JAVASATU.COM- Aiman Witjaksono, jurnalis senior yang dikenal vokal mencecar narasumber, kali ini justru menjadi pihak yang “dicecar”. Dalam siniar Close The Door bersama Deddy Corbuzier, Aiman membuka tabir gelap pengalaman singkatnya terjun ke dunia politik praktis pada Pemilu 2024 lalu.

Kesimpulannya singkat dan pahit: Ia kapok
“Politik nowadays, lu enggak akan bisa kalau lu enggak punya duit banyak,” ujar Aiman tegas.
Bagi Aiman, demokrasi saat ini telah terjebak dalam pragmatisme transaksional yang brutal. Ia bahkan berani menyimpulkan bahwa tanpa uang, kemenangan adalah hal mustahil.
“No money, no winning. Enggak ada. Enggak bisa,” tegasnya berulang kali.
Matematika Kursi Senayan: Minimal Rp50 Miliar
Bukan asal bicara, Aiman membedah “ongkos” politik yang dibutuhkan seorang Caleg DPR RI dengan kalkulator di tangannya. Komponen terbesarnya bukanlah baliho atau kampanye panggung, melainkan saksi di TPS.
“Satu saksi minta Rp500.000. Di Jakarta Timur ada 8.800 TPS. Itu hampir Rp10 miliar. Itu baru buat saksi doang,” ungkap Aiman.
Jika diakumulasikan dengan biaya operasional, tim sukses, dan logistik kampanye, angka minimal yang harus disiapkan seorang kandidat untuk satu kursi Senayan mencapai angka fantastis.
“Kurang lebih Rp50 miliar,” sebut Aiman.
Realita Lapangan: “Minta Piknik 5 Bus”
Aiman juga berbagi pengalaman menggelikan sekaligus miris saat turun ke dapil. Ia sempat didatangi oleh perwakilan warga yang tanpa basa-basi meminta dibiayai liburan.
“Pak, kita mau piknik nih ke Pelabuhan Ratu, 5 bus cukup lah,” tiru Aiman mengulang ucapan warga tersebut.
Ketika Aiman menolak dengan alasan tidak memiliki dana dan hanya menawarkan gagasan, respons yang ia terima adalah nihilnya dukungan. Realita ini tercermin dari perolehan suaranya. Awalnya ia mengantongi sekitar 12.000 suara, namun angka itu menyusut hingga tersisa 8.000-an suara di hasil akhir.
Ironisnya, total biaya pribadi yang dikeluarkan Aiman selama masa kampanye hanyalah Rp15 juta, itu pun hanya untuk bensin dan operasional pribadinya sendiri. Angka kecil ini menjadi bukti validasi tesisnya: tanpa logistik besar, idealisme tidak laku “dijual”.
“Gimana mau milih? Gimana mau dipilih (kalau tidak ada uang)?” pungkasnya getir. (Jup)
Sumber: Diolah dari kanal YouTube Deddy Corbuzier (Tayang: 3 Desember 2025)