email: javasatu888@gmail.com
  • Beranda
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • EKONOMI
  • PEMERINTAHAN
  • POLITIK
  • HUKUM
  • OLAHRAGA
  • WISATA & KULINER
  • ESAI
Javasatu.com
Rabu, 6 Agustus 2025
No Result
View All Result
Javasatu.com
No Result
View All Result

Moderasi Beragama Jangan Kebablasan

[Esai]

by Redaksi Javasatu
3 Januari 2024
Ilustrasi

Moderasi Beragama Jangan Kebablasan

Oleh: Wawan Susetya – Sastrawan-budayawan dan penulis buku anggota Satupena Jawa Timur, tinggal di Tulungagung Jatim

Akhir-akhir ini ramai sekali pembahasan mengenai moderasi beragama, bukan moderasi agama. Nampaknya, diperlukannya konsep moderasi beragama tersebut karena diduga ada kelompok tertentu yang berusaha memaksakan kehendak kepada kelompok lain di masyarakat. Mereka cenderung meng-kafir-kafirkan (menyesatkan, menganggap sesat) kelompok lain dalam Agama Islam, sebaliknya mereka mengklaim kelompok mereka-lah yang benar. Meski organisasi mereka telah dibubarkan oleh pemerintah, tetapi apakah serta-merta tokoh-tokoh mereka lantas diam tidak atau tidak melakukan gerakan di masyarakat?

Memang organisasi mereka telah dibubarkan, tetapi yang namanya ideologi tidak bisa mati hanya karena telah dibubarkan organisasinya. Wajar kiranya jika para aktivis dari golongan mereka terus bersuara melalui wahana medsos yang tersebar di tanah air.

Barangkali mereka lupa bahwa kita hidup di negara yang sangat heterogen. Seperti diketahui bahwa Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17 ribu pulau-pulau dari Sabang sampai Merauke. Dengan demikian Bangsa Indonesia memiliki beraneka ragam suku, agama, ras dan antar golongan. Indonesia memiliki 300 kelompok etnik atau suku bangsa, lebih tepatnya terdapat 1.340 suku bangsa di tanar air (BPS tahun 2010). Sementara keyakinan agamanya pun juga beragam, ada yang memeluk Agama Islam, Kristen (Protestan), Katolik, Hindu, Budha, dan Khonghucu serta penghayat Kepercayaan Kepada Tuhan YME.

KONTEN PROMOSI

Dengan latar belakang keadaan negara kita yang multikultural dan heterogen seperti itulah, maka diperlukannya konsep mengenai moderasi beragama. Konsep moderasi beragama berbeda dengan moderasi agama. Menurut Kamaruddin Amin (Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag) bahwa agama tidak perlu dimoderasi karena agama itu sendiri telah mengajarkan prinsip moderasi, keadilan dan keseimbangan.

Masyarakat Indonesia yang sangat multikultural, dengan demikian dibutuhkan paham keagamaan yang moderat. Dalam hal ini prinsip moderasi beragama adalah sikap atau cara pandang perilaku beragama yang moderat, toleran, menghargai perbedaan dan selalu mengejawantahkan kemaslahatan bersama. Sedang, maksud pengejawantahan kemaslahatan bersama yaitu menghadirkan manfaat dan mencegah mudharat.

Dalam konteks ini, bagaimana kita menghargai esensi atau substansi ajaran agama itu sendiri yang benang merahnya menghargai kemanusiaan di tengah perbedaan agama, suku, bahasa, dan budaya. Kita harus menumbuhkan untuk saling menghormati kepada sesama yang berbeda-beda itu. Apalagi dalam ajaran Agama Islam mengajarkan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Agama (Islam) diharapkan harus mampu diterjemahkan dalam kehidupan bersama, baik sesama agama maupun berbeda agama.

Moderasi beragama adalah cara beragama yang direfleksikan oleh semua pihak, bukan hanya umat Islam saja, tetapi juga umat beragama lain. Dalam hal ini kita bisa merefleksikan kesejukan, perdamaian, dan menghindari konflik. Itulah yang dimaksud dengan moderasi beragama.

BacaJuga :

Mari Mengenal Islam Sosialis bukan Sosialis Islam!

Jangan Tunggu Kehilangan untuk Menyadari Arti Kehadiran

ADVERTISEMENT

Seperti kita ketahui negara kita Indonesia merupakan mega diversity country, yaitu negara yang memiliki tingkat keagamaan yang sangat luar biasa. Di sinilah pentingnya suatu instrumen untuk dapat mengelola keberagaman itu. Oleh karena itu, kehidupan beragama seperti di Indonesia yang beraneka ragam mengenai suku, agama, ras dan antar golongan (SARA) sangat penting penguatan moderasi beragama. Bahkan moderasi beragama juga perlu digaungkan dalam konteks global karena agama menjadi bagian penting dalam perwujudan peradaban dunia yang bermartabat.

Ciri khas moderasi beragama dalam merawat keberagaman adalah menghargai semua perbedaan serta sikap adil dan saling menghormati satu sama lain. Moderasi beragama bisa menjadi washilah untuk menjaga dan memperkuat kerukunan bangsa Indonesia.

Dalam moderasi beragama terdapat empat indikator penting, yakni:
1. Komitmen kebangsaan
2. Toleransi
3. Anti kekerasan
4. Akomodatif terhadap kebudayaan lokal

Dari empat indikator tersebut, toleransi merupakan faktor yang amat penting. Toleran dalam arti menghargai perbedaan tanpa mencampur-adukkan akidah, misalnya melakukan doa bersama, yakni berdoa bersama-sama dengan semua para pemeluk agama yang berbeda-beda. Kalau itu yang terjadi, maka identik dengan moderasi beragama yang kebablasan. Dalam konteks akidah, kita sebagai pemeluk Agama Islam memang harus meyakini bahwa keyakinan kitalah yang paling benar, sementara non-Muslim juga memiliki keyakinan yang sama mengenai agama dan keyakinannya. Meski demikian, dalam konteks ini bukan berarti kita meyakini bahwa semua agama itu sama. (*)

Bagikan ini:

  • Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru) WhatsApp
  • Klik untuk berbagi di X(Membuka di jendela yang baru) X
  • Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru) Facebook
Tags: SatupenaSatupena JatimWawan Susetya

Comments 1

  1. Akaha Taufan Aminudin says:
    2 tahun ago

    Manfaat Mantaf full

    Balas

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

BERITA TERBARU

Pemkab Gresik Percepat Tindak Lanjut Rekomendasi BPK, Realisasi Capai 88%

Seleksi Perdana Gresik United Liga 3, Enam Pemain Muda Langsung Diikat Kontrak

ADVERTISEMENT

Mensos dan Bupati Gresik Tinjau Sekolah Rakyat, Tegaskan 3 Kunci Gagasan Presiden Prabowo

Cegah Tren Bendera One Piece, Polsek Cerme Bagikan Merah Putih ke Warga

Polantas Gresik Tebar Semangat Kemerdekaan di Jalan Raya Jelang HUT ke-80 RI

Prev Next

POPULER HARI INI

1.270 Calon Taruna Lolos Seleksi Akademi TNI 2025

Pengamat Politik Sebut Serangan ke Jenderal Dudung Bermotif Politik, Minta Stop Framing Jahat

Bila Terpilih Jadi Ketua DPD, Dofic Soroanggono Siap Kembalikan Kejayaan Golkar Kabupaten Malang

Umpatan “Ndasmu” Menurut Rasa Bahasa Jawa

Polisi Selidiki Mayat Pria Bertato Telanjang Mengambang di Sungai Brantas Malang

BERITA LAINNYA

Pengamat Politik Sebut Serangan ke Jenderal Dudung Bermotif Politik, Minta Stop Framing Jahat

Pengaduan ke Dewan Pers Naik 100 Persen, Mayoritas Dimenangkan Pengadu

Hankook Tire Rilis Laporan ESG 2024–2025, Dorong Ekonomi Sirkular di Industri Ban

Karya Seni “TERCORENG” di Yogya, Teriakan Kritik untuk Peradilan yang Timpang

Satsiber TNI Gelar Latihan Siber 2025, Perkuat Pertahanan Digital Nasional

Prev Next

BERITA KHUSUS

DPRD Kabupaten Malang dan Bupati Sanusi Sepakat Perkuat Tata Kelola Daerah

RSUD Gresik Sehati Resmi Dibuka, Percepat Akses Layanan Kesehatan di Gresik Selatan

Prev Next

POPULER MINGGU INI

1.270 Calon Taruna Lolos Seleksi Akademi TNI 2025

Umpatan “Ndasmu” Menurut Rasa Bahasa Jawa

Perjalanan Panjang Penyair Anto Narasoma

Hilda Daningtyas Terpilih Aklamasi, Pimpin IJTI Malang Raya 2025-2028

Susunan Pengurus IJTI Malang Raya 2025-2028 Resmi Dikukuhkan, Berikut Daftar Namanya

KONTEN PROMOSI
  • Tentang Javasatu
  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Pedoman Siber
  • Kode Perilaku Perusahaan
  • Perlindungan Wartawan

© 2025 Javasatu. All Right Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

  • Beranda
  • PENDIDIKAN
  • KESEHATAN
  • EKONOMI
  • PEMERINTAHAN
  • POLITIK
  • HUKUM
  • OLAHRAGA
  • WISATA & KULINER
  • ESAI

© 2025 Javasatu. All Right Reserved