email: javasatu888@gmail.com
  • Beranda
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • EKONOMI
  • PEMERINTAHAN
  • POLITIK
  • HUKUM
  • OLAHRAGA
  • WISATA & KULINER
  • ESAI
Javasatu.com
Jumat, 22 Agustus 2025
No Result
View All Result
Javasatu.com
No Result
View All Result

Berbagi Kasih Sayang Bersama FSI dan Arek Kepanjen

Dengarkan Keluh Kesah Lansia Buta, Ada Anak Didik yang Memulung

by Ayu
2 Oktober 2020
ADVERTISEMENT

Javasatu,Malang- Tidak hanya berbagi nasi, kali ini Food Sharing Indonesia (FSI) juga mengenal lebih dekat dengan penerima donasi. Bersama Organisasi Arek Kepanjen, tim mendengarkan keluh kesah mereka.

KOLABORASI: Food Sharing Indonesia bersama dengan Yonzipur dan Arek Kepanjen (AK) untuk berbagi makanan. (Foto: Ayu/Javasatu.com)

Perjalanan berbagi nasi dan kebahagiaan Food Sharing Indonesia (FSI) kali ini, Jumat (2/10) terasa berbeda. Berkolaborasi dengan Organisasi Arek Kepanjen (AK) dan Yonzipur, gerakan sosial FSI memberikan donasi nasi dengan cara mendatangi satu persatu penerima bantuan. Memberikan donasi berupa nasi kotak dan masker.

Berkeliling ke kawasan Pakisaji, Kepanjen, Ngajum, Sumberpucung, Gunung Kawi, Wonosari, Kromengan, Gondanglegi dan Bululawang. Beragam kisah miris mengiris hati menguras air mata ditemui oleh tim. Founder FSI, Shella Sabillah Alamri dan Dian Ayu Antika Hapsari tak kuasa menahan air mata.

BERBAGI: Potret saat pembagian makanan di kawasan Kabupaten Malang. (Foto: Ayu/Javasatu.com)

Ponidi, Kakek Buta Di Dalam Rumah Sempit

Seperti Mbah Ponidi, 88, warga Jalan Ardirejo, Kecamatan Kepanjen. Mbah Ponidi hidup sebatang kara. Buta sejak beberapa tahun yang lalu. Berjalannya dibantu tongkat. Rumahnya sempit dengan peralatan seadanya.

Kasurnya tipis, hanya dialasi kardus bekas agar lebih hangat. Tetangga kanan kirinya kondisinya tidak lebih baik. Beruntung, mereka semua bersedia membantu si Mbah yang dulunya tukang becak itu.

“Menawi sakit, nggih dibantu tanggi. Misal masuk angin nopo butuh dibeto ten griyo sakit (jika sakit, ya dibantu tetangga. Misal masuk angin atau butuh dibawa ke rumah sakit),” kata Mbah Ponidi yang pendengarannya masih jelas.

Sebetulnya Mbah Ponidi masih memiliki seorang anak laki-laki yang tinggal di Jombang. Hanya berkunjung sesekali saja. Ketika ditanya mengapa tidak tinggal bersama anaknya saja. Mbah menjawab dengan wajah sendu. Jawabannya membuat pilu.

BacaJuga :

Ilham Adnanto Terpilih Ketua Umum ESI Gresik Periode 2025-2028

Polres Malang Salurkan Bantuan untuk Korban Puting Beliung di Karangploso

“Di sana anak dan menantu. Kondisi mereka juga sama susahnya. Buruh serabutan. Saya nggak tega jika harus tinggal dengan mereka,” kata Mbah Ponidi.

Satinem, Nenek Tanpa Anak Yang Tegar

Kisah pilu lansia dampingan AK bukan hanya Mbah Ponidi saja. Di lokasi kedua, kami bertemu dengan Mbah Satinem, 87. Rumahnya di pinggir kali. Kondisinya tidak kalah memprihatinkan. Tidurnya di lantai hanya dengan kasur tipis, tikar dan terpal.

Mbah Satinem tinggal sendiri sudah puluhan tahun. Suaminya meninggal dunia, dan mbah yang suaranya masih lantang dengan pendengaran yang masih jelas pun tidak memiliki anak.

“La nopo wedi piyambakan. Wong tanggine nggih sae. Mboten perlu ajre (kenapa harus takut. Tetangganya baik-baik. Tidak perlu takut,” kata Mbah.

Di tempat lain, Mbah Kastin, buta dan tinggal sendiri. Warga Jalan Rojo Talun RT 8 RW 2, Dusun Boro Utara, Desa Curungrejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Dia pun tak memiliki anak.

“Nggadah bojo tapi mboten nggadah anak. Bojo kulo rabi ping tigo, mboten nggadah anak sedoyo (punya suami tapi tidak punya anak. Suami saya menikah tiga kali tidak punya anak semua),” katanya.

Rumahnya pun memprihatinkan. Dengan peralatan seadanya. Tidak ada peralatan elektronik di dalamnya. Bahkan radio tua pun tidak. Terdapat dipan di ruang tamu. Terlihat sajadah dan mukenah serta beberapa pakaian. Tongkat yang biasanya digunakan tuna netra tersandar di dinding.

“Mbah Kastin ini setiap saat berjalan dibantu tongkat, menuju mushola kampung. Beliau selalu salat jamaah di sana,” jelas Sulis Nur Hayati, Manager Divisi Pendidikan dan Perempuan Sumber Daya Manusia.

Saat masuk ke rumahnya, pencahayaan sangat minim. Mbah Kastin bercerita, aliran listriknya diputus oleh tetangganya. Selama ini, mbah mendapatkan aliran listrik dengan menyalur dari tetangga.

Bukan karena tak mampu membayar. Tapi karena Mbah terlibat perselisihan paham. Usut punya usut, si Mbah memiliki sebidang tanah yang ditanaminya dengan tanaman untuk menyambung hidup. Namun si tetangga kerap meletakkan kayu bakar sehingga tanaman milik Mbah mati dan tak dapat tumbuh.

“Sekali saya diamkan. Kemudian karena tanaman saya mati. Saya tegur. Ternyata orangnya tidak terima. Marah-marah dan diputus lampu saya,” cerita Mbah dengan bahasa Jawa dan suara yang lirih.

Selama Covid ini, sudah empat bulan Mbah tidak mendapatkan bantuan sembako. Beruntung ada tetangga yang baik hati kepadanya.

“Tetangga depan ini kalau pagi memberi saya sarapan. Kalau setelah salat isya saya diminta tidur di sana,” cerita Mbah.

Lain lagi dengan Mbah Kaseni, 78, warga Desa Wonokerso. Mbah Kaseni yang pendengarannya berkurang ini hidup seorang diri. Beruntung kedua matanya masih dapat melihat.

Saat tim datang ke rumahnya yang sederhana tanpa ada peralatan elektronik dan semua perabotannya kuno, Mbah menyambut dengan langkah tertatih dan badan yang membungkuk.

“Ini kaki saya sakit, sudah lama,” kata Mbah.

Mbah menyambut dengan senyum semringah. Namun untuk berkomunikasi, harus berteriak-teriak karena pendengarannya sudah jauh berkurang.

Menurut cerita tetangga Mbah Kaseni yang kerap menolong nenek renta ini, sebetulnya Mbah memiliki seorang putri. Namun kabarnya merantau ke Kalimantan.

“Pergi sejak ibu saya masih perawan sampai sekarang nggak pernah kembali. Kabar juga tak pernah ada,” kata Evi. Diperkirakan anak si Mbah sudah merantau selama 30 tahun dan tak pernah kembali.

Kebutuhannya banyak dibantu oleh warga sekitar. Terutama Evi. Mulai dari makan hingga kesehatan. Mbah Kaseni beruntung dikelilingi banyak orang baik. Relawan AK salah satunya.

Mbah Darning, Puluhan Tahun Menyendiri

Kisah paling pilu dialami oleh Mbah Darning, 84. Warga Jalan Monginsidi RT 4 RW 2, Dusun Sanggrahan, Desa Mangunrejo, Kecamatan Kepanjen ini hanya ditemani oleh seekor kucingnya. Puluhan tahun Mbah sendirian. Sebatang kara tanpa anak tanpa suami.

Rumahnya berdinding papan yang dicat warna putih. Jendelanya dibiarkan menutup dengan rapat. Ketika tim masuk, aroma minyak gas menyeruak dengan keras.

Kondisi rumahnya sangat memprihatinkan. Lampu menyala redup dengan suara radio tua yang sudah kehilangan frekuensinya. Mengeluarkan suara seperti dengkuran tak beraturan.

Langit-langitnya menjadi tempat yang nyaman bagi laba-laba bersarang dan berkembang biak.

Di meja Mbah dipenuhi peralatan makan yang kotor. Tidak ada makanan di sana. Rupanya sedari pagi Mbah belum makan. Pantas saja nenek dari Lumajang ini sangat senang menerima nasi kotak dari FSI.

“Mbah sampun dhahar (Mbah sudah makan)?” tanya salah satu founder FSI, Dian Ayu Antika Hapsari.

Kondisi rumah Mbah tidak bisa disebut rumah yang layak. Sampah dan barang rusak menumpuk menjadi satu. Begitu juga di kamar. Kasurnya tipis dengan bantal yang sudah kumal tanpa selimut. Barang kotor berserakan dimana-mana.

Tanpa sadar air mata menetes. Manakala menyaksikan Mbah begitu senang gubuk kecilnya didatangi oleh FSI dan AK. Banyak doa tulus dilontarkan dari bibir wanita renta itu.

Tak diminta, Mbah menengadahkan kedua tangannya. Meminta kepada Sang Khalik agar memberikan tim kesehatan dan kelancaran rejeki dan segala urusan. Meskipun kondisinya tidak sejahtera, namun Mbah Darning masih memiliki hati untuk mendoakan kesejahteraan orang lain.

“Mbah sudah kenyang hidup susah. Sampai makan batang pisang. Mbah mengucapkan terimakasih perhatiannya. Tidak ada yang memperhatikan Mbah jika bukan anak-anak (tim). Sekarang mbah tidak bisa melihat. Tolong beri mbah obat,” kata Mbah seraya menangis sesengukan dan memeluk Lis dan Tika.

Jika tidak terbatas waktu dan titik lain yang harus dikunjungi, ingin rasanya berlama-lama bersama dengan si mbah yang sebatang kara itu. Sedikit menjadi penghibur di usia senjanya yang mendung. Menemaninya dan mendengarkan kesahnya yang menyayat hati.

Aditya, Bocah 11 Tahun Sebagai Pemulung Untuk Mencukupi Kebutuhan

Tim harus melanjutkan perjalanan menguning anak didik AK. Anak didik ini berasal dari keluarga tak mampu. Kebanyakan adalah anak yatim bahkan yatim piatu.

Salah satunya adalah Aditya Saiful Anam, 11. Warga Desa Jenggolo, Kecamatan Kepanjen. Dia tinggal dengan ibunya di sebuah gubuk terbuat dari anyaman bambu.

Siswa SDN Jenggolo 2 kelas 5 ini setiap harinya memulung sampah. Hasilnya digunakan untuk mencukupi kebutuhannya dan ibunya.

“Setiap hari, setiap siang saya memulung sendirian. Sudah biasa sejak kecil diajak ibu memulung,” katanya yang memulung sambil mengayuh sepeda tuanya.

Lis menjelaskan, bentuk pendampingan AK kepada lansia dan anak didik bermacam-macam. Mulai dari mencukupi kebutuhan mereka, advokasi kesehatan hingga santunan.

“Kami juga memberikan pelatihan kepada anak didik. Agar mereka mendapatkan kemampuan dan life skill,” tutupnya. (Tik/Jup)


Foto Lainnya:

Foto: Ayu/Javasatu.com

1 of 13
- +

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook

BERITA TERBARU

Ilham Adnanto Terpilih Ketua Umum ESI Gresik Periode 2025-2028

Polres Malang Salurkan Bantuan untuk Korban Puting Beliung di Karangploso

ADVERTISEMENT

Amen Paling Serius: Kolaborasi TamaT, TerbujurKaku, dan Individual Distortion Rilis di Surabaya

2.650 Nelayan Gresik Belum Punya Kartu Kusuka, DKP Jatim Sosialisasi Perizinan

Pakar UMM: Agama Hanya Dijadikan Justifikasi Aksi Terorisme

Prev Next

POPULER HARI INI

Diskon Pajak 80% dari Bupati Yani, Warga Gresik Serbu Kantor Kecamatan Bayar PBB

Publik Nilai Tepat, Irjen Pol Suyudi Ario Seto Dipromosikan Jadi Komjen dan Kepala BNN

PKK Kecamatan Gresik Gelar Lomba Penyuluhan 10 Program Pokok, Dorong Kreativitas dan Kemandirian

Umpatan “Ndasmu” Menurut Rasa Bahasa Jawa

Kejati Jatim Sita Rp5,4 Miliar dan Tiga Bidang Tanah Dugaan Korupsi Pengadaan Lahan Polinema

BERITA LAINNYA

Amen Paling Serius: Kolaborasi TamaT, TerbujurKaku, dan Individual Distortion Rilis di Surabaya

Puspen TNI Terima Atase Pers AS, Perkuat Diplomasi Pertahanan lewat Komunikasi Strategis

KM Osela Tenggelam di Bangka Belitung, Bakamla Terjunkan Unsur Laut Bantu Cari Korban

PLN Dorong Perempuan Berdaya Lewat Seminar Women Empowerment di Pacitan

Panglima TNI Rotasi 414 Pati, Perkuat Regenerasi dan Soliditas Pertahanan

Prev Next

BERITA KHUSUS

DPRD Kabupaten Malang dan Bupati Sanusi Sepakat Perkuat Tata Kelola Daerah

RSUD Gresik Sehati Resmi Dibuka, Percepat Akses Layanan Kesehatan di Gresik Selatan

Prev Next

POPULER MINGGU INI

Diskon Pajak 80% dari Bupati Yani, Warga Gresik Serbu Kantor Kecamatan Bayar PBB

Publik Nilai Tepat, Irjen Pol Suyudi Ario Seto Dipromosikan Jadi Komjen dan Kepala BNN

Umpatan “Ndasmu” Menurut Rasa Bahasa Jawa

SDN Tanah Kalikedinding I Surabaya Meriahkan HUT ke-80 RI dengan Lomba Tradisional

PKK Kecamatan Gresik Gelar Lomba Penyuluhan 10 Program Pokok, Dorong Kreativitas dan Kemandirian

  • Tentang Javasatu
  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Siber
  • Kode Perilaku Perusahaan
  • Perlindungan Wartawan

© 2025 Javasatu. All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

  • Beranda
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • EKONOMI
  • PEMERINTAHAN
  • POLITIK
  • HUKUM
  • OLAHRAGA
  • WISATA & KULINER
  • ESAI

© 2025 Javasatu. All Right Reserved