JAVASATU.COM-MALANG- Menjadi seorang wakil rakyat, rupanya telah menjadi jalan yang dipilih oleh Zia’ul Haq. Seorang tokoh pemuda asal Kecamatan Pakis Kabupaten Malang yang sampai saat ini secara konsisten bergerak untuk terus menyuarakan aspirasi rakyat.

Zia’ul Haq mendapat amanah ketiga kalinya untuk kembali menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Malang. Ia akan bertugas untuk periode 2024-2029 mendatang.
Sebelumnya, selama dua periode berturut-turut yakni periode 2014-2019 dan periode 2019-2024, tentu telah banyak aspirasi yang ia jaring dari masyarakat. Untuk selanjutnya dikawal hingga dirumuskan menjadi program dan kebijakan pemerintah.
Tentu bukan perkara yang mudah baginya untuk dapat secara konsisten dapat berada di jalur perjuangan bersama rakyat. Latar belakangnya sebagai seorang aktivis kepemudaan, tentu cukup berbeda saat ia harus menjajaki sistem pemerintahan.
“Tentu jelas berbeda, bagaimana saat aktif dalam pergerakan, lalu masuk dalam sistem untuk tujuan yang sama. Sama-sama mengawal apa yang menjadi keresahan dan permasalahan sosial yang terjadi masyarakat, namun dengan skema yang berbeda, melalui sistem (pemerintahan),” jelas pria berkelahiran Gresik, 28 Agustus 1983 ini, Sabtu (29/06/2024).
Perjalanannya pun tentu bukan hal yang mudah. Beberapa batu sandungan pun pernah ia dapati dalam perjalanannya menapaki karir sebagai seorang wakil rakyat dengan modal kegigihan sebagai seorang aktivis.
“Yang sering tentu kita dituding macam-macam. Wakil rakyat, disebut dapat fasilitas pemerintah, bawa mobil mewah. Tapi saya pribadi, baik buruk perilaku seseorang, tentu pasti akan ada saja cacian yang datang. Namun setidaknya hal itu bisa kita buktikan, kebenarannya,” terang mantan anggota Malang Corruption Watch (MCW) ini.
Setidaknya, terpilih menjadi Anggota DPRD Kabupaten Malang untuk ketiga kalinya ini menjadi bukti bahwa masih banyak masyarakat yang menggantungkan aspirasinya untuk dititipkan kepadanya. Ia meyakini bahwa hal tersebut merupakan amanah yang besar.
“Ya mungkin kalau orang melihat, sekarang sudah berpakaian rapi, menggunakan mobil. Tentu kami tidak sebatas itu. Ada atau tidak ada, amanah dari rakyat sudah saya pedomani untuk terus saya bawa. Ini amanah yang besar,” tegas pria yang juga pernah menjadi Dosen Ilmu Politik di UB ini.
Dirinya pun berkomitmen untuk tetap berada di jalur pergerakan tersebut. Menurutnya, amanah menjadi seorang wakil rakyat bukanlah tujuan utama. Artinya, amanah tersebut ia tangkap sebagai bagian dari pilihan dan perjalanannya untuk terus membangun Kabupaten Malang.
“Kami harus mengedukasi warga. Ini bagian penting dalam perjalanan yang saya tapaki selama ini. Tentu sebelum berada di posisi ini, banyak pelajaran yang saya dapat dari para pendahulu. Termasuk pendidikan berpolitik dari Partai Gerindra,” kata Zia, sapaannya.
Sehingga, dirinya pun menilai bahwa sebagai seorang wakil rakyat, juga tidak menjadi penghalangnya untuk terus berbenah menjadi lebih baik. Baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat dan juga pembangunan di Kabupaten Malang.
“Dua periode, sepuluh tahun sudah berlalu. Apa (pelajaran) yang sudah saya dapat harus sejalan dan seimbang dengan apa yang telah saya perbuat. Belajar tak boleh berhenti, tentu selama sepuluh tahun yang telah saya lalui, banyak masalah yang saya hadapi, masyarakat yang perlu difasilitasi,” jelasnya.
Terlebih menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Malang mendatang. Dimana menurutnya, kontestasi politik bukan hanya soal bagaimana mendulang suara bagi pasangan calon (paslon) yang diusung.

Kondusifitas masyarakat di tengah perbedaan pandangan politik tentu harus tetap menjadi yang utama. Hal itu pun salah satunya juga ia tangkap dari sosok Presiden RI terpilih Prabowo Subianto.
“Pak Prabowo ini dua kali kalah di Pilpres, namun kekalahan itu tidak membuatnya menjadi oposisi atau bahkan total kontra dengan pemerintah. Banyak yang beliau perbuat hingga dapat menjadi Presiden untuk 2024-2029. Kondusivitas masyarakat jadi hal utama bagi Pak Prabowo,” tuturnya.
Hal itulah yang saat ini juga menjadi salah satu hal yang ia pedomani. Bahwa sebagai seorang anggota dewan, berjalan bersama rakyat tentu menjadi hal yang mutlak harus dilakukan. (Nuh)