Mengenang Azyumardi Azra
Oleh: Akaha Taufan Aminudin
Anggota Dewan Penasehat Satupena itu telah berpulang. Tentu saja semua merasakan kehilangan dan kesedihan yang mendalam atas wafatnya cendekiawan yang luar biasa ini, Prof. Dr. H. Azyumardi Azra, M.A., M. Phil., CBE. Salah satu warisannya adalah kritik dan nasihat tentang penegakan hukum di Indonesia, yang menurutnya, masih perlu direformasi.
Ketua Dewan Pers ini berpendapat bahwa Indonesia memerlukan reformasi jilid-2, terutama dalam bidang hukum. Pada kasus Sambo misalnya, terlihat jelas bahwa hukum telah direbahkan oleh penegak hukumnya sendiri. Rekayasa kejahatan pembunuhan ternyata dilakukan polisi — oleh mereka yang seharusnya menegakkan hukum. Demikian kurang lebih kritik yang terlontar dari Azyumardi Azra.
Indonesia memang ironis. Katanya pancasilais dan religius, tapi tidak malu-malu melakukan korupsi. Bahkan ada rektor perguruan tinggi yang ditangkap dengan tuduhan korupsi. Pelaku korupsi juga kerap mendapat potongan hukuman besar. Karenanya, agenda
pembaharuan hukum mutlak diperlukan.
Inilah puisi saya terkait kritik Azyumardi Azra tersebut:
Demokrasi Cacat
Oleh: Akaha Taufan Aminudin
Berjuang usul revisi, membangun
kepolisian dalam demokrasi.
jangan jadi tongkat, membawa rebah penegakan hukum.Reformasi selama dua puluh tahun
belum membawa hasil
Demokrasi cacat dan
HP kita dibajakIndonesia menjadi negara gagal,
negara yang tidak mampu
menegakkan hukum dan keadilan
bagi warga negaranya.Hukum tumpul ke bawah,
harusnya hukum tajam ke atas.
Terjadi tajam ke bawah,
tumpul ke atas.“Maka Polri harus direformasi”
(Kota Batu, 5 Oktober 2022)
Azyumardi Azra bukan hanya piawai dalam mengkritik situasi negeri. Sebelumnya, ia sudah tercatat sebagai intelektual dan akademisi Indonesia yang mendunia, khususnya dalam sejarah Islam Nusantara dan Asia Tenggara. Ini dimulai dari disertasinya di Universitas Columbia, yang kemudian diterbitkan beberapa penerbit kelas atas dunia.
Diterjemahkan pula ke dalam bahasa Indonesia, buku tentang jaringan ulama ini lalu melambungkan namanya. Karya ini mampu membuka mata dunia, khususnya Barat, tentang jaringan ulama Nusantara dan Timur Tengah, beserta pengaruhnya, yang muncul dan berkembang pada abad ke-17 dan 18.
Sebelum buku ini terbit, belum ada kajian serius yang menjelaskan secara komprehensif tentang jaringan ulama Nusantara dan sekitarnya dengan ulama Timur Tengah. Kajian-kajian terdahulu memang ada, misalnya mengenai beberapa tokoh ulama Melayu Nusantara. Namun, kebanyakan studi tentang Islam di wilayah Nusantara pada periode ini mendasarkan diri pada sumber Barat. Terkadang, bahan kajiannya bercampur dengan sumber lokal. Sementara, disertasi Azyumardi Azra dominan mengambil sumber berbahasa Arab.
Era ini, berdasarkan penelitian Azyumardi Azra, merupakan periode penting yang memuat gagasan pembaharuan Islam dari Nusantara, yang tersebar karena kekuatan jaringan para ulamanya, yakni jaringan ulama Nusantara dengan ulama Timur Tengah. Semua ini tentu saja menunjukkan kekuatan ulama Islam Nusantara pada saat itu beserta pengaruh pembaharuan yang mereka usung.
Telah banyak peneliti kelas dunia memberi pujian terhadap karya besar tersebut, salah satunya dari Karel Adriaan Steenbrink, seorang sejarawan asal Belanda, yang banyak menelaah sejarah keagamaan dunia. Ia berkomentar kurang lebih sebagai berikut, “Karya ini (merupakan) langkah ke depan yang sangat penting bagi penulis sejarah Islam di Asia Tenggara. Topik yang di ambil bukan topik kecil-kecilan, … tetapi memang topik yang betul-betul komprehensif.”
Atas jasa-jasanya, berbagai penghargaan telah diberikan kepada Azyumardi Azra. Salah satunya gelar kehormatan “Commander of the Order of British Empire (CBE)”, dari Kerajaan Inggris.
Selamat jalan, Prof. Dr. H. Azyumardi Azra, M.A., M. Phil., CBE.; Sang intelektual teladan yang sangat rendah hati.
Semoga almarhum diampuni segala dosa-dosanya, diterima amal baiknya, dilapangkan kuburnya, serta mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Aamiin. (**)
(Kota Batu, 5 Oktober 2022)

Biografi Penulis:
Drs. Akaha Taufan Aminudin, lahir di Malang 26 April 1963, selaku Koordinator Persatuan Penulis Indonesia Satupena Jawa Timur.
Satupena Jawa Timur memiliki Sekretariat di Jalan Abdul Jalil 2 Sisir Kota Batu, Wisata Sastra Budaya 65314.
Ia sudah menerbitkan beberapa buku, utamanya puisi.

Terima Kasih suhu
Semangat Sepanjang Masa Succesfull Sedulur SatuPena SatuHati SatuJiwa SatuRasa KOMPAK KEBERSAMAAN sepanjang masa Succesfull Sedulur