email: javasatu888@gmail.com
  • Beranda
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • EKONOMI
  • PEMERINTAHAN
  • POLITIK
  • HUKUM
  • OLAHRAGA
  • WISATA & KULINER
  • ESAI
Javasatu.com
Selasa, 18 November 2025
No Result
View All Result
Javasatu.com
No Result
View All Result

OPINI: Refleksi HUT ke-80 RI, Sehat Mental Wujud Merdeka yang Sesungguhnya

by Redaksi Javasatu
17 Agustus 2025
I Dewa Gede Sayang Adi Yadnya. (Foto: Ist/Dok)

OPINI: Refleksi HUT ke-80 RI, Sehat Mental Wujud Merdeka yang Sesungguhnya

Penulis: I Dewa Gede Sayang Adi Yadnya – Instruktur Lembaga Olah Pikir Indonesia LOA, Dewan Pengawas Lembaga Sertifikasi Kompetensi (LSK) Hipnoterapi Indonesia, mitra Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Kemendikdasmen.

Tahun ini, Indonesia memasuki usia 80 tahun kemerdekaan. Setiap peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia selalu diwarnai gegap gempita, yakni upacara bendera, lomba rakyat hingga karnaval budaya. Namun di balik semarak itu, ada refleksi penting yang kerap luput dari perhatian: kemerdekaan sejati bukan hanya bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga dari belenggu batin, termasuk gangguan kesehatan mental.

Data terkini menunjukkan kondisi yang mengkhawatirkan. Survei Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2022 mencatat 15,5 juta remaja (34,9%) mengalami masalah mental, dan 2,45 juta remaja (5,5%) menderita gangguan mental. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bahkan menyebut, tiga dari sepuluh penduduk Indonesia berpotensi mengalami masalah kesehatan mental. Ironisnya, penanganannya masih jauh dari memadai.

Situasi diperburuk oleh keterbatasan anggaran. Dalam pidato kenegaraan 15 Agustus lalu, Presiden RI mengungkap defisit APBN sebesar Rp638,8 triliun pada RAPBN 2026. Jika prioritas tetap jatuh pada sektor infrastruktur dan belanja rutin, kesehatan mental masyarakat berisiko terus terpinggirkan.

Padahal, kesehatan mental adalah fondasi kehidupan berbangsa. Individu yang sehat mental mampu berpikir jernih, mengendalikan emosi, membangun relasi positif, dan memaksimalkan potensi diri. Sebaliknya, depresi, kecemasan, atau stres pascatrauma bisa menurunkan produktivitas, merusak relasi sosial dan memicu perilaku destruktif.

Di sinilah pentingnya meredefinisi makna “merdeka.” Merdeka bukan sekadar bebas dari penjajahan, tetapi juga bebas dari belenggu internal berupa gangguan mental. Merdeka berarti mampu menjalani hidup dengan bahagia, produktif dan bermakna. Tubuh boleh sehat, tetapi bila batin rapuh, kemerdekaan itu sejatinya pincang.

Perjuangan menjaga kesehatan mental memang menantang. Era digital membawa tekanan baru: banjir informasi, budaya instan, hingga ekspektasi sosial yang tidak realistis. Media sosial, misalnya, sering memicu perbandingan diri, rasa tidak puas dan perundungan. Situasi ini menuntut individu dan negara serius mengelola aspek psikologis warganya.

Sayangnya, stigma terhadap gangguan mental masih kuat. Banyak orang enggan mencari bantuan karena takut dicap “gila.” Padahal, gangguan mental membutuhkan penanganan profesional, sama seperti penyakit fisik. Tanpa intervensi, kondisi bisa memburuk dan berdampak pada aspek sosial maupun ekonomi.

BacaJuga :

OPINI: Pahlawan Dulu Melawan Penjajahan, Pahlawan Kini Melawan Keadaan

OPINI: Reformasi Fiskal Digital dan Transparansi Keuangan Publik

Maka, perayaan HUTke-80 RI seharusnya menjadi momentum refleksi kolektif. Jika para pahlawan dahulu berjuang merebut kemerdekaan fisik, generasi kini ditantang memperjuangkan kemerdekaan jiwa. Membebaskan diri dari depresi, cemas atau trauma adalah bentuk perjuangan modern yang tak kalah heroik.

Dukungan profesional juga sangat penting. Terapi psikologis, konseling, hingga hipnoterapi dapat menjadi pilihan. Hipnoterapi, misalnya, terbukti secara ilmiah membantu banyak orang dengan biaya relatif terjangkau. Metode ini bersifat holistik, menyentuh akar emosional, non-farmakologis, minim efek samping dan fleksibel sebagai terapi mandiri atau pelengkap psikoterapi. Hipnoterapi mampu membantu relaksasi, mengelola stres, meningkatkan kepercayaan diri dan mengubah kebiasaan negatif secara mandiri.

Kemerdekaan sejati tak bisa diraih bila jutaan warga hidup dalam kecemasan dan depresi. Semangat “merdeka” seharusnya meliputi kebebasan untuk merasa aman, dihargai, dan mampu mengembangkan potensi diri tanpa hambatan batin. Ketika negara sibuk menghitung defisit APBN, jangan sampai abai pada defisit yang lebih berbahaya: defisit kebahagiaan warganya.

Indonesia telah berumur 80 tahun, tetapi tanpa rakyat yang sehat mental, cita-cita “mencerdaskan kehidupan bangsa” akan sulit terwujud. Mari jadikan HUT ke-80 RI dengan tema ‘Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju’ sebagai momentum untuk menyehatkan jiwa bangsa. Karena hanya bangsa yang sehat mentalnya, yang benar-benar merdeka. (*)

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook

Menyukai ini:

Suka Memuat...
Tags: EsaiOpini

Comments 1

  1. Hendri says:
    3 bulan ago

    menyoroti aspek kesehatan mental yang sering luput dari perhatian dalam peringatan HUT RI Menekankan bahwa kemerdekaan tidak lengkap tanpa kesehatan mental yang baik.

    Balas

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

BERITA TERBARU

Bupati Malang Turun Tangan Tangani Kasus Hidrosefalus Langka pada Bocah di Bululawang

Bromo Tutup Sementara saat Wulan Kapitu 2025, Ini Jadwal dan Aturannya

ADVERTISEMENT

Satlantas Polres Malang Gencarkan Edukasi Pelajar Selama Operasi Zebra Semeru 2025

Satpol PP Gresik Sisir Bawean, Sosialisasi Cukai dan Gempur Rokok Ilegal

Dua SPPG di Kota Malang Setop Produksi Sementara, Asmualik: Program MBG Terancam Terganggu

Prev Next

POPULER HARI INI

Indomobil eMotor Tyranno Terbaik di Kelasnya, Sabet “Best Low Electric Motorcycle 2025”

Warga Griya Shanta Demo di Pengadilan Negeri Malang, Tolak Jalan Tembus

Grand Launching Buku Satu Abad Stadion Gajayana Rayakan Malang City of Media Art

Dari Kanjuruhan ke Agroindustri, Jejak Pengabdian Lusiani Ferelia yang Tak Pernah Diam

Bambang Setiya Budi Terpilih Pimpin Himpunan Dapur Mitra Generasi Emas Jawa Tengah

BERITA LAINNYA

Indomobil eMotor Tyranno Terbaik di Kelasnya, Sabet “Best Low Electric Motorcycle 2025”

Smartboard Presiden hingga Wilayah 3T, Nasky: Pemerataan Pendidikan yang Adil

Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto Dikukuhkan sebagai Warga Kehormatan Korps Marinir

Presiden Prabowo Luncurkan Program Digitalisasi Pembelajaran

Siswa Sekolah Angkasa Yasarini Lanud Sultan Hasanuddin Lolos Final AEF 2025

Prev Next

BERITA KHUSUS

DPRD Kabupaten Malang dan Bupati Sanusi Sepakat Perkuat Tata Kelola Daerah

RSUD Gresik Sehati Resmi Dibuka, Percepat Akses Layanan Kesehatan di Gresik Selatan

Prev Next

POPULER MINGGU INI

Dari Kanjuruhan ke Agroindustri, Jejak Pengabdian Lusiani Ferelia yang Tak Pernah Diam

Operasi Zebra 2025 Dimulai 17 November, Pengamat Puji Fokus Humanis Kakorlantas Polri dan Penertiban Balap Liar

OPINI: Pahlawan Dulu Melawan Penjajahan, Pahlawan Kini Melawan Keadaan

12 Tahun Pesona Gondanglegi, dari Karnaval Jadi Ikon Budaya

Konflik Kepemilikan SMK Turen Malang, Dua Yayasan Bertemu di Mapolsek Cari Solusi

  • Tentang Javasatu
  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Siber
  • Kode Perilaku Perusahaan
  • Perlindungan Wartawan

© 2025 Javasatu. All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

  • Beranda
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • EKONOMI
  • PEMERINTAHAN
  • POLITIK
  • HUKUM
  • OLAHRAGA
  • WISATA & KULINER
  • ESAI

© 2025 Javasatu. All Right Reserved

%d