JAVASATU.COM- Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) melalui Program Pascasarjana menggandeng Kelurahan Pondok Labu, Jakarta Selatan, untuk menggerakkan ekonomi kreatif berbasis komunitas dengan fokus pada pemberdayaan perempuan. Kegiatan ini digelar sebagai bagian dari Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM).

Rektor Universitas Moestopo, Dr. H. Muhamad Saifulloh, M.Si., mengatakan kampus harus menjadi agen perubahan di tengah masyarakat.
“Kami ingin membuka ruang bagi perempuan dan komunitas lokal untuk mengembangkan potensi ekonomi dari aset yang dimiliki,” ujarnya, Kamis (7/8/2025) dalam keterangan tertulis.
Lurah Pondok Labu, Nachnoer Vemier Atom Arss, S.Si., MAP, mengungkapkan, dari total 58 ribu warga, lebih dari 26 ribu tergolong prasejahtera.
Menurutnya, kolaborasi ini sangat relevan dan bisa bersinergi dengan program Jampreneur Pemprov DKI.
“Saya berharap hasilnya tak hanya pelatihan, tapi juga lahir aplikasi atau platform digital untuk UMKM,” katanya.
Dalam pelatihan, Dr. T. Herry Rachmatsyah, M.Si. memperkenalkan metode Asset Based Community Driven (ABCD) yang menitikberatkan pada kekuatan dan potensi masyarakat.
Pendekatan ini meliputi lima tahap: Discovery, Dream, Design, Define, dan Destiny, dengan memanfaatkan sumber daya manusia, alam, infrastruktur, hingga jejaring sosial.
“Pendekatan ABCD mendorong masyarakat, termasuk kelompok perempuan, untuk menjadi aktor pembangunan dengan mengidentifikasi dan mengelola aset mereka sendiri,” jelas Dr. Herry.
Kaprodi Magister Ilmu Administrasi Publik, Dr. Harry Nenobais, menegaskan peran strategis perempuan dalam lima aspek ekonomi kreatif: pelaku UMKM, pelestari budaya, inovator, penggerak pemasaran, dan agen pemberdayaan ekonomi keluarga.
“Perempuan memiliki lima peran strategis dalam ekonomi kreatif, yaitu: sebagai penggerak dan pelaku UMKM, pelestari budaya dan kearifan lokal, inovator dan kreator, penggerak permintaan serta pemasaran, serta sebagai agen pemberdayaan ekonomi di tingkat keluarga dan komunitas,” papar Dr. Harry.
Kaprodi Magister Ilmu Komunikasi, Dr. Yunita Sari, menambahkan pentingnya komunikasi strategis dan partisipatif untuk mengatasi hambatan seperti lokasi pelatihan dan motivasi.
Ia mendorong kombinasi media digital dan tatap muka serta melibatkan tokoh lokal sebagai inspirasi.
“Pelatihan online, jadwal yang fleksibel, hingga melibatkan tokoh lokal sebagai role model adalah bentuk komunikasi partisipatif yang membumi,” jelasnya.
Sementara itu, Kaprodi Magister Manajemen, Dr. H. Jubery Marwan, M.M., memaparkan strategi pemberdayaan, mulai dari pelatihan fleksibel, akses permodalan mikro, mentoring pengusaha perempuan, pop-up market, hingga advokasi kebijakan pro-gender.
“Pemberdayaan perempuan bukan hanya tentang pendapatan, tetapi tentang partisipasi, kualitas hidup, dan ketahanan sosial,” tegasnya.
Kegiatan ini akan berlanjut dengan pelatihan intensif, pendampingan bisnis, dan pengembangan platform digital untuk UMKM Pondok Labu. Universitas Moestopo menegaskan, pemberdayaan perempuan bukan sekadar meningkatkan pendapatan, tetapi juga memperkuat kualitas hidup dan ketahanan sosial masyarakat. (arf)