JAVASATU.COM-MALANG- Tiga dari total 5 mahasiswa Universitas Negeri Malang mempraktekkan cara membuat obat skabies menggunakan 100 persen bahan alami. Terobosan itu menarik mengingat banyaknya obat skabies di pasaran yang tak lepas dari obat kimia yang mengakibatkan sejumlah efek samping.
Masing-masing mahasiswa tersebut adalah Resti Novita Sari, Tariza Juliasih, Diva Natasya Maulidya, Nadya Sandya Putri, dan Yasmin Anggraeni. Kelimanya berhasil membuktikan kemampuannya dalam membuat obat skabies herbal.
“Bahan-bahannya 100 persen herbal. Sehingga tidak menyebabkan efek samping yang buruk kepada kucing. Sehingga 100 persen aman untuk kucing,”
Memang, secara fungsi, produk Scaras yang tengah digarap itu merupakan produk anti inflamasi yang hanya ditujukan kepada kucing. Sedangkan jenis produknya berupa nano spray yang penerapannya hanya perlu disemprotkan.
“Produk ini merupakan produk anti inflamasi skabies yang kami fokuskan ke kucing dengan bentuk nano spray. Sehingga lebih mempermudah penyerapan obat, sehingga lebih efektif,” jabarnya lebih lanjut.
Pemilihan daun kapulaga dan juga bunga kenanga bukan tanpa alasan. Menurut Resti, keberadaan kedua bahan tersebut sangat banyak di area Malang Raya.
“Keberadaan daun kapulaga dan bunga kenanga sangat potensial karena sangat banyak di Kabupaten Malang dan Kota Batu,” imbuhnya.
Sebagai proses pembuatannya, langkah pertama yang dilakukan adalah penyortiran guna mendapatkan bahan kualitas terbaik. Selanjutnya, daun kapulaga dan bunga kenangan dikeringkan selama 1 minggu yang selanjutnya dihaluskan menggunakan chopper.
Selanjutnya, bahan yang sudah halus itu diekstraksi menggunakan metode sokletasi agar kandungan flavonoid tidak banyak terbuang. Hingga akhirnya didapat rendemen kedua bahan untuk diterapkan teknologi nanoenkapsulasi di laboratorium kimia.
Terakhir, hasil nanoenkapsulasi di-homogenisasi agar menjadi hasil yang menyatu hingga dicampur bersama bahan-bahan pendukung lainnya melalui proses sentrifugasi.
Lebih lanjut, Resti menyampaikan, prevalensi penularan skabies dari kucing ke manusia menduduki di urutan kedua. Alasan inilah, produknya ini bukan semata-mata perihal bisnis, namun sekaligus mampu menjaga kesehatan lingkungan terutama bagi para pemelihara kucing.
“Dengan adanya prevalensi yang tinggi tersebut, menjadi konsentrasi bagi kita. Karena 47 persen masyarakat Indonesia sebagai pemeliharan kucing. Secara outputnya, kita menyembuhkan skabies kucing, outcome nya kita menjaga satu lingkungan yang berada di sekitar kucing,” Resti menjabarkan.
Walaupun produknya masih tergolong baru, produk Scaras ini telah berhasil terjual hingga ratusan buah dengan penerapan pemasaran yang tepat sasaran. Salah satunya melalui penjualan daring yang saat ini sedang tren.
“Sampai sekarang sudah diterima di masyarakat. melalui online, pemasaran profesional, konsinyasi, marketplace hingga offilne dengan harga Rp58 ribu,” pungkasnya. (Jup)