JAVASATU.COM-MALANG- Kamis, 14 November 2024, pukul 14.40 WIB menjadi waktu yang meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besar Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) di seluruh Indonesia. KH. Moensif Nachrowi Thohir, sosok sederhana sekaligus inspirasi perjuangan kader IPNU, berpulang ke rahmatullah.

Kepergian Kiai Moensif tidak hanya membawa kesedihan, tetapi juga menyisakan semangat yang terus menggema di hati para kader. Sebagai salah satu saksi hidup berdirinya IPNU, ia dikenal sebagai penjaga ingatan sejarah organisasi pelajar di bawah naungan Nahdlatul Ulama.
“Kiai Moensif menjabat sebagai Sekretaris Umum IPNU di era kepemimpinan Prof. KH. Moch. Tholchah Mansoer. Beliau adalah salah satu, mungkin satu-satunya, pengurus awal IPNU yang masih dapat ditemui oleh kader dalam satu dekade terakhir. Keteladanannya sangat berharga,” ujar Ilman Ardy Chalim, Ketua IPNU Kota Malang periode 2021-2023, Kamis (21/11/2024).
Penjaga Memori Sejarah
Dikenal sebagai pribadi sederhana, Kiai Moensif sering berbagi cerita tentang masa-masa heroik IPNU. Salah satu kenangan yang sering diceritakannya adalah momen ketika Presiden RI pertama, Ir. Soekarno, hadir dalam deklarasi dan pelantikan pertama IPNU di Kota Malang.
“Saat itu, Bung Karno bukan hanya presiden Indonesia, tetapi juga tokoh penting dalam peta politik dunia. Kehadirannya di pelantikan IPNU menjadi legitimasi besar bagi organisasi ini,” ungkap Ilman Ardy Chalim menirukan Kiai Moensif.
Ia juga mengisahkan bagaimana Bung Karno memengaruhi gerakan kemerdekaan dunia pasca Perang Dunia II.
Kehadiran tokoh sekaliber Bung Karno dalam peristiwa penting IPNU menjadi tonggak sejarah yang memberikan nilai strategis bagi organisasi pelajar NU ini.
Warisan Nilai Luhur
Sebagai “jembatan hidup” antara masa awal berdirinya IPNU dan perjuangan era kini, Kiai Moensif mewariskan nilai-nilai perjuangan dan semangat belajar kepada generasi muda.
“Semangat belajar dan berjuang harus terus hidup dalam jiwa kader IPNU. Organisasi ini adalah rumah juang yang tepat,” pesan Kiai Moensif kepada setiap kader yang bertamu ke rumahnya.
Sorot matanya yang tajam hingga usia senja seolah menyampaikan pesan bahwa setiap capaian yang diraih saat ini adalah hasil perjuangan para pendahulu.
Pengabdian Abadi
IPNU, sebagai wadah kaderisasi pelajar NU, menjadi alat perjuangan Nahdlatul Ulama untuk membentuk generasi muda yang berkontribusi pada pembangunan bangsa.
Kepulangan Kiai Moensif diharapkan menjadi pengingat bagi para kader akan tanggung jawab besar yang harus dijalankan.
Selamat jalan, Kiai. Semoga Allah SWT menempatkanmu di sisi-Nya bersama para syuhada dan shalihin. Perjuanganmu akan terus hidup di hati para kader IPNU di seluruh Indonesia. (Dop/Arf)