JAVASATU.COM-MALANG- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak Surabaya memperkirakan potensi cuaca ekstrem akan terjadi di Jawa Timur (Jatim) hingga 8 Januari 2023 mendatang.
BMKG juga memperingatkan kepada masyarakat yang khususnya bermukim dekat perairan agar lebih waspada, karena kecepatan angin meningkat hingga 40 knot. Dan itu berdampak pada gelombang yang cukup tinggi.
“Memperhatikan perkembangan dinamika atmosfer yang masih labil dan diperkirakan akan berlangsung hingga beberapa hari ke depan, kondisi itu dapat mengakibatkan potensi cuaca ekstrem dan gelombang tinggi di Wilayah Perairan Jawa Timur, ” ungkap Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Perak Surabaya, Daryatno dalam rilis, Senin (2/1/2023) malam.
Menurutnya, cuaca berubah karena adanya pola tekanan rendah Ex-TC Ellie di Australia, yang mengakibatkan terbentuknya daerah konvergensi atau pertemuan angin di wilayah pulau Jawa yang menyebabkan peningkatan kecepatan angin dapat mencapai lebih dari 20 knot (40 km/jam) di wilayah perairan Jawa Timur.
“Masih aktifnya La Nina, Gelombang Rosby dan Gelombang Kelvin di atmosfer. Kondisi tersebut mendukung pembentukan awan hujan,” urainya.
Daryanto juga menyebut, bahwa terbentuknya awan Cumulonimbus dapat mengakibatkan cuaca ekstrem berupa hujan lebat dan disertai angin kencang.
“Ketinggian gelombang di Laut Jawa bagian Timur dan Perairan selatan Jawa Timur diperkirakan lebih dari 3 meter. Kondisi Cuaca didominasi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, ” lanjut Daryatno.
Untuk itu Daryanto mengimbau kepada masyarakat dan para pengguna jasa kemaritiman di wilayah perairan Jawa Timur agar meningkatkan kewaspadaan dalam melakukan aktifitas laut.
“Juga terus memperhatikan update informasi cuaca dari BMKG melalui media informasi kami, ” sambung Daryatno.
Sementara, nelayan di Pantai Tamban, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Budi Hari mengaku, sebagian besar nelayan telah berhenti melaut akibat cuaca ekstrem.
“Kalau di pinggir ombaknya tenang, tapi sejauh sekitar 10-20 mil ombaknya tinggi,” kata Budi Hari.
Budi Hari menyebut cuaca ekstrem ini dipicu oleh angin Baratan alias angin Antipasat yang bergerak dari arah barat ke timur, di sertai hujan, dan menimbulkan ombak besar.
“Semua kapal nelayan mendarat, baik yang besar maupun kecil. Termasuk nelayan nomaden banyak yang pulang,” pungkas Budi Hari. (Agb/Nuh)