JAVASATU.COM-GRESIK- Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani menerangkan, Misi Ekspedisi Bengawan Solo (MEBS) 2022 merupakan aktivitas penelitian aspek lingkungan sosial, budaya, sejarah dan potensi ekonomi di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) utama Bengawan Solo.
“Ini merupakan suatu ekspedisi luar biasa dengan riset dan penelitian terpanjang yang dilakukan oleh komunitas MEBS dan Komunitas lainnya” kata Gus Yani sapaan akrab Bupati Gresik saat menyambut Komunitas Ekspedisi Bengawan Solo di Desa Bedanten Kecamatan Bungah, Minggu (14/8/2022).
Gus Yani membeberkan, berangkat dari Wonogiri Jawa Tengah pada tanggal 14 Juli 2022 dan berakhir di Desa Bedanten Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik pada tanggal 14 Agustus 2022. Ekspedisi sungai terpanjang di Pulau Jawa ini telah berlangsung selama 30 hari, dengan menempuh jarak sejauh 462 kilometer, melintasi 491 desa yang berada di 12 kota dan kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
“Naditira Bedanten merupakan Pit Stop terakhir dari Ekspedisi, Desa Naditira paling hilir yang mempunyai catatan sejarah dan jejak peninggalan juga menyambung sejarah dengan Bengawan Solo” ungkapnya.
Diceritakan, di wilayah Kabupaten Gresik, berdasar prasasti Canggu, desa-desa tepian Bengawan solo yang disinggahi Raja Hayam Wuruk berturut turut salah satunya adalah i Madanten (di Bedanten) sebagai salah satu desa tepian sungai yang melayani jasa tambangan atau penyeberangan (naditira Pradeca) tersebut dengan nama ‘Medanten. atau sekarang yang dikenal Desa Bedanten.
Untuk itu, Bupati mengajak generasi muda sekarang dan yang akan datang untuk sadar sejarah, Menurutnya, dari sejarah dapat belajar tentang kejayaan masa lampau dan dari sejarah pula dapat melihat kehancuran.
Didampingi Anggota DPRD Gresik Noto Utomo, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Abu Hassan, Forkopimcam Bungah, dan Kepala Desa Bedanten Abdul Madjid, Bupati Gresik meresmikan museum untuk menyelamatkan temuan kuno atau peninggalan masa lalu dan mengunjungi salah satu makam yaitu makam Mbah Syayid Husaini.
Acara ini juga merupakan bentuk kolaborasi Pemdes Bedanten dengan MEBS dan beberapa komunitas lain diantaranya, Ademos Indonesia, National Geographic, Oi, Saya Pejalan Bijak, Stand Up Paddle dan lainnya.
Tak hanya seremonial akhir Ekspedisi, juga menggelar sarasehan bedah sejarah dan budaya Naditira Madanten 1358 refleksi nilai leluhur dalam upaya menjaga dan melestarikan bengawan dengan menghadirkan pembicara dan ahli sejarah serta diramaikan oleh musik adhibaya kesenian desa dan hiburan lainnya. (Bas/Nuh)