JAVASATU.COM-MALANG- International Celaket Cross Cultural Festival (ICCCF) ke-8 di kampung Celaket kota Malang berlangsung meriah dengan rangkaian acara sarasehan budaya hingga ritual tradisional.
Seminar nasional bertema pemajuan kebudayaan yang digelar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya pada Sabtu (26/10/2024) menjadi pembuka festival yang berlangsung selama dua hari, Sabtu-Minggu (26-27/10/2024).
Dalam seminar, Prof. Dr. Wahyudi Winarjo dari Universitas Muhammadiyah Malang dan arkeolog M. Dwi Cahyono menjadi narasumber yang membahas “Landscape Pemajuan Kebudayaan.”
Acara yang dibuka oleh Wakil Dekan 2 Universitas Brawijaya, Dr. Ahmad Imron Rozuli, dihadiri oleh mahasiswa asing dari negara-negara seperti Afghanistan, Mesir, dan Nigeria. Mereka sangat antusias mengikuti paparan tentang Kampung Celaket di Kota Malang.
Dwi Cahyono menjelaskan bahwa Kampung Celaket terletak di sepanjang aliran sungai Brantas dan merupakan kawasan bersejarah yang sudah ada sejak era Hindu-Buddha.
“Dulu, Celaket adalah kawasan pertanian dan menjadi lumbung padi. Namun kini, persawahannya telah hilang. Situs Mbah Tugu dan pohon loh yang ada di sana menjadi bukti sejarah dan kekayaan budaya kawasan itu,” kata Dwi.
Sementara itu, Prof. Wahyudi memaparkan empat strategi pemajuan kebudayaan: perlindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan.
Menurutnya, perlindungan dapat dilakukan melalui inventarisasi, pemeliharaan, dan publikasi, sedangkan pengembangan bertujuan memperkaya keragaman budaya.
“Pemanfaatan bertujuan membangun karakter bangsa, sementara pembinaan melalui pendidikan kebudayaan sangat penting,” jelasnya.
Setelah seminar, rangkaian acara berlanjut dengan ritual selamatan di situs Mbah Tugu dan Naditira Pratisan di tepi sungai Brantas. Prosesi ini termasuk arak-arakan tujuh tumpeng dan tarian magis yang menjadi daya tarik pengunjung.
Sabtu malam (26/10/2024), seniman pencak silat Kampung Celaket tampil memukau, sementara pada Minggu (27/10/2024), pengunjung dapat menyaksikan kesenian jaranan, bantengan, dan karnaval budaya yang diikuti 100 mahasiswa asing dari 40 negara.
Acara puncak menampilkan tari-tarian tradisional serta fashion show batik Celaket yang memperkaya keragaman ICCCF tahun ini. (Nuh)