Nokat Gus Farih
Oleh: Wahyu Eko Setiawan-Kepala Divisi Riset & Inovasi Komunikasi Publik Javasatu
Nokat adalah bahasa prokem Arek Malang, yang artinya Takon/ Bertanya. Arek Malang mempunyai karakteristik yang sangat egaliter dan blak-blakan. Kalau tidak tahu, pasti langsung bertanya. Lugas. Dalam bertanya pun, seringkali tanpa tedeng aling-aling. To the point. Bernas. Tidak suka basa-basi. Dari akar tradisi Nokat inilah, Arek-arek Malang mengasah kemampuan berpikirnya secara kritis. Itulah kenapa Arek Malang sangat vokal terhadap berbagai hal yang menyangkut daerahnya. Hal tersebut merupakan refleksi kecintaan Arek-arek Malang terhadap daerahnya.
Meskipun dalam kalimat-kalimat Nokat yang diajukan seringkali dibarengi dengan kata-kata yang mengandung humor dan sanepan, atau bahkan menjurus jadi kalimat sindiran, semuanya itu ditujukan untuk koreksi menuju perbaikan serta kemajuan bagi daerahnya. Maka, Nokat bagi Arek-arek Malang bukanlah sejenis rasa nyinyir ataupun sinisme negatif. Nokat justru menjadi sebuah strategi komunikasi yang efektif, kreatif dan konstruktif. Karena Arek-arek Malang sangatlah memahami, bahwa Malu Bertanya, Pasti Sesat di Jalan. Sedangkan Sesat Bertanya, Pasti Malu di Jalan. Itulah akar kreativitas dan local genius yang sudah tertanam di dalam setiap diri Arek-arek Malang.
Bagi orang-orang yang tidak memahami karakteristik Arek-arek Malang, bisa dipastikan akan sangat bingung dan terganggu dengan berbagai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh Arek-arek Malang dalam mengkritisi suatu hal di daerahnya. Bahkan mungkin akan menganggap bahwa Tradisi Nokat dari Arek-arek Malang, hanyalah sebuah bentuk rasa nyinyir dan pesimisme negatif. Tetapi sebaliknya, bagi orang-orang yang sangat memahami karakteristik Arek-arek Malang, justru sangat dibutuhkan untuk membangun Tradisi Nokat. Agar segala sesuatu hal yang terkait dengan pembangunan dan masa depan daerahnya, bisa lebih mudah dimengerti, dipahami dan didukung sepenuhnya oleh Arek-arek Malang.
Maka, sebenarnya Tradisi Nokat bisa dijadikan sebagai Titik Picu untuk menggerakkan seluruh potensi, energi dan daya gerak dari seluruh Arek-arek Malang untuk membangun daerahnya. Karena dari Tradisi Nokat, pasti akan terjalin komunikasi yang lebih terbuka, egaliter dan membumi. Juga mampu membangun kesadaran dan semangat bersama, untuk memperjuangkan masa depan Kota Malang. Karena dari pertanyaan-pertanyaan yang bisa diberikan jawabannya secara rasional, obyektif dan bisa diterima semuanya, pastilah bisa menumbuhkan kesadaran dan semangat bersama. Saling mengerti, memahami dan menyadari. Dari sinilah konektivitas dan ruang-ruang kolaborasi akan lebih mudah dibangun atas dasar inisiatif, niat dan tekad yang bulat. Untuk Masa Depan Kota Malang.
Dengan pengertian dan pemahaman dari Akar Tradisi Nokat yang ada di dalam diri Arek-arek Malang, maka dikembangkanlah sebuah wahana komunikasi massa untuk membangun Masa Depan Kota Malang. Wahana komunikasi massa tersebut adalah: Nokat Gus Farih.
Nah, mungkin yang menjadi pertanyaan adalah: Siapakah Sosok Gus Farih? Apa kiprahnya di Kota Malang? Apa karyanya bagi Kota Malang? Mau kemana Gus Farih? Apa yang hendak dilakukan Gus Farih ke depan untuk Masa Depan Kota Malang? Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya yang bisa diajukan secara bebas. Terbuka. Blak-blakan. Blokosuto. Siapapun, boleh Nokat Gus Farih. Nokat apapun tentang Masa Depan Kota Malang.
Ayo Rek, Nokat Gus Farih. Umak Nokat opo? Bebas. Karena kabeh podo dadi Dulur gawe Mbangun Masa Depan Kota Malang.
Oyi a Rek?
Oh ya, ate oyoyir ngene iki enak e Nokat opo yo ke Gus Farih? Nokat THR? Gampang! Nokat Parcel? Oyi tok wis. Sip ya Rek?
Ayo, Nokat Gus Farih.
Segera Hadir!