JAVASATU.COM-MALANG- Pemerintah serius dalam menangani wabah penyakit mulut dan kuku pada hewan ternak. Dan Malang merupakan jujukan Satgas Penanganan PMK Nasional karena wilayah ini ditengarai paling banyak penyebaran wabah PMK.

Rapat koordinasi (rakor) yang di gelar di Koperasi SAE Pujon, dilakukan untuk percepatan penanganan wabah PMK pada Provinsi Jawa Timur, khususnya di Kabupaten Malang.
Koordinator Tim Pakar Satgas PMK Nasional, Profesor Wiku Bakti Bawono Adisasmito mengatakan, bahwa dalam penanganan PMK, pemerintah berusaha untuk terbuka. Baik dari segi informasi maupun mencermati permasalahan yang terjadi hingga ke daerah dalam penanganan PMK.
“Pemerintah pusat sangat peduli dan sangat terbuka untuk dapat menyelesaikan permasalahan ini. Kami akan menggali terus, informasi yang sekiranya bisa membantu dan apa yang bisa disupport secara nasional dari Pemerintah Pusat,” ujar Prof. Wiku, Rabu (20/7/2022).
Pendapat Prof Wiku, dalam menangani wabah PMK harus dilakukan semua unsur. Seperti peternak, pemda setempat hingga pihak Koperasi SAE Pujon yang membawahi peternak sapi perah.
Kendati angka kesembuhan dinilai cukup bagus, ternyata masih berdampak pada ekonomi masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari hasil perahan susu. Ini bisa dilihat dari produktifitas susu di Koperasi SAE Pujon yang turun hingga 50 persen.
Dari populasi sebanyak 21 ribu ekor sapi dengan belasan ribu yang terpapar PMK, produksi susu di Koperasi SAE Pujon saat ini hanya sebanyak 62 ton per harinya. Yang dalam kondisi normal, memproduksi 122 ton susu perharinya.

Menanggapi hal tersebut, Prof. Wiku mengatakan bahwa kondusifitas untuk menjaga ternak agar tidak keluar dan masuk harus tetap dilakukan. Sebab, hal tersebut juga menjadi salah satu kunci agar wabah PMK tidak semakin meluas. Apalagi, saat ini Pemerintah juga telah melakukan vaksinasi pada daerah-daerah yang memang terdapat penyebaran PMK.
“Harus menerapkan bio security yang bagus. Harus bisa menjaga kondisi keluar masuk (ternak), harus dijaga betul-betul. Walaupun jumlah sapi yang sembuh cukup banyak, namun produktifitasnya ternyata masih turun cukup besar. Semoga produktifitas (susu) nya bisa segera pulih,” pungkas Profesor Wiku.
Sementara itu, berdasarkan data yang dihimpun, hingga saat ini di wilayah Kecamatan Pujon tercatat, dari populasi ternak sapi perah sebanyak 21.200 ekor ada sebanyak 14.500 ekor sapi yang terpapar PMK. Dengan angka kesembuhan yang cukup bagus, yakni mencapai 12.500 ekor. Sedangkan tercatat ada sebanyak 681 ekor ternak yang mati. Dan ada 250 ekor yang dipotong paksa. (Agb/Nuh)