JAVASATU.COM- Kota Malang tak pernah kehabisan pesona wisata. Selain dikenal dengan alamnya yang sejuk dan kuliner khas, kota ini juga menyimpan warisan sejarah yang hidup di tengah pemukiman warga. Salah satunya adalah “Kampung Heritage Kayutangan”, destinasi wisata tematik yang berada di jantung Kota Malang, tepatnya di Kelurahan Kauman.

Kampung ini tak sekadar menawarkan spot foto estetik, namun juga menghadirkan harmoni antara edukasi sejarah, budaya lokal, hingga hiburan kreatif. Jejak arsitektur kolonial dan semangat pelestarian warga membuatnya jadi salah satu ikon wisata sejarah yang paling diminati wisatawan domestik maupun mancanegara.
Kampung Kayutangan mulai serius dikembangkan sejak akhir 2017. Kala itu, warga RW 1, RW 9, dan RW 10 berkolaborasi dengan Malang Heritage Community, Tim Ahli Cagar Budaya, serta Dinas Pariwisata untuk memetakan potensi yang ada. Visi yang sama akhirnya melahirkan kesepakatan: mengangkat kawasan ini sebagai kampung cagar budaya yang layak jual dan punya nilai historis kuat.

37 Spot Bersejarah Diinventarisasi
Kini, sebanyak 37 titik heritage telah diidentifikasi sebagai bagian dari kekayaan sejarah kampung. Tak hanya bangunan rumah bergaya arsitektur Belanda, tapi juga ruang-ruang publik seperti galeri seni, rollak (saluran air peninggalan zaman kolonial), serta Pasar Krempyeng, yakni pasar tradisional yang diduga sudah ada sejak zaman Hindia-Belanda.
“Pasar Krempyeng ini unik karena satu-satunya pasar zaman kolonial yang masih aktif dan berada tepat di tengah kampung serta kota. Ini jadi daya tarik tersendiri,” ujar Kurniawati, Bendahara RW 09, Sabtu (27/7/2019).

Menurut data yang dihimpun javasatu.com, jumlah kunjungan wisatawan ke Kampung Kayutangan terus meningkat. Hari kerja (Senin-Jumat) rata-rata dikunjungi sekitar 100–150 orang per hari, sementara pada akhir pekan (Sabtu-Minggu) bisa tembus 200–250 pengunjung.
Tingginya minat itu terlihat dari jumlah postcard yang habis dibagikan setiap hari. Sebagai bentuk kontribusi, pengunjung hanya dikenakan biaya Rp5.000, yang ditukar dengan souvenir berupa stiker, poster, dan peta penelusuran kampung.

Akses Mudah, Warga Kompak
Kampung Kayutangan bisa diakses dari tiga pintu masuk: Jalan Basuki Rahmat, Gang VI, dan Gang Es Talun. Tak perlu pemandu profesional, karena pengunjung bisa langsung menjelajah dengan panduan visual dari souvenir yang diterima.
Kekompakan warga menjadi kunci keberhasilan revitalisasi kampung.
“Kami bangga karena warga mendukung 100%. Sekarang kami juga mulai pasang lampu-lampu tematik untuk mempercantik suasana malam,” kata Edi Hermanto, Ketua RW 09.
Tak hanya itu, warga juga aktif menjaga kebersihan, memperindah fasad rumah, dan menyambut pengunjung dengan ramah. Spirit gotong royong menjadi nyawa utama kampung ini.
“Alhamdulillah sampai sekarang, Kampung Kayutangan terus bersolek. Kami berharap Pemkot Malang maupun pihak swasta bisa ikut membantu agar kampung heritage ini makin cantik dan fungsional sebagai wisata sejarah,” tambah Kurniawati.

Daya Tarik Edukatif dan Budaya
Tak sekadar memotret bangunan tua, wisatawan juga bisa mengikuti tur sejarah, lokakarya kreatif, hingga event budaya yang kerap digelar secara berkala. Nuansa kampung yang tenang namun penuh cerita masa lampau menjadikannya cocok untuk pelajar, peneliti, hingga pecinta arsitektur kolonial.
Kampung Heritage Kayutangan bukan hanya tentang bangunan, tapi juga tentang identitas warga kota yang ingin melestarikan nilai sejarah dengan pendekatan modern dan inklusif. (Had/Arf)