
OPINI
Optimalisasi Kebijakan Fiskal: Instrumen Strategis Mengatasi Kegagalan Pasar untuk Mendorong Inovasi
Oleh: Aisyah Nur Rahmadian-Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi, Jurusan Administrasi Publik
Dalam persaingan ekonomi global yang semakin ketat, inovasi dan kemajuan teknologi menjadi faktor penentu daya saing sebuah negara. Negara yang mampu mendorong perkembangan teknologi secara konsisten terbukti memiliki produktivitas lebih tinggi, lapangan kerja lebih berkualitas, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Namun, investasi dalam penelitian dan pengembangan (R&D) tidak selalu tumbuh sesuai kebutuhan. Ada market failure atau kegagalan pasar yang membuat sektor swasta enggan berinvestasi pada level optimal. R&D menghasilkan eksternalitas positif berupa knowledge spillover, di mana manfaat sosial jauh lebih besar dibanding manfaat yang diterima perusahaan penemu. Karena tidak mendapatkan keuntungan penuh, perusahaan cenderung berinvestasi lebih rendah dari kebutuhan nasional.
Di sinilah kebijakan fiskal menjadi instrumen strategis, bukan hanya sebagai stabilisator ekonomi, tetapi juga mesin pendorong inovasi jangka panjang.
Instrumen Fiskal untuk Meningkatkan Investasi R&D
Kebijakan fiskal yang mendukung inovasi umumnya terbagi menjadi dua pendekatan besar: insentif perpajakan dan belanja pemerintah.
1. Insentif Pajak (Tax-Based Incentives)
Instrumen sisi penerimaan ini bertujuan menurunkan biaya R&D bagi perusahaan.
a. Kredit Pajak R&D
Kredit pajak memungkinkan perusahaan memotong pajak terutang berdasarkan persentase belanja R&D. Skema ini dinilai paling efektif karena memberikan dorongan langsung, terutama bagi startup atau perusahaan yang belum mencetak laba signifikan.
b. Akselerasi Penyusutan
Melalui percepatan depresiasi untuk aset teknologi, perusahaan dapat meningkatkan arus kas pada tahap awal sehingga mampu melakukan reinvestasi lebih cepat.
c. Skema Patent Box
Pengenaan tarif pajak lebih rendah untuk pendapatan dari paten bertujuan mendorong komersialisasi inovasi dalam negeri.
2. Belanja Pemerintah (Government Spending)
Belanja publik dapat mengisi ruang yang tidak tersentuh sektor swasta.
a. Pendanaan Penelitian Dasar
Riset dasar memiliki social return tinggi, tetapi keuntungan komersialnya rendah. Tanpa dukungan pemerintah, riset dasar sulit tumbuh. Pendanaan ini menjadi fondasi bagi inovasi industri di masa depan.
b. Pengadaan Publik Berbasis Inovasi
Pemerintah bertindak sebagai first buyer untuk teknologi baru, misalnya energi bersih atau solusi digital layanan publik. Ini mengurangi risiko komersial bagi pelaku teknologi.
c. Modal Ventura Pemerintah
Melalui dana modal ventura atau seed capital, pemerintah dapat membantu startup teknologi yang berisiko tinggi namun berpotensi besar.

Perspektif Teori: Mengapa Intervensi Fiskal Diperlukan?
1. Teori Pertumbuhan Endogen (Endogenous Growth Theory)
Paul Romer dan para ekonom modern menekankan bahwa teknologi dan pengetahuan adalah hasil investasi—bukan variabel yang muncul otomatis. Artinya, kebijakan pemerintah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang secara permanen.
Subsidi dan insentif pajak R&D memperluas stok pengetahuan dan menciptakan efek berantai terhadap produktivitas.
2. Koreksi Eksternalitas Positif
Karena manfaat sosial R&D lebih tinggi daripada manfaat privat, pemerintah perlu memberikan insentif agar investasi mendekati tingkat optimal sosial. Skema fiskal berfungsi menginternalisasi eksternalitas tersebut.
3. Efek Crowding-In
Kebijakan fiskal yang tepat tidak menggantikan investasi swasta, tetapi justru memicu investasi yang lebih besar. Misalnya, kredit pajak R&D berbasis incremental spending terbukti efektif menciptakan crowding-in.
Tantangan Implementasi Kebijakan Fiskal Inovasi
Meskipun banyak justifikasi teoritis, praktik kebijakan fiskal untuk inovasi tidak selalu mudah.

-
Pengukuran R&D dan Inframarginal Spending
Menentukan mana belanja R&D yang benar-benar tambahan (inkremental) adalah tantangan besar. Kesalahan desain dapat membuat insentif hanya menjadi keuntungan tak produktif (windfall profit). -
Desain Skema yang Rumit
Insentif pajak yang terlalu kompleks menyulitkan pelaku usaha, terutama UMKM teknologi. -
Keterbatasan Ruang Fiskal
Di negara berkembang, anggaran R&D sering harus bersaing dengan kebutuhan lain seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. -
Kurangnya Sinergi Antar Kebijakan
Insentif fiskal tidak akan optimal tanpa dukungan ekosistem inovasi: perlindungan kekayaan intelektual, akses talenta STEM, hingga kemudahan regulasi.
Kesimpulan
Kebijakan fiskal memainkan peran penting dalam memacu inovasi, mendorong produktivitas, dan memperkuat pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Teori pertumbuhan endogen dan konsep eksternalitas positif menunjukkan bahwa intervensi pemerintah diperlukan untuk mengatasi kegagalan pasar dalam investasi R&D.
Dengan desain insentif yang tepat, transparan, dan terintegrasi dengan kebijakan pendidikan serta regulasi, Indonesia dapat membangun ekosistem inovasi yang lebih kuat dan kompetitif. Optimalisasi kebijakan fiskal bukan sekadar pengaturan anggaran, tetapi strategi nasional untuk memasuki ekonomi berbasis pengetahuan yang berkelanjutan. (*)
Tentang penulis:

Aisyah Nur Rahmadian Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi, Jurusan Administrasi Publik.