JAVASATU.COM-MALANG- Puluhan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Perempuan Kota Malang mampu mengekspresikan diri melalui kumpulan karya tulis puisi yang disusun menjadi sebuah buku.
Momen launching dan bedah buku Antologi Puisi ‘Aku Merdeka dan Jendela Berbingkai Baja’ berlangsung di lantai 3 Perpustakaan Kota Malang, Rabu (07/02/2024). Dalam menganalisa karya itu, turut hadir kurator sastra ternama, Tengsoe Tjahjono.
Tengsoe melihat, hadirnya karya tulis yang lahir dari total 46 WBP ini menjadi ruang dalam mengungkap dirinya dengan bebas. Selain itu, ini juga menjadi terapi psikologi selama mereka sedang menjalani kehidupan di lapas wanita.
“Mereka menemukan bentuk ucap tentang bagaimana mengungkapkan kegelisahannya. Agar tidak putus asa, mereka menulis sehingga ada energi positif,” ucap Tengsoe.
Salah satu WBP berinisial DR yang hadir, mengaku mampu mengekspresikan rasa rindunya yang sekian lama berpisah dengan keluarga. Dengan berkarya, ia menemukan cara terbaik untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
“Saya curahkan dalam karya positif. Saya ingin menata hidup ke depannya semakin baik. Menjadi warga yang lebih bertanggung jawab,” jelas DR.
Hampir senada dengan DR, WBP wanita lainnya berinisial AP, ingin membuktikan para WBP Perempuan mampu berubah untuk menjadi lebih baik. Walaupun dianggap sebelah mata bagi masyarakat, tidak menyurutkannya untuk terus berkarya.
“Saya merasa lega karena uneg-uneg bisa saya sampaikan. Walaupun banyak melihat sebelah mata, tapi saya mampu membuktikan kemampuan saya,” ujar AP yang sebelumnya miliki hobi menulis.
Sedangkan dua WBP lainnya, yakni RV dan DW mengaku sempat menguras emosi dalam pembuatan karya tulis tersebut. Terlebih, dalam proses penulisan dibayangi dengan rasa kerinduan yang begitu mendalam terhadap keluarga di rumah.
Keempat orang perwakilan dari puluhan WBP wanita tersebut tidak seketika mahir begitu saja, kesempatan mereka muncul saat bakat terpendam mereka dipantau Daroe Iswatiningsih, Kepala Lembaga Kebudayaan (LK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) saat para WBP terlihat antusias berinteraksi dengan perpustakaan keliling yang diselenggarakan Mobil Pintar UMM.
“Saat ada perpustakaan keliling Mobil Pintar, mereka membaca dan meminjam. Kemudian muncul inspirasi bagaimana jika mereka menuangkan apa yang mereka rasakan,” jelas Daroe.
Daroe menilai, karya mereka penuh dengan emosional. Mulai dari cerita mengenai keputusasaan, harapan, cita-cita hingga mengenai situasi agar diterima kembali oleh masyarakat.
“Karena mereka di dalam tekanan, kungkungan, berjauhan dengan keluarga, sehingga hasil karyanya sebagai ekspresi kejiwaan,” pungkasnya. (Jup)