadi interaksi dengan Kerajaan Majapahit, berikutnya hanya ditemukan di satu tempat sajayakni di daerah Songgoriti. Latar belakang persinggahan tiga kerajaan tersebut, masyarakatnya tumbuh dan hidup di lembah yang dikelilingi oleh sejumlah gunung. Mulai dari Gunung Arjuno, Gunung Biru, Gunung Banyak, Gunung Bokongdan Gunung Panderman, serta sejumlah bukit. Ruang lingkup akitifitas ekonomi atauruang produktif hanya 40%, sedangkan yang 60% adalah Gunung, dari luas wilayahKota Batu, diperebutkan dengsn berbagai kepentingan.

Masyarakatnya hidup dengan mata pencaharian berbasis agraris. Sekarang, setelah Kota Batu yang berawal dari Kecamatan Batu, menjadi kota administratif Batudan berubah menjad Kota Madya Batu, komposisi mata pencaharian lebih dominansebagai kota pariwisata. Sedangkan masyarakat agraris menjadi terdesak danmengarah menjadi masyarakat jasa (pariwisata).

Van Peursen: Hakikatnya kebudayaan meliputi segala manifestasi dan kehidupan manusia berbudi luhur, serta bersifat rohani. Namun dewasa ini, kebudayaan diartikan sebagai manifestasi kehidupan setiap orang dan setiap kelompok orang.

KONTEN PROMOSI

Melihat dengan seksama, karakter dan identitas masyarakat Batu, adalahmasyarakat yang inklusif, hidup dalam perubahan. Oleh karenanya adat istiadat KotaBatu adalah adat istiadat alkulturasi, dikenal dengan budaya lor brantas dan budayakidul brantas. Pemahaman alkukturasi yang dimaksud, ialah campuran atau interaksi budaya bawaan pendatang dari berbagai wilayah di Pulau Jawa, yang dominanmewarnai gaya hidup kultural, di dalam komunikasi dan relasi sosialnya.

Dengan demikian kekhasan tersebut, adalah proses campuran dari migrasi yang beragam adat istiadatnya. Tentunya nilai-nilai gaya hidup kultural itu didasarkanatas konvensi-konvensi masyarakat lokal. Sebenarnya ada sumber-sumber lain yangbelum digali secara serius. Sumber-sumber itu tentu saja memiliki kekhasan yang lebih khusus (diferen), yang bisa digali dari legenda, mitologi, bedah krawang, tradisi punden dan cerita-cerita foklor, juga fabel. Menarik juga, perlu digali tentangimajinasi legenda gunung yang mengelilingi Kota Batu. Semua itu bisa dijadikansumber penciptaan yang akan melahirkan kekhasan daerah. Maka Lembaga Adat Desa (LAD), memiliki peran strategis berfungsi sistemik untuk menggali, mendokumentasi riwayat kultural, secara serius.

Pitutur Luhur: Andhap Asor, artinya jika kebiasaan dan perilaku memiliki sikap rendah hati, maka akan memperoleh keutamaan hidup. Keluhuran akal tersebut juga menjadikan seseorang tidak sewenang-wenang secara lahir batin. Maka akan terbuka, menghargai terhadap perbedaan dengan siapapun (inklusif).

Kota Batu berada dalam ketinggian, sebagaimana dalam rapat penting (pleno) Dewan Kesenian Jatim (DKJT), telah ditetapkan sebagai wilayah kultural datarantinggi. Mengingat masyarakat agraris Kota Batu telah memproduksi kultural denganciri inklusif, lugas, santun, ramah tamah, patembayan, kreatif, juga bersifat Wah, Weh, Woh. Wah artinya yang tampak di luar/eksitansialis, bersifat gelar. Weh artinya donoweweh, suka memberi, bersifat gelar. Sedangkan Woh adalah buah hasil dari tindakanyang sudah dipastikan bersifat gulung. Ketiga sesanti itu merupakan filosofi klausalitas.

BacaJuga :

Jangan Tunggu Kehilangan untuk Menyadari Arti Kehadiran

Ketupat: Antara Tradisi dan Nilai Religi

Mulder: Mengatakan bahwa masyarakat Jawa, sesungguhnya dalam hal kepribadian, hampir sama bersifat sosial.

Dalam hal ini karakter dan identitas, juga tersirat dan tersurat dalam lambang Kota Batu. Menyimbulkan keluhuran semesta alam dan manusia hidup di dalamnya. Sesanti (ajaran luhur), Hakarya Guna Mamayu Bawana (candra sengkala), berdiri pada tahun 1934 Jawa/1422 H. Serta Sesanti Praja Hanggayuh Luhuring Panembah (surya sengkala). Kedua Sesanti itu saling mengikat, holistik dan manunggal. Bentukabstraksi konsep ideologis ini merupakan kode etik dan moral. Melukiskanmasyarakat Batu dalam adat istiadat lebih ditekankan Guyup Rukun, bersama-samaserta kreatif untuk menghiasi keindahan semesta alam, dengan kebajikan, kebaikan, serta menjaga sistem mikrokosmos dan makrokosmos. Artinya lokal genius ini menjadi moral forse, tentang kelangsungan ekosistem dan ekokultural. Selayaknya ideologi tersebut menjadi konsep pembangunan hari ini dan masa yang akan datang (strategi kebudayaan).

Serat Jaya Baya, tentang cakra manggilingan, jaman iku owah gingsir. Artinya hidup itu bagaikan roda, terus berputar. Zaman itu selalu berubah. Sejarah dunia merupakan ritu kala (waktu) yang akan selalu berputra, ada zaman makmur, sejahtera ada kalanya zaman kacau balau, ada baik, ada buruk, ada makmur, ada mlarat silih berganti menghampiri nasib manusia.

Sedangkan pemerintah (eksekutif dan legislatif) sebagai pemegang kendali regulasi memegang teguh keteladanan, bermoral populis. Sebab cerminan moral
pemerintah seharusnya dilakukan secara sistemik dan eksekusinya merujuk sesanti lambang Kota Batu. Intinya konsep ideologi Kota Batu adalah Kota Bernuansa Desa.

Jika kedepannya kalau Kota Batu berubah seperti yang terjadi Singapura, alawesternisasi, maka akan kehilangan diferensiasinya. Bintik-bintik produk massal, hari
ini sudah berkembang, sebagai budaya Snowbis, hiburan dan cenderung memujaartifisial, sehingga produk semacam ini banyak pesaingnya. Oleh sebab itu perlupembetasan-pembatasan investasi yang bertolak belakang pada ideologi Kota Batu, perlu perhatian serius.

Relasi sosial budaya, khususnya adat istiadat tidak saja memuat nilai-nilai tentang kebiasaan-kebiasaan yang sudah ada (genetik) namun juga perlu pengembangan-pengembangan pemikiran yang futurisik, tanpa menisbikan warisanbudaya klasik. Akan tetapi sirkulasi proses penciptaan, selayaknya ditingkatkan, tidak hanya berputar-putar menciptakan produk kompilasi, akan tetapi penciptaan dikonstruksi juga dipentingkan sekali. Karena proses adat istiadat, sebenarnya adalahriset perjalanan empirik, berbentuk abstraksi. Perkembangan itu disesuaikan dengan perkembangan zaman. Agar mampu membuat tanda zaman, anak zaman, yang bervarian produk kulturalnya.

Terry Eagleton: Kebudayaan memiliki arti bukan saja eksklusif, melainkan juga kolektif terhadap identitas itu sendiri.

Hal inilah sangat dibutuhkan pemikiran inklusif dari semua pihak terkait. Perlu disadari juga, bahwa nilai adat istiadat juga penuh dengan dinamika, terkait
tentang kebenaran, keindahan dan manfaat. Sebab nilai itu ada yang bersifat subjektif (selera), objektif (ada pembanding), konvensi (hasil kesepakatan), fakta (apa yangsudah terjadi). keempat nilai ini selalu bertabrakan satu sama lainnya karena kepentingan masing-masing individu dan kelompok. Sehingga sangat dibutuhkan katalisator, yaitu kebersamaan dalam perbedaan. Sebab ciri khas itu bukanlah produkkebudayaan tunggal, akan tetapi jamak, yaitu plural. Mengapa demikian, keragamanadat istiadat tidak akan sama, karena setiap individu, kelompok, dipengaruhi oleh kondisi geografis, lingkungan, adat setempat (subkultur).

Bakker: kebudayaan adalah aspek imanen yang memperkaya pribadi manusia, untuk mengisi akal, rasa dan karsa, utamakan kebenaran, keadilan, akhlak, bakti, serta menghaluskan rasa indah dan cinta kasih.

Oleh karenanya, peran Lembaga Adat Desa (LAD), menjadi sangat vital. Memang sudah dibentuk Lembaga Adat ada dibeberapa Desa di Kota Batu, akantetapi belum menunjukkan fungsi sesungguhnya. Terkait dengan penggalian sumber- sumber muatan lokal untuk dijadikan produk kebudayaan yang terukur, berwibawadan berkualitas. Sehingga dibutuhkan suatu sistem besar dari tingkat Desa, Kecamatan hingga Kota yang terkoneksi secara sistemik. Sebab diperlukan suplaydana yang cukup dari pemerintah Kota. Juga dibuatkan tugas pokok dan fungsinyaagar lebih terukur. Artinya lebih diformalkan, agar kesulitan-kesulitan yang selama ini bisa teratasi. Intinya bahwa LAD tumbuh secara sporadis dan sekertarian.

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
Tags: SatupenaSatupena JatimSlamet Hendro KusumoSlamet Henkus

Comments 3

  1. ScoutVision says:
    7 bulan ago

    kata kata yang disampaikan terlalu akademis dan susah untuk dipahami. Kedua, penjelasannya masih dalam arti luas dan tidak dapat ditelaah dengan mudah karena kurangnya contoh dalam pembahasan.

    Balas
  2. Akaha Taufan Aminudin says:
    2 tahun ago

    Mantap surantap semangat dan motivasi Kota Batu Wisata Sastra Budaya terwujud
    Aamin ya rabbal alamin

    Balas
  3. Eko Windarto says:
    2 tahun ago

    Asyik, Ki Slamet

    Balas

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

BERITA TERBARU

Gerai Sembako Kopdes Merah Putih Desa Dapet Resmi Diluncurkan 

Lycoz Tampil Berani di Malang Fashion Runway 2025, Usung Blackpink Kebaya

ADVERTISEMENT

Paman dan Keponakan di Kota Malang Rebutan Aset, Ini Faktanya

PKPRI Gresik Bagi 100 Paket Sembako untuk Tukang Becak di Hari Koperasi

LSP Perkerisan Indonesia Lakukan Sertifikasi Kompetensi Nasional, Cetak Edukator dan Kurator

Prev Next

POPULER HARI INI

LSP Perkerisan Indonesia Lakukan Sertifikasi Kompetensi Nasional, Cetak Edukator dan Kurator

Polisi Selidiki Penyebab Kebakaran Pembangunan Gedung SMP Ponpes An Nur 3 Malang

Lycoz Tampil Berani di Malang Fashion Runway 2025, Usung Blackpink Kebaya

Umpatan “Ndasmu” Menurut Rasa Bahasa Jawa

Bordir Khas Malang Tembus World Expo Osaka 2025, ZAMA Wakili Indonesia

BERITA LAINNYA

LSP Perkerisan Indonesia Lakukan Sertifikasi Kompetensi Nasional, Cetak Edukator dan Kurator

TNI Bikin Kejutan Ultah untuk Jenderal Prancis di Tengah Latihan Bastille Day

Panen Raya di Deli Serdang, Panglima TNI: Ketahanan Pangan adalah Pertahanan Negara

AION UT Siap Meluncur, Mobil Listrik AI Bergaya Eropa Bidik Pasar Urban

Sebanyak 173 Prajurit TNI Pulang dari Kongo, Sukses Emban Misi Perdamaian

Prev Next

BERITA KHUSUS

DPRD Kabupaten Malang dan Bupati Sanusi Sepakat Perkuat Tata Kelola Daerah

RSUD Gresik Sehati Resmi Dibuka, Percepat Akses Layanan Kesehatan di Gresik Selatan

Prev Next

POPULER MINGGU INI

Santhi Puja di Pura Luhur Duwijawarsa Malang untuk Kesejahteraan Jawa Timur

Seragam dan Buku Habis Terbakar, Anggota Dewan Suyadi Kawal Pelajar SMPN 19 Malang

Umpatan “Ndasmu” Menurut Rasa Bahasa Jawa

Penutupan Porprov Jatim 2025 di Kanjuruhan Disorot: Anak Haus, Salat Terabaikan, Lighting Gelap

Prof. Dr. H. Ahmad Barizi, M.A: Ke Arah UIN Malang sebagai Ensiklopedi Ilmu dan Adab untuk Melahirkan Insan Kamil

KONTEN PROMOSI
  • Tentang Javasatu
  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Siber
  • Kode Perilaku Perusahaan
  • Perlindungan Wartawan

© 2025 Javasatu. All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

  • Beranda
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • EKONOMI
  • PEMERINTAHAN
  • POLITIK
  • HUKUM
  • OLAHRAGA
  • WISATA & KULINER
  • ESAI

© 2025 Javasatu. All Right Reserved