Javasatu,Malang– Sebanyak 30 perempuan di Desa Sukowilangun, Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang mendapatkan pelatihan mengubah singkong menjadi komiditas yang bernilai jual tinggi. Yakni diubah menjadi modified cassava flour (mocaf) atau yang lebih dikenal oleh tepung singkong.

Para perempuan yang beberapa diantaranya merupakan mantan buruh migran itu dilatih oleh Bidang Pelatihan dan Produktivitas (Lattas) Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Malang. Pelatihan digelar selama lima hari sejak Senin (22/7) hingga Jumat (26/7).
Pelatihan ini menghadirkan para praktisi yang bergelut di bidang industri tepung singkong. Beberapa diantaranya adalah produsen mocaf dan pebisnis kuliner memanfaatkan bahan makanan yang diyakini lebih sehat karena tidak mengandung gluten itu.
Salah satu peserta pelatihan, Marlin menjelaskan, cara membuat tepung singkong cukup mudah dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Pertama, singkong yang akan digunakan harus disortir terlebih dahulu. Karena yang digunakan hanya singkong dengan kualitas baik.
Kemudian, dikupas dan dicuci hingga bersih. Baru diparut dan direndam dengan air bersih yang sudah diberi enzim khusus untuk mocaf. Perendaman dilakukan selama semalam. Singkong yang sudah direndam kemudian disaring dan dijemur hingga kering. Penjemuran ini bertujuan untuk mengubah singkong menjadi chip. Selanjutnya dihaluskan dan diayak.

Para peserta tidak hanya dilatih untuk membuat dasar mocaf saja. Namun juga mengolah mocaf menjadi makanan dengan daya jual tinggi. Misalnya saja aneka cake dan kue kering. Di bawah instruksi yang diberikan oleh pelatih, Shinta, mocaf itu diubah menjadi beragam cake dan brownies coklat bertabur parutan keju.
Shinta yang juga pengusaha kuliner berbahan mocaf ini menjelaskan, cara pembuatannya tidak berbeda jauh dengan pembuatan brownies menggunakan tepung terigu. “Tepungnya saja yang diganti dengan mocaf. Lebih sehat karena glutten free . Harga jual brownies dari mocaf cukup bagus. Yakni Rp 25 ribu per kotak,” beber Shinta.
Harga jual tepung mocaf di pasaran cukup tinggi. Yakni Rp 14 ribu untuk setiap 500 gram. Sementara brownies coklat yang diproduksi Shinta dijual dengan harga Rp 25 ribu per kotak.
Sementara itu, Kepala Bidang Pelatihan dan Produktivitas, Mochamad Yekti Pracoyo menjelaskan, pelatihan yang diberikan untuk saat ini memang baru menyasar pada satu desa saja, di Sukowilangun. Pasalnya, Disnaker melihat potensi singkong melimpah yang ada di wilayah desa tersebut. Namun harapannya, di masa yang akan datang bisa lebih banyak lagi kawasan yang dilatih. “Kami berharap bisa mengembangkan lebih jauh ke daerah yang lainnya,” beber Yekti.
Dia lanjutkan, Disnaker tidak hanya memberikan pelatihan. Namun bersama dengan instansi mereka juga akan mengawal mulai produksi hingga pemasaran. Dalam hal pendanaan pun, lanjut Yekti, mereka juga menghadirkan Bank Jatim pada pelatihan tersebut. “Bank Jatim sengaja kami hadirkan untuk memberikan pengetahuan mengenai akses permodalan. Selain itu, dari unsur Pemerintahan Kabupaten Malang, juga menghadirkan rekan dari Disperindag. Sehingga nanti akan kami kawal bersama,” tegasnya. (ayu)