JAVASATU.COM- Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah punya cara unik menyambut mahasiswa baru (maba). Melalui Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB) 2025 yang digelar pada 15-16 Agustus, kampus ini mengusung tema “Bumi Budaya” untuk membangkitkan kembali kecintaan generasi muda pada tradisi lokal di tengah derasnya arus globalisasi.
Ketua Panitia PKKMB, Iqbal Bayu Satrio, menegaskan bahwa tema tersebut merupakan komitmen FIB Unsoed menjaga kearifan lokal Banyumas.
“Tema ‘Bumi Budaya’ terinspirasi dari filosofi Banyumas: Berbudi, Berbudaya, dan Berdampak. Kami ingin mahasiswa baru tidak hanya unggul akademik, tapi juga berkarakter luhur sesuai nilai budaya,” kata Iqbal.
PKKMB yang diikuti 1.164 mahasiswa baru itu dirancang bukan hanya seremonial penyambutan, melainkan perayaan budaya.
Hari pertama diawali dengan upacara penerimaan serta Expo Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang menampilkan musik, tari, hingga kreasi budaya.
Kegiatan ini juga memadukan nilai budaya dengan isu lingkungan. Mahasiswa diwajibkan mengenakan batik dan membawa tumbler sebagai simbol keharmonisan manusia dengan alam.
“Budaya itu bukan hanya seni, tapi juga kebiasaan hidup. Membawa tumbler adalah bagian dari menghargai semesta,” jelas panitia.
Melalui PKKMB 2025, FIB Unsoed ingin menegaskan bahwa pemajuan kebudayaan bukan hanya tugas pemerintah, tetapi tanggung jawab kolektif. Inisiatif dari institusi pendidikan menjadi langkah penting agar generasi muda tak tercerabut dari akar tradisinya.
“Untuk maju, kita tidak harus melupakan akar budaya. Justru dari sanalah kekuatan kita sebagai bangsa,” tutup Iqbal.
Sorotan utama ada di hari kedua dengan prosesi adat “Ngunduh Kaluwargi Ingkang Rawuh”, lengkap dengan tarian pembuka Cucuk Lampah, adu pantun, hingga pertunjukan tradisi Begalan khas Banyumas. Tradisi tersebut menyelipkan pesan filosofis tentang perjalanan hidup.
“Awalnya saya kira acara formal biasa, ternyata sarat makna budaya Banyumas. Sangat berkesan,” ujar salah satu mahasiswa baru.
Sastra dan Lingkungan Jadi Pesan Utama
Selain pertunjukan budaya, sastra juga jadi bagian penting melalui proyek “Persembahan 1000 Puisi” karya mahasiswa baru.
Budayawan sekaligus penulis Purbalingga, Agus Sukoco, turut hadir dan menyebut langkah ini sebagai bukti mahasiswa siap menjadi pelestari budaya.
“Generasi muda ini pewaris terkuat kebudayaan kita. Karya sastra mereka adalah buktinya,” kata Agus. (arf)