JAVASATU.COM-MALANG- Minggu (23/06/2024), bertempat di Akasia Ballroom Hotel Savana Kota Malang, Relawan Keberagaman Kota Malang menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Internalisasi Pancasila Dalam Kehidupan Beragama di Indonesia. Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama dengan Dwi Hari Cahyono, selaku Ketua Fraksi PKS DPRD Provinsi Jawa Timur, bersama berbagai unsur organisasi sosial, organisasi profesi dan komunitas kemasyarakatan di Kota Malang. Kegiatan ini juga turut mengundang seluruh partai politik di Kota Malang. Tercatat juga dalam daftar undangan sebanyak lebih dari 60 organisasi sosial kemasyarakatan di Kota Malang yang juga menghadiri.
“Juni adalah Bulan Pancasila. Hingga detik ini, berkat Pancasila kita tetap masih berdiri tegak kokoh sebagai sebuah negara yang berdaulat. Bahkan karena Pancasila, dunia saat ini mengakui bahwa NKRI adalah negara yang paling damai. Banyak negara-negara di dunia saat ini, telah mengakui Pancasila. Bahkan belajar dari Pancasila. Ke depan, mari kita jadikan Pancasila sebagai Budaya Dunia. Yang mampu mempersatukan dan mendamaikan dunia,” ungkap Dwi Hari Cahyono, yang lebih akrab disapa Mas Dwi, dalam pembukaan dan sambutannya.
Mas Dwi juga menyampaikan, bahwa saat ini sebagai sebuah bangsa yang besar, yang memiliki keberagaman dalam berbagai sendi kehidupan, justru sangat membutuhkan untuk memperkuat serta mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila.
“Itulah kenapa kegiatan internalisasi nilai-nilai luhur Pancasila ini sangat didukung untuk dilaksanakan, serta terus diperluas,” jelasnya menambahkan.
Menurutnya, ke depan harus terus digelorakan semangat berpancasila. Pancasila menjadi budaya hidup bersama. Pancasila menjadi nafas hidup bersama.
Sementara itu, Prof. Imam Suprayogo selaku narasumber utama, menyampaikan bahwa Pancasila memang sangat istimewa dan luar biasa jika dilihat dari pandangan negara-negara di dunia. Bahkan beberapa negara di dunia saat ini, justru banyak belajar dari Pancasila. Termasuk mengenang dan mempelajari Ir. Soekarno (Bung Karno), sebagai pencetus lahirnya Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia.
“Saya sudah berkeliling ke beberapa negara di dunia. Saya juga menjumpai beberapa pemimpin besar di berbagai negara di dunia. Hampir semuanya mengagumi Bung Karno. Juga mengatakan terinspirasi dari Pancasila. Mereka sangat menghormati dan mengagumi Bung Karno. Tapi kenapa kita sendiri, yang saat ini justru kurang mengenal siapa Soekarno? Bagaimana Pancasila? Kita semakin menjauhinya. Semakin melupakan. Ada apa ini?,” ungkap Prof. Imam Suprayogo.
Prof. Imam Suprayogo adalah mantan Rektor UIN Maliki Malang. Menurutnya, semasa menjadi Rektor UIN Maliki Malang, dirinya membangun gedung kampus yang kemudian diberi nama Gedung Ir. Soekarno. Menurutnya, itu adalah salah satu upaya untuk terus mengenang, menghormati dan melestarikan ajaran-ajaran luhur dari pemikiran Soekarno, sebagai Bapak Proklamator Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Termasuk untuk membumikan Pancasila sebagai dasar negara.
Sementara itu, Peni Suparto yang juga sebagai narasumber utama, menyampaikan bahwa Pancasila saat ini banyak diselewengkan. Salah satu penyelewengan terbesar adalah ketika Pancasila sebagai Dasar Negara, diganti dengan Pancasila sebagai Pilar Negara. Menurutnya, ini adalah ketersesatan yang berbahaya. Jika Pancasila dijadikan sebagai Pilar Negara, lantas apa yang menjadi Dasar Negara ini?
“Pada saat Pancasila sebagai Dasar Negara diganti dengan Pancasila sebagai Pilar Negara, saya protes keras. Pancasila harus tetap sebagai Dasar Negara. Jika Pancasila dijadikan sebagai Pilar Negara, ini adalah bentuk penyelewengan terbesar dalam sejarah Indonesia. Tapi, protes saya seperti berteriak di tengah gurun padang pasir. Tidak ada yang benar-benar peduli hal ini. Sampai kapan kita membiarkan ketersesatan ini? Inilah yang menjadikan kita kehilangan jati diri sebagai sebuah bangsa yang berbhineka tunggal ika,” ungkap Peni Suparto, yang lebih akrab disapa Ebes Inep.
Peni Suparto adalah mantan Wali kota Malang periode 2003 – 2013. Juga mantan Dosen Ilmu Pancasila di Universitas Negeri Malang. Selain itu, Peni Suparto juga dikenal sebagai Sesepuh Garda Pancasila di Indonesia. Juga banyak aktivitasnya yang bergerak membumikan Pancasila pada berbagai organisasi, komunitas dan lintas daerah di Indonesia.
Sementara itu, Ahmad Farih Sulaiman, yang lebih akrab disapa Gus Farih, juga hadir dalam acara tersebut. Gus Farih menyampaikan bahwa Pancasila saat ini menghadapi tantangan yang sangat luar biasa berat. Terutama pada generasi Z dan ke depannya. Di tengah-tengah dinamika arus disrupsi yang semakin hebat, Pancasila justru semakin ditinggalkan oleh generasi saat ini.
“Sekarang, coba secara acak kita tanya anak muda saat ini. Kita uji mereka dengan menghafalkan Pancasila. Hafal atau tidak? Lah, kalau Pancasila saja tidak hafal, lantas bagaimana kita bisa berharap mereka mengerti jati dirinya sebagai Bangsa Indonesia? Bagaimana mereka bisa mengenal, mengerti, memahami dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila? Lantas, semua ini tanggung jawab siapa? Apa yang harus segera kita lakukan bersama?,” ungkap Gus Farih dalam sambutannya.
Relawan Keberagaman Kota Malang, melalui kegiatan Membumikan Pancasila ini, membuka ruang-ruang kerjasama serta kolaborasi dengan berbagai pihak. Khususnya, untuk membangun toleransi, semangat berjuang dan membumikan nilai-nilai luhur Pancasila. Ke depan, sangat diharapkan kerjasama dan kolaborasi dengan berbagai pihak, untuk menjalankan program-program kerja yang mampu memperkuat daya dukung pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila. (Wes/Nuh)