JAVASATU.COM- Sebanyak 130 pembina Pramuka dari berbagai daerah di Indonesia mengikuti Temu Nasional Kepramukaan yang digelar secara virtual melalui Zoom, Sabtu (27/12/2025). Kegiatan ini menegaskan peran strategis Pramuka dalam mencegah krisis karakter di kalangan remaja.

Temu nasional bertema “Peran Pembina Pramuka dalam Mencegah Krisis Karakter di Kalangan Remaja” tersebut diikuti pembina dari berbagai Kwartir Daerah, mulai Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, hingga Sulawesi Selatan.
Narasumber utama, Kak Kartik, Tim Pelatih Pusdiklatcab Semarang dan Pusdiklatda Jawa Barat, menekankan bahwa Satya dan Darma Pramuka bukan sekadar hafalan, melainkan harus diwujudkan dalam praktik pembinaan sehari-hari.
“Kode etik kepramukaan adalah wahana pendidikan karakter berkelanjutan. Pembina harus menjadi teladan dalam sikap, perilaku, dan tutur kata,” ujar Kak Kartik.
Dalam sesi diskusi interaktif yang dipandu moderator Kak Nanda, sejumlah pembina menyampaikan tantangan nyata di lapangan. Kak Ruly dari MI Al Azhar Bali menanyakan efektivitas waktu latihan.
Selain itu, Kak Hadi Prawira, Pembina Pramuka MA An-Nur Bululawang, Kabupaten Malang, menilai Temu Nasional Kepramukaan menjadi ruang strategis bagi para pembina untuk saling berbagi praktik baik dalam menghadapi tantangan pembinaan karakter remaja.
Menurutnya, penguatan nilai Satya dan Darma Pramuka harus disesuaikan dengan dinamika generasi muda saat ini.
“Forum ini memberi banyak perspektif baru bagi pembina di lapangan, terutama dalam membangun kedekatan emosional dengan peserta didik agar nilai disiplin, tanggung jawab, dan toleransi dapat diterapkan secara konsisten,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, Kak Kartik menjelaskan bahwa durasi ideal latihan Pramuka adalah 2×30 menit untuk Siaga dan 2×40 menit untuk Penggalang, dengan format kegiatan yang fleksibel namun tetap substansial.
Isu kenakalan remaja juga menjadi perhatian. Kak Taufan dari MTsN 6 Jember mempertanyakan strategi penanganan perilaku menyimpang peserta didik. Forum sepakat bahwa pembina harus mampu memosisikan diri sebagai teman, serta menjalin kolaborasi dengan orang tua dan masyarakat.
Sementara itu, Muhammad Said dari SMPN 20 Makassar mengangkat persoalan kedisiplinan dan keterlambatan siswa. Solusi yang dibahas antara lain membangun hubungan psikis yang kuat serta melibatkan peserta didik dalam kegiatan produktif seperti pertanian untuk melatih tanggung jawab dan kemandirian.
Pembina senior Kak Bambang Sudaryanto menegaskan pentingnya kerja kolektif.
“Pembina tidak bisa bekerja sendiri. Harus bersinergi dengan pembina lain untuk menemukan solusi terbaik,” katanya.
Menutup kegiatan, Kak Kartik mengajak seluruh peserta untuk terus berinovasi dan berkomitmen dalam pembinaan karakter generasi muda.
“Perbedaan kecil dalam tindakan akan menghasilkan dampak besar. Mari menjadi Pembina Pramuka yang lebih baik demi generasi berkarakter positif,” pungkasnya.
Kegiatan ini ditutup dengan refleksi bersama bahwa nilai Satya dan Darma Pramuka harus dihidupi dalam tindakan nyata, bukan sekadar simbol pendidikan. (arf)