JAVASATU.COM- Seringkali penonton televisi bertanya-tanya: apakah perdebatan sengit antar politisi di layar kaca itu asli, atau sekadar sandiwara? Di hadapan Deddy Corbuzier, Aiman Witjaksono membongkar “dapur” acara Rakyat Bersuara yang dipandunya.
Aiman mengakui bahwa televisi memang membutuhkan unsur hiburan (entertainment).
“Kalau kita hanya bicara substansi, namanya seminar,” ujarnya.
Namun, ia menolak jika debat itu disebut rekayasa. Ketegangan yang terjadi adalah nyata, namun dikelola dengan adab. Uniknya, sebelum mereka “saling bunuh” argumen di depan kamera, para narasumber yang berseberangan ini dikumpulkan dalam satu ruangan tunggu (holding room) yang sama.

“Kita jadikan satu dan itu terbuka… Mereka ngobrol segala macam,” cerita Aiman. Di ruangan itulah mereka berinteraksi sebagai manusia biasa sebelum masuk ke arena debat. Hebatnya, setelah debat usai, sekeras apapun itu, para narasumber biasanya langsung pulang dan tidak melanjutkan pertengkaran di belakang panggung.
“Wartawan Enggak Boleh Netral”
Pernyataan paling kontroversial Aiman dalam wawancara ini adalah soal posisi jurnalis. Banyak yang mengira wartawan harus netral di tengah-tengah. Aiman membantah keras anggapan itu.
“Wartawan tuh enggak boleh netral. Wartawan harus berpihak,” tegasnya.
Namun, keberpihakan itu bukan kepada sosok atau tokoh politik, melainkan kepada nilai (value).
“Siapapun sosoknya, kalau nilainya bagus, dukung. Siapapun sosoknya, kalau nilainya jelek, kritisi,” jelas Aiman.
Prinsip inilah yang membuatnya sering disalahpahami. Ia pernah dituduh pendukung Jokowi saat Rocky Gerung walk out dari acaranya, namun di lain hari dituduh “kadal gurun” atau oposisi saat mengkritik pemerintah. “Itulah jalan yang benar. Di satu sisi dibilang pro ke sana, di sisi lain pro ke sini. Berarti kita ada di tengah-tengah,” ujarnya santai.
Ganti HP Tiap 6 Bulan
Risiko memegang teguh “keberpihakan pada nilai” ini tidak murah. Aiman mengaku kerap menerima serangan, mulai dari framing negatif hingga ancaman digital. Meski belum pernah mengalami doxing (penyebaran data pribadi) yang parah, ia melakukan langkah preventif ekstrem.
“Gua ganti handphone 6 bulan sekali,” aku Aiman. Langkah ini diambilnya untuk meminimalisir risiko peretasan dan kebocoran data di tengah panasnya iklim politik Indonesia. (Jup)
Sumber: Diolah dari kanal YouTube Deddy Corbuzier (Tayang: 3 Desember 2025)