JAVASATU.COM-MALANG- Harga cabai mahal berdampak langsung pada UMKM produsen sambal kemasan di Kota Malang. Henny Wardhani, pemilik sambal kemasan botol merek ‘MamaNi’ mengaku, selain harga cabai naik, mahalnya ongkos produksi, akibatnya keuntungan sangat tipis.
“Kami harus memutar otak melakukan penyesuaian. Terpaksa harus mengurangi volume produksi. Stok barang jadi juga ikut dikurangi,” kata Henny, Rabu (15/11/2023).
Untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam seminggu, sambal MamaNi yang berlokasi di kawasan Araya ini membutuhkan pasokan cabai sebanyak 1 kwintal.
“Cabai digunakan untuk membuat aneka varian rasa dan jenis sambal. Ini untuk menjangkau pangsa pasar lebih luas,” terang Henny.
Untuk mengatasi mahalnya harga cabai, Henny terpaksa harus memprioritaskan pesanan dari konsumen dan reseller.
“Agar aktivitas produksi tetap berjalan, meski permintaan dan margin produksi berkurang 30 persen,” urainya.
Kata Henny, meski harga cabai mahal, justru permintaan sambal botolan ‘MamaNi’ cenderung meningkat.
“Konsumen lebih memilih sambal botol mungkin karena praktis, hemat dan siap pakai,” kata Henny.
Henny berharap harga cabai kembali stabil, sehingga produksi dapat kembali berjalan normal.
Sementara itu, berdasar pantauan di sejumlah pasar di Malang, harga cabai mencapai Rp 100 ribu perkilogram. (Dop/Nuh)