Javasatu.com

JAVASATU.COM
Dibaca Ditonton Didengar

email: javasatu888@gmail.com
  • Beranda
  • Jawa Timur
    • Kota Batu
    • Kota Blitar
    • Kota Kediri
    • Kota Malang
    • Kota Madiun
    • Kota Mojokerto
    • Kota Pasuruan
    • Kota Probolinggo
    • Kota Surabaya
    • Kabupaten Banyuwangi
    • Kabupaten Bangkalan
    • Kabupaten Bojonegoro
    • Kabupaten Bondowoso
    • Kabupaten Blitar
    • Kabupaten Gresik
    • Kabupaten Jember
    • Kabupaten Jombang
    • Kabupaten Kediri
    • Kabupaten Lamongan
    • Kabupaten Lumajang
    • Kabupaten Madiun
    • Kabupaten Magetan
    • Kabupaten Malang
    • Kabupaten Mojokerto
    • Kabupaten Nganjuk
    • Kabupaten Ngawi
    • Kabupaten Pacitan
    • Kabupaten Pamekasan
    • Kabupaten Pasuruan
    • Kabupaten Ponorogo
    • Kabupaten Probolinggo
    • Kabupaten Sampang
    • Kabupaten Sidoarjo
    • Kabupaten Situbondo
    • Kabupaten Sumenep
    • Kabupaten Tuban
    • Kabupaten Tulungagung
    • Kabupaten Trenggalek
  • Desa Kita
  • Wisata & Kuliner
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Pemerintahan
  • Hukum
  • Lainnya
    • Ekonomi
    • Politik
    • TNI-POLRI
    • Olahraga
    • Religi
    • Esai
Jumat, 27 Juni 2025
No Result
View All Result
Javasatu.com

JAVASATU.COM
Dibaca Ditonton Didengar

No Result
View All Result

Drama Saling Lapor

by Redaksi Javasatu
4 Oktober 2022
Slamet Hendro Kusumo. (Foto: Dok Pribadi)

Drama Saling Lapor

Oleh: Slamet Hendro Kusumo

Teknologi lahir untuk manusia, akan tetapi jika tidak disertai moral dan etika, maka manusia akan menjadi bengis, saling lapor dan ganas pada sesama.

Pagi ini suasana kampung yang adem ayem tiba-tiba dikejutkan oleh suasana orang berteriak-teriak, saling memaki dan berebut benar sendiri. Tentu saja peristiwa ini menjadi perhatian ekstra warga setempat. Perkara pertengkaran tersebut, tidaklah begitu jelas benar apa yang dipermasalahkan oleh kedua orang ibu tersebut, rupanya kedua belah pihak menyeret masing-masing suaminya. Tampaknya kedua suami itu tidaklah mengetahui benar masalah pertengkaran dari masing-masing isinya. Namun sebagai suami, tentunya membela istri masing-masing, sebagai refleks psikologi karena hubungan emosi saja, tidak lebih. Kampung dulunya ayem tentrem,  sejak terakhir ini telah berubah menjadi kampung gosip yang tidak jelas, semua orang semula saling toleransi, sekarang tidak lagi. Malah yang muncul saling curiga, saling mengolok-olok, menyindir. Sebenarnya kejadian ini, dua orang ibu tersebut, sebenarnya adalah dua sahabat karib saat di sekolah di sebuah SD setempat.

Schopenhauer, bahwa kejadian-kejadian bisa dalam sejarah manusia, revolusi dan perang, bukan digerakkan karena pikiran rasional, akan tetapi tindak emosional pelakunya.

KONTEN PROMOSI

Perselisihan berlangsung hampir seperempat jam itu, baru diketahui karena ketersinggungan lewat WA, yang gagal paham terhadap makna bahasa yang diketiknya. Merasa belum cukup lewat WA, berlanjutlah temu darat untuk melanjutkan perang urat saraf. Sebenarnya, di masa lalu kampung tersebut pernah mengalami kejayaan dalam membangun relasi sosial di masa lampau. Hal itu dibuktikan dengan dibentuknya organisasi kampung bernama “guyup rukun” .

Kedua ibu dan kedua suami yang bertengkar, kala itu adalah pemuda-pemudi yang tergabung di dalam organisasi guyup rukun. Bersama pemuda-pemuda lainnya dari berbagai strata sosial, rata-rata seumuran. Nama guyup rukun sengaja dipilih, sebagai organisasi dengan tujuan mulia, agar terbentuklah saling asah, asih dan asuh. Banyak hal bermanfaat yang di dapat dari terbentuknya organisasi tersebut. Hubungan individu satu dengan lainnya menjadi semakin dekat. Bahkan banyak yang berujung berpasang-pasangan, cinta lokasi dan menjadi suami istri. Seperti dicontohkan dua keluarga yang sedang ada masalah tersebut.

Seiring waktu, karena kesibukkan masing-masing sehingga tidak ada waktu untuk saling sapa seperti dulu lagi. Entah siapa yang mengawali, ada pertemuan disalah satu eksponen organisasi tersebut, muncullah ide untuk menyambung kembali hubungan sosial, lewat grup WA agar hubungan kekerabatan masa lalu, bisa bersambung kembali. selanjutnya dirancanglah berbagai aktifitas pertemuan, rapat untuk menghidupkan kembali organisasi guyup rukun, menjadi ramai sekali. Dengan terbentuknya grup WA guyup rukun, berbagai guyonan, saling ledek, saling sapa, dan saling update hal-hal yang lucu-lucu hingga yang cukup serius. Sehingga berbagai berita kampung menjadi gosip-gosip yang cukup ramai.

Galen (130-200 M) mengatakan, roh-roh hewan mengalir dalam jaringan saraf ke seluruh tubuh, untuk mendaya aktifkan ke seluruh otot tubuh.

BacaJuga :

Jangan Tunggu Kehilangan untuk Menyadari Arti Kehadiran

Ketupat: Antara Tradisi dan Nilai Religi

Dengan demikian muncullah gaya hidup kampung baru, begitulah mereka menamai. Karena terhipnotis dan menjadi candu, mulailah mengubah kebiasaan-kebiasaan dari yang rajin bekerja, tiba-tiba menjadi ogah-ogahan. Dari mereka yang dulu pendiam dan susah menyampaikan pendapat, tiba-tiba menjadi penulis kampung yang aktif bahkan agresif. Di situlah muncul kebiasaan-kebiasaan baru yang tidak saja bermanfaat, namun tradisi baru untuk mengolok-olok orang lain, awalnya ada hal-hal yang ditabukan tiba-tiba menjadi liar serta menghancurkan batas-batas etika. Sulit dilacak siapa yang memulai hal tersebut, karena dengan ruang maya tanpa batas itu, memberikan peluang baru, hidup dan bertindak semaunya. Intinya lewat teknologi yang disebut HP, kedua keluarga yang diilustrasikan tersebut, sedang bertengkar adalah produk budaya terbawa “arus budaya semaunya”.

Demi Konten dan Status

Peristiwa tersebut adalah gambaran nyata tentang pengaruh dan kekuatan teknologi. Jika tidak dipahami secara bijak, arif dan rasional, siapa saja bisa terjebak, terkurung bahkan banal, kehilangan karakter. Sebab yang dihantam adalah moral dan mental. Entah berapa kegiatan pembuatan konvensi-konvensi, status, WA, podcast, twitter, blog dan lain-lain, cenderung memberitakan, mayoritas hal-hal jauh dari etika maupun moral, telah menguasai jagad maya, daripada konten-konten yang berkualitas, mendidik.

Bahkan konten-konten yang benar dan baik, serius. Ada kecenderungan tidak terlihat, bahkan ditinggalkan. Apalagi jika sudah melihat tiktok yang lucu-lucu, dibalut pornografi atau yang menjijikkan, menempati penggemar paling banyak. Lebih menyedihkan lagi, dibangunlah narasi-narasi yang berbau SARA serta politik identitas. Seperti saling menghujat antar pemeluk agama. Tidak saja yang sarkasme, namun agama, ideologi seolah-olah jadi bahan lelucon baru.

Descartes, tempat paling logis dalam jiwa, tempatnya di dalam otak, sebagai pusat kontrol memiliki sensasi-sensai untuk menggerakkan tubuh.

Lebih jauh aktifitas-akitifitas sensitif pun sudah di industrikan. Agenda-agenda laten dan terselubung dalam konteks lebih besar berbau provokatif, adu domba, penghancuran karakter, dapat saja dilakukan asalkan mendapatkan uang. Tidak peduli berujung saling lapor, antar yang bermasalah serta berakhir kepada urusan hukum. Itupun juga tidak perduli. Kebebasan ruang maya ini, menjadi trend baru, usaha baru, serta gaya hidup baru.

Ombak pemberitaan ini jika diamati lebih jauh dan mendalam telah menjadi “pandemi baru” yang sulit “dicari vaksinasinya”. Sebab tidak ada obat pun yang manjur, karena yang sakit bukan fisik, tapi batin dan psikologis. Tampak dari luar, secara fisik, tertawa ketika habis mengolok-olok orang lain, seperti kemarahan orang lain semacam menjadi hiburan. Perang tak pernah ada solusi tersebut, tidak bisa dihentikan, sebab masing-masing pihak yang berseteru, merasa saling diuntungkan dengan industri konten. Walaupun identitas dan karakter dari masing-masing pihak hancur, karena hukuman sosial.

Ada sebuah pertanyaan besar, jangan-jangan peristiwa itu semua ada yang menggerakkan dan punya kepentingan besar, hal kerumitan ini semakin mengkhawatirkan, ketika jejak digital tidak bisa dihapuskan. Data tersebut bisa saja menjadi alat bukti ketika berurusan hukum. Kerumitan ini menjadi semakin lengkap ketika “jasa hacker, peretas data”. Juga menjadi bagian penting bagi industri jasa. Bahkan dimungkinkan setiap orang yang menguasai teknologi. Jika yang punya sikap bijaksana akan bisa mengendalikan diri, kehadiran teknologi, tentunya sangat menguntungkan. Namun yang memiliki mental jahat akan dapat dimanfaatkan dan memanfaatkan dengan tindakan dan bentuk kekerasan semacam intimidasi serta sejenisnya.

Ada pemikiran frustasi, jika teknologi akan menghancurkan manusia, apa manfaatnya buat kehidupan, sebab dunia maya yang bebas tanpa batas, akan terus menggoda manusia “berbuat jahil”. Kepada alam, negara bangsa, kelompok, bahkan dirinya sendiri. Dunia yang ini akan menjadi lading “peradaban pembantaian massal”. Tanpa disadari karena sikap yang tidak terkontrol, akan berbuah kekonyolan dalam ilmu pengetahuan yang tidak humanis.

Aristoteles, sikap bijaksana tidak mencari kesenangan, namun berupaya menciptakan agar terbebas dari rasa sakit dan duka.

Perubahan Gaya Hidup Manipulatif

Salah satu dari perjalanan manusia yang tidak dapat dihindari adalah “perubahan”. Gejala perubahan salah satunya, pendidikan dan teknologi. Hal ini diibaratkan satu keping mata uang memiliki tiga muka sisi. Muka satunya adalah masa lalu, muka samping adalah masa kini, muka baliknya adalah masa depan. Inilah gaya hidup manusia.

Sartre, inti dasarnya keadaan kita telah terlempar walaupun kita tidak menghendakinya.

Masa lalu telah memberikan tanda dan petanda. Berbagai pola berpikir dan buah hasil dari hal-hal tersebut dapat berbentuk apapun, dari yang sudah dipastikan. Artinya telah melewati proses, baik berbentuk arus kecil, rupa produk kebudayaan setempat atau subkultur maupun arus besar, disebut kebudayaan nasional atau general. Dalam perjalanan sebuah peradaban walau itu masa lalu, pasti memiliki tanda dan petanda, yang baik ataupun gelap. Pada kenyataan yang baik maupun yang gelap, utamanya juga dikaitkan dengan berbagai kepentingan catatan sejarah. Kuasa rezim, kelompok, individu, dalam membangun kuasa, pasti terjadi manipulatif, kekerasan.

Budaya saling lapor dengan argumen-argumen dengan tendensi masing-masing kepentingan, menjadi tradisi yang selalu berulang. Oleh karenya tidak ada fakta proses terjadinya sejarah dapat memuaskan semua pihak. Walaupun semua itu telah dibuatkan sistem berbasis logika-logika. Namun belum tentu sistem tersebut tidak terkoreksi dengan pemikiran-pemikiran kritis orang-orang yang di luar sistem. Sebagai contoh, kejadian atau tulisan dalam babat tanah Jawa, di masa lalu juga sarat dengan perbedaan-perbedaan pikiran maupun pemberontakan, juga manipulasi tentang sosok pemimpin (Raja) zaman Ken Arok dengan kitab Pararaton-nya.

Heideger, tidak mungkin manusia dipisahkan dari dunianya, sebaliknya manusia adalah bagian dunia yang menciptakannya.

Selanjutnya di masa kini, dengan “aliran darah teknologi canggih” manusia memperoleh kemudahan-kemudahan dan sekaligus jebakan. Hal tersebut dinamai “gelombang ombak informasi”. Bisa saja karena kecanggihan membangun “narasi-narasi besar”, berbasis logika dan etika baru, dengan kebebasan-kebebasan atas nama demokrasi. Memungkinkan seseorang jika tidak punya modal etik berupa moral dan mental, hati bijak serta rasa sejati. Pasti akan terdampar pada ambiguitas. “lading pertempuran yang tidak lagi kamanungsan” (humanitas), liar banal serta punya potensi kejahatan-kejahatan yang akan dilakukan walaupun hatinya menolak.

Sebab karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan untuk menfungsikan “akal sehat” secara baik, karena desakan kebutuhan untuk melangsukan kebutuhan hidup. Apapun bisa dilakukan, “kalap transendental yang tak terkendali oleh etika”. Ruang absurd telah tersedia, teknologi dapat menjadikan ruang banal, siapapun bisa jadi penghuninya. Kejahatan perang, kebajikan dari zaman sebelum masehi hingga hari ini tidak pernah henti. Sulit menghentikan. Walaupun dengan dalih-dalih dan balutan yang sempurna ada dalam kitab-kitab suci. Masih saja bisa diterobos, dimanipulasi dengan pendekatan logika-logika baru seolah berpihak pada moral dan etika. Namun semuanya adalah manipulatif, fatamorgana yang membentuk manusia menjadi ambiguitas dalam karakter dan identitas temporer hari ini.

Foucault, rasio belum tentu mencerminkan kekuatan tunggal yang dapat menentukan peradaban dan sejarah. Tetapi yang nonrasio, yakni “kegilaan” manusia, ada control di luar kuasa.

Muka keeping mata uang, dibalik masa lalu, masa kini, masa depan. Uraian masa depan menjadi gambaran-gambaran yang baik dan buruk. Semua fakta manipulatif yang ada dalam gaya hidup sudah berlaku. Apa yang dapat dipetik dan apa yang menjadi konsep tujuan, masa depan yang lebih baik bagi kehidupan manusia? Masihkah ada drama saling lapor antar sesama, tidakkah lebih arif dan bijak kalau kita memaafkan orang lain, serta sisi kegelapan hukum, manipulatif sesat sejarah bangsa? Ataukah naluri binatang lebih menguasai akal sehat manusia. Sejumlah pertanyaan besar lainnya dapat memperpanjang kegalauan masa depan. Masa depa memang pertanyaan, walaupun dibuat sistem, tantangan apapun, perang fisik dan kepentingan, tetap saja sulit diprediksi dan dihindari. Sikap pesimis ini tidak dapat dijadikan kemalasan karena hidup mesti berlangsung. Namun masa depan belumlah dapat menjawab harapan hidup lebih baik, kecuali kerja keras, malas dan terus menciptakan harapan-harapan. (Tancep kayon, Bumiaji, 28 September 2022)

Biodata Penulis:

Slamet Hendro Kusumo (Henkus) lahir di Batu, 5 Mei 1959 adalah seorang pekerja seni lukis/rupa di Batu. Menyelesaikan pendidikan program doktor (S3) Sosiologi di Universitas Muhammadiyah Malang tahun (2021). Aktif mengadakan pameran seni rupa di berbagai kota di Indonesia dan di beberapa Negara.

Sejak 1979 s.d 2022 kini mengelola Omah Budaya Slamet (OBS), yang didirikan tahun 2002. Bergerak dalam kegiatan dan pemikiran kebudayaan, dan lain-lain. Sebagai narasumber di bidang filsafat, sosiologi, politik dan kebudayaan antara lain di Universitas Muhammdiyah Malang, Universitas Brawijaya, Universitas Islam Negeri, Universitas Kanjuruhan, Pamong Kebudayaan Jawa Timur, sejumlah UKM diberbagai perguruan tinggi, komunitas-komunitas independen di berbagai wilayah Indonesia, sejumlah perguruan tinggi Amerika saat berkunjung di OBS, sejumlah parta politik dan beberapa dinas Pemkot Batu. Penulis Esai di media online, KlikTime, BeritaRayaOnlineMalysia

Penghargaan antara lain pembuatan Buku Pesona Kota Batu tahun 1988 oleh Bupati Abdul Hamid, sebagai Panwascam Batu 1999 oleh Ketua Pengadilan Negeri Malang, terpilih 5 Besar Pra biennale Bali Jawa Timur 2004, Penghargaan DPRD Kota Batu sebagai penggagas, pemikir dan penggerak dalam peningkatan status Kotatif Batu tahun 2009 dan 2014, salah satu (milestone artist) Biennale Jatim 6 tahun 2015, Encompass Awards tahun 2016 (dari Encompass Indonesia), penghargaan “Kreator Bidang Seni Rupa” tingkat Jawa Timur tahun 2016 oleh Gubernur Jawa Timur, Tourism Awards dari Walikota Batu sebagai Budayawan tahun 2021.

Dewan Penasehat Forum Pamong ( FPK ) Kebudayaan Jawa Timur (2022)
Ketua Dewan Penasehat Persatuan Penulis Indonesia Satupena Jawa Timur.

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
Tags: HenkusSatupenaSlamet Hendro Kusumo

Comments 1

  1. akahataufanaminudin says:
    3 tahun ago

    Selamat Succesfull Sedulur SatuPena SatuHati SatuJiwa SatuRasa KOMPAK KEBERSAMAAN sepanjang masa Succesfull Sedulur

    Balas

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

BERITA TERBARU

Korban Dugaan Penipuan Apartemen di Kota Malang Ngadu ke Dewan

Kemenko Polkam: Pembangunan TIK Harus Selaras dengan Keamanan Nasional

ADVERTISEMENT

Presiden Prabowo Resmikan 55 Proyek Energi Terbarukan Senilai Rp25 Triliun

Pemkab Gresik Salurkan Insentif untuk 1.100 Hafiz Hafizah, Segini Nominalnya

Wushu Gresik Sabet Satu Emas Dua Perunggu di Porprov Jatim 2025

Prev Next

POPULER HARI INI

Tersingkir Dramatis, Kota Malang Kalah Adu Penalti dari Kota Kediri

Tim Putri Kota Batu dan Malang Tembus Final Sepak Bola Porprov IX Jatim 2025

Bawa Sabu dan 43 Ribu Pil Koplo, Pria Ini Diciduk di SPBU Kepanjen

Mutasi Komando, TNI Siapkan Pemimpin Hadapi Tantangan Baru

Umpatan “Ndasmu” Menurut Rasa Bahasa Jawa

BERITA LAINNYA

Kemenko Polkam: Pembangunan TIK Harus Selaras dengan Keamanan Nasional

Presiden Prabowo Resmikan 55 Proyek Energi Terbarukan Senilai Rp25 Triliun

BRUIN Ungkap Dalang Pencemaran Sampah Plastik di Indonesia

Dua Korban Kapal Terbalik di Batam Masih Hilang, Bakamla Terus Sisir Selat Nenek

Bakamla Jemput Tiga ABK WNI yang Ditangkap Malaysia di Perbatasan

Prev Next

BERITA KHUSUS

DPRD Kabupaten Malang dan Bupati Sanusi Sepakat Perkuat Tata Kelola Daerah

RSUD Gresik Sehati Resmi Dibuka, Percepat Akses Layanan Kesehatan di Gresik Selatan

Prev Next

POPULER MINGGU INI

Tersingkir Dramatis, Kota Malang Kalah Adu Penalti dari Kota Kediri

BLT Dana Desa Digelontorkan, Gresik Gaspol Turunkan Kemiskinan

Umpatan “Ndasmu” Menurut Rasa Bahasa Jawa

Mutasi Komando, TNI Siapkan Pemimpin Hadapi Tantangan Baru

Jelang Bulan Suro, 39 Anak Ikuti Khitanan Massal Gratis Asih Mring Sesami di Blitar

KONTEN PROMOSI
  • Tentang Javasatu
  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Siber
  • Kode Perilaku Perusahaan
  • Perlindungan Wartawan

© 2025 Javasatu. All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

  • Beranda
  • Jawa Timur
    • Kota Batu
    • Kota Blitar
    • Kota Kediri
    • Kota Malang
    • Kota Madiun
    • Kota Mojokerto
    • Kota Pasuruan
    • Kota Probolinggo
    • Kota Surabaya
    • Kabupaten Banyuwangi
    • Kabupaten Bangkalan
    • Kabupaten Bojonegoro
    • Kabupaten Bondowoso
    • Kabupaten Blitar
    • Kabupaten Gresik
    • Kabupaten Jember
    • Kabupaten Jombang
    • Kabupaten Kediri
    • Kabupaten Lamongan
    • Kabupaten Lumajang
    • Kabupaten Madiun
    • Kabupaten Magetan
    • Kabupaten Malang
    • Kabupaten Mojokerto
    • Kabupaten Nganjuk
    • Kabupaten Ngawi
    • Kabupaten Pacitan
    • Kabupaten Pamekasan
    • Kabupaten Pasuruan
    • Kabupaten Ponorogo
    • Kabupaten Probolinggo
    • Kabupaten Sampang
    • Kabupaten Sidoarjo
    • Kabupaten Situbondo
    • Kabupaten Sumenep
    • Kabupaten Tuban
    • Kabupaten Tulungagung
    • Kabupaten Trenggalek
  • Desa Kita
  • Wisata & Kuliner
  • Pendidikan
  • Kesehatan
  • Pemerintahan
  • Hukum
  • Lainnya
    • Ekonomi
    • Politik
    • TNI-POLRI
    • Olahraga
    • Religi
    • Esai

© 2025 Javasatu. All Right Reserved