JAVASATU.COM-GRESIK- Ditemani istri, Bupati GResik Fandi Akhmad Yani yang akrab disapa Gus Yani panen jeruk bareng petani di Desa Kebon Agung, Kecamatan Ujungpangkah, Sabtu (5/3/2022).
Sang istri, Nurul Haromaini Fandi Akhmad Yani yang biasa disapa Ning Nurul dengan setiap menemani dikala Gus Yani memetik buah jeruk meski terik panas matahari menyengat.
Di tempat itu, Gus Yani disambati petani terkait harga jeruk nipis anjlok. Gus Yani mengatakan, potensi ekspor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Jeruk Nipis asal Desa Kebon Agung, Kecamatan Ujungpangkah cukup besar. Setiap bulannya, desa itu mampu menghasilkan 2 – 3 ton buah jeruk nipis per hektare. Sangat disayangkan apabila harganya hanya kisaran Rp. 900 rupiah perkilogram.
Dikatakan Gus Yani, beberapa pasar luar negeri seperti Malaysia dan Singapura tertarik membeli jeruk asal Gresik dan terealisasi beberapa ton untuk dikirim perdana ke kedua negara itu. Untuk itu agar petani bisa terus berkembang ditengah kondisi saat ini, perlu adanya strategi pengembangan.
“Dengan kapasitas yang besar ini, perlu adanya strategi pengembangan salah satunya adalah jangkauan pasar yang tidak hanya di lokal, tetapi hingga ke pasar luar negeri dengan pendampingan terus menerus dan berkelanjutan serta selalu aktif berkomunikasi dengan para Atase untuk diberikan kesempatan promosi dan berlanjut sampai mendapatkan buyer di Singapura dan Malaysia,” jelas Gus Yani.
Desa Kebon Agung Kecamatan Ujung Pangkah, kata Gus Yani terdapat potensi jeruk nipis sangat luar biasa. Lahan kebun jeruk nipis seluas 450 hektare mampu menghasilkan rata-rata per hektare sebanyak 2 sampai 3 ton buah jeruk nipis per bulan, dan siap dipanen setiap bulan.
Dia berharap dengan mendorong sektor ekspor jeruk nipis asal Gresik bisa memacu percepatan pemulihan ekonomi daerah sekaligus merealisasikan dan mewujudkan Program Nawa Karsa Gresik Baru.
Selain dari sisi pemasaran, Gus Yani akan mendorong pengolahan jeruk nipis menjadi produk olahan bernilai ekonomis lebih tinggi seperti menjadi produk minuman cair, ekstrak, serbuk instans atau diolah menjadi produk sabuk dan kosmetik.
“Pengolahan ini sebagai solusi melimpahnya produk jeruk nipis, sehingga bisa berkontribusi mengurangi pengangguran, sekaligus meningkatkan kesejahteraan warga desa khususnya warga masyarakat Gresik,” katanya.
Gus Yani mengajak UMKM Gresik untuk terus semangat menembus pasar ekspor dan menjadikan Kebonagung sebagai desa devisa dari produk perkebunan.
Gus Yani juga sempat disambati masalah kelangkaan pupuk. Apalagi untuk merawat jeruk nipis ini dibutuhkan pupuk yang memadai. Dirinya berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan pendekatan terhadap perusahaan produsen pupuk agar dapat membantu kondisi seperti saat ini.
“Kita beruapa semaksimal mungkin untuk mengatasi kelangkaan pupuk. Mudah-mudahan dengan pendekatan yang kita lakukan dapat membuahkan hasil yang diharapkan, yakni pupuk tercukupi untuk para petani,” pungkasnya. (Kim/Nuh)