Javasatu,Malang- Tim Gugus Tugas Covid Pasar melakukan rapid test kepada para pedagang pasar tradisional di wilayah Kabupaten Malang.

Kepala Disperindag Kabupaten Malang, Dr. Agung Purwanto mengatakan dari hasil rapid test kepada sekitar 793 orang pedagang pasar, diketahui 22 orang dinyatakan reaktif.
“Hanya reaktif loh mas, Sekitar 22 yang dinyatakan reaktif,” ujar Agung Purwanto. Jumat (19/6/2020).
Mengetahui adanya 22 orang pedagang pasar yang dinyatakan reaktif, terang Agung, pihaknya telah meminta kepada para pedagang tersebut untuk melakukan isolasi mandiri di rumah.
“Tapi sebagian sudah kembali beraktivitas usai menjalani isolasi mandiri selama 14 hari,” ungkap Agung.
Agung menjelaskan, pasca ditemukannya pedagang pasar yang dinyatakan reaktif tersebut, pihaknya memperketat aturan protokol kesehatan di setiap pasar, diantaranya dengan membentuk gugus tugas penanganan covid pasar yang akan terus melakukan pengawasan ketat terhadap pedagang dan pembeli di pasar.
“Kita terapkan One Gate System, di pintu depan pasar kita tempatkan petugas untuk thermo gun, dan mengarahkan pengunjung pasar untuk mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir di wastafel yang kami sediakan, serta mewajibkan menggunakan masker, hal sama juga kita berlakukan saat pulang. Untuk pedagang, selain kita terapkan sistem ganjil genap, juga kita wajibkan menggunakan sarung tangan saat berjualan serta tetap menggunakan masker, memang rasaya berat, tapi ini upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19, dan harus ditaati.” tandas Agung.
Selain memperketat aturan bagi pembeli dan pedagang, ulas Agung, setiap setengah jam sekali tim dari gugus tugas Covid di pasar juga terus memberikan himbauan kepada pedagang dan pengunjung untuk tetap memakai masker dan menerapkan physical distancing.
Agung juga menampik anggapan bahwa klaster pasar menjadi penyumbang terbesar kasus pasien positif Covid-19 di Kabupaten Malang. Terutama pasar-pasar yang pedagangnya memiliki keterkaitan pergerakan ke pasar di luar daerah, seperti Pasar Pujon, Pasar Batu, Karangploso, Singosari, dan Lawang hingga Pasar Keputran Surabaya.
“Kami tidak setuju jika ada anggapan seperti itu, karena dari hasil pantauan kami, pasar sayur Karangploso dan Lawang komunikasi intens antar pedagang tidak begitu tinggi termasuk antara pembeli dan pedagang” tegas Agung.
Ia menyebut, para pedagang pasar sayur memiliki komunitas tersendiri, tidak masuk ke dalam pasar, hanya di luar pasar sehingga klaster pasar bukan pemicu penyebaran covid 19. (Git/Red)