JAVASATU.COM- Buku berjudul “Suntingan Teks Kakawin Lambang Pralambang” karya Naufal Anggito Yudhistira menghadirkan suntingan naskah tunggal dalam bentuk edisi kritis. Buku yang diterbitkan Perpusnas Press tahun 2023 ini merupakan hasil penelitian filologi dan bagian dari hibah penerbitan naskah kuno Perpustakaan Nasional RI.

Menurut Naufal, buku ini menjadi rujukan penting untuk mengkaji kesusastraan Jawa Kuna-Bali.
“Dari segi penggarapan filologisnya, teks Kakawin Lambang Pralambang disajikan dengan metode naskah tunggal dan edisi kritis,” ujarnya dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu (3/12/2025). Buku ini juga dilengkapi terjemahan bebas berbasis kemaknawian teks agar mudah dipahami pembaca.
Diterangkan, naskah Kakawin Lambang Pralambang yang digunakan berjenis lontar berkeropak dengan kode LT 223, koleksi Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia.
“Naskah ini memuat teks Kakawin Indrawijaya, Kakawin Lambang Pralambang, dan mantra, berukuran 3,5 x 49,3 cm dengan permukaan berwarna kecoklatan. Kekhasannya terletak pada aksara Bali yang tegak meliuk dan ditulis di Pulau Lombok,” terangnya.
Ia menjelaskan, Teks Kakawin Lambang Pralambang termasuk genre bhāṣa, puisi liris tradisi Jawa Kuna-Bali, yang umumnya bernuansa romantis-erotis.
“Bhāṣa dikenal sejak era Majapahit akhir dan berkembang pesat di Bali serta Lombok,” sambungnya.
Kakawin ini terdiri dari beberapa bab, antara lain Bhāṣa Rudita, Bhāṣa Durawākya Cacangkriman, Bhāṣa Wiwaha Cacangkriman, Bhāṣa Ratnāwukiran Cacangkriman, Palambang Pamaṇḍana, Palambang Jagadami Guhya Jātyakon, dan Palambang Dharmma Kusala Mahātma Cinaṇḍya.
“Setiap bab memuat lirik kaya simbol dan cacangkriman, yakni teka-teki religius dan simbol tersembunyi,” ungkapnya.
Naufal juga menekankan bahwa naskah ini menunjukkan keberlanjutan tradisi sastra Jawa Kuna-Bali di Lombok.
“Cacangkriman dalam teks bukan sekadar pesan moral, tetapi sarat nuansa religius,” jelasnya.
Terjemahan bebas dalam buku ini memudahkan pembaca memahami makna teks, sementara pendekatan naskah tunggal menjadikan buku ini edisi kritis pertama untuk Kakawin Lambang Pralambang.
Selain penelitian naskah, Naufal aktif berkarya di bidang seni tari. Ia menciptakan pertunjukan Sedulur Papat (2018), Fragmen Rara Mendut – Pranacitra (2019), dan Srimpi Girisa Laras (2021).
Pada 26 Oktober 2025, ia menampilkan pementasan eksperimental Langen Mataya Bedhayan Gandrungmanis karya Pakubuana VIII di Perpustakaan Nasional, sebagai bagian dari disertasinya untuk program Doktoral Ilmu Susastra Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.
Naufal, kelahiran Jakarta 9 September 1999, menempuh S1 Sastra Jawa di Universitas Indonesia (2021) dan S2 Ilmu Susastra dengan peminatan Filologi di universitas yang sama.
Buku ini menjadi bukti kolaborasi antara penelitian akademik dan praktik kebudayaan dalam melestarikan tradisi sastra Jawa Kuna-Bali. (Penulis: Lasman Simanjuntak – Editor: Javasatu.com)