JAVASATU-MALANG- Pemerintah Kota (Pemkot) Malang mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial (Medsos). Melalui Pemerintah Kecamatan Klojen menggelar pembinaan bijak bermedia sosial bagi anak-anak dan orang tua di Aula Kecamatan Klojen, Sabtu (4/12/2021).
Wali Kota Malang, H. Sutiaji di berbagai momen acapkali mengingatkan pentingnya membangun literasi digital demi menjaga esensi positif teknologi informasi dan komunikasi.
“Kita kumpul namun pikiran kita tidak kumpul”, ujarnya.
Sutiaji memandang fenomena maraknya ujaran kebencian, menebar aib, perdebatan kusir dan sikap memecah belah yang berseliweran akibat ketergantungan pada dunia maya seperti media sosial yang justru sering mereduksi silaturahmi.
Dalam forum itu, Camat Klojen, Drs. Heri Sunarko, M.Si saat membuka acara pembinaan berharap para peserta kegiatan yang belum lama ini dipilih menjadi pengurus Forum Anak tingkat kecamatan maupun kelurahan mampu menularkan pengetahuan ke keluarga dan teman-teman sebaya disekitarnya.
“Media sosial, internet silakan digunakan, tapi anak-anakku tersayang, tetaplah menjadi anak-anak yang tidak lupa akan budaya dan etika. Jaga diri sebaik mungkin terhadap kejahatan di media sosial”, ujar Heri.
Masih segar dalam ingatan kejadian perundungan siswi yang diunggah di dunia maya dan kini kasusnya dalam penanganan Polresta Malang Kota. Maka dari itu, Kepala Seksi Perlindungan Anak Dinsos P3AP2KB, Miswardhani S.Sos, menilai pembinaan bijak bermedia sosial sangat baik sebagai salah satu bentuk kegiatan preventif edukatif untuk menguatkan Malang menuju Kota Layak Anak.
Sementara itu Kepala Seksi Layanan Informasi Publik Diskominfo, Pandu Zanuar yang didapuk menjadi narasumber membagikan beberapa tips bijak bermedia sosial.
Diantaranya dengan melindungi dan tidak membagikan data pribadi seperti nomor ponsel, rekening tabungan, kartu identitas diri, nama orang tua, tanggal lahir hingga riwayat kesehatan dan tidak termakan rayuan membagikan foto pribadi yang mengeksploitasi aspek seksual diri.
“Adik-adikku semua, jangan pernah mau membagikan foto tanpa busana ke teman dekat apalagi orang lain yang baru dikenal Banyak sekali predator seksual dengan berbagai modusnya. Hati-hati”, imbau Pandu.
Selain proteksi data pribadi, lanjut Pandu, menjadi bijak di dunia maya juga penting dilakukan dengan menghindari sembarangan mengklik tautan yang tidak jelas atau memberikan persetujuan aplikasi tanpa membaca persyaratan, menyampaikan pendapat secara bebas namun tetap santun, tidak memproduksi atau ikut menyebarkan berita tidak jelas yang berpotensi hoaks, dan menghindari perundungan siber (cyberbullying).
Beberapa modus perundungan antara lain doxing (mempublikasikan data pribadi orang lain), cyberstalking (menguntit di dunia maya yang kemudian berujung penguntitan di dunia nyata), revenge porn (penyebaran foto/video asusila dengan tujuan balas dendam yang dibarengi dengan tindakan intimidasi dan pemerasan)
Pandu menggarisbawahi sebuah hal penting dalam perlindungan anak, yakni kehadiran orang tua yang memahami dan bisa menjalin komunikasi yang erat dengan anak-anak agar bisa mendeteksi sejak dini kejadian perundungan. Sebuah fakta dari riset cyberbullying statistics tahun 2021 mengungkap bahwa 62 persen remaja tidak mau menceritakan perundungan yang dialami kepada orang tua.
“Orang tua perlu hadir tidak hanya sebagai ayah atau ibu, tapi juga teladan dan sahabat dimata anak-anak”, pungkas Pandu. (*)