JAVASATU.COM- Penyair senior asal Gayo, LK Ara, kembali menunjukkan konsistensinya dalam dunia sastra. Pada Kamis (24/7/2025), ia meluncurkan buku puisinya yang ke-15 berjudul Didong dan Tari Guel dari Gayo Aceh di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Buku setebal 396 halaman ini tak hanya menyuguhkan puisi, namun juga merekam sejarah dan filosofi budaya Gayo.
Didong dan Tari Guel yang merupakan seni pertunjukan khas Gayo, menjadi simbol perlawanan terhadap pelupaan budaya. LK Ara menyebut karyanya sebagai bentuk peringatan agar api tradisi yang hampir padam tetap menyala.
“Ini bukan sekadar kumpulan puisi. Buku ini adalah jendela memahami akar budaya Gayo melalui bahasa. Saya persembahkan untuk anak-anak muda yang mencari akar, untuk penari dan penyair yang ingin menelusuri jejak,” kata LK Ara.
Peluncuran buku ini turut dihadiri para sastrawan dan budayawan, termasuk Fikar W. Eda, Endo Suanda, Prof. Dr. Wildan, Jose Rizal Manua, Miko Pegayon, dan Ketua TISI Moctavianus Masheka. Mereka menyampaikan pandangan dan apresiasinya terhadap karya LK Ara, yang dinilai sebagai dokumentasi penting warisan budaya Gayo.
Rektor ISBI Aceh, Prof. Dr. Wildan, menyebut buku ini sebagai “nafas panjang peradaban seni Gayo.” Sementara itu, Endo Suanda menyatakan bahwa karya LK Ara tak hanya merawat masa lalu, tapi juga menjadi jembatan kebudayaan bagi generasi mendatang.
Acara peluncuran juga diwarnai pembacaan puisi oleh sejumlah tokoh, termasuk Swary Utami Dewi dan Prof. Rahmat Salam. Jose Rizal Manua mengenang peran LK Ara dalam memperkenalkan Festival Didong ke Jakarta sejak 1970-an, sementara Miko Pegayon berharap Didong dan Tari Guel bisa masuk kurikulum sekolah untuk generasi muda.
Buku ini diterbitkan Yayasan Mata Air Jernih dan hanya dicetak terbatas sebanyak 50 eksemplar. LK Ara sendiri menegaskan bahwa misinya bukan sekadar menulis, tapi menjaga nyala tradisi.
“Semoga puisi-puisi ini menjadi bahan renungan untuk semua yang mencintai kebudayaan dan sastra,” ujarnya. (las/arf)