Rambu-Rambu Pengetahuan Sebelum Memasuki Spiritual
Oleh: Wawan Susetya – Sastrawan-budayawan dan penulis buku anggota Satupena Jawa Timur, tinggal di Tulungagung Jatim
KETIKA seseorang yang beragama Islam hendak memasuki wilayah spiritual, hendaknya mereka mempersiapkan diri dengan membekali pengetahuan sebagai rambu-rambu terlebih dahulu. Betapa banyaknya orang yang hanya ikut-ikutan ketika memasuki thariqah atau Tasawuf tanpa membekali dengan pengetahuan terlebih dahulu. Walhasil, karena kurangnya pemahaman, penghaatan, dan penjiwaan dalam menjalani amalan spiritual, akhirnya mereka tidak mendapatkan apa-apa. Jangankan menggapai makrifatullah (mengenal Allah), yang terjadi justru mengalami kekecewaan, bahkan kemudharatan yang lebih besar lagi.
Memang, setiap muslim diharapkan dapat menggapai makrifatullah, sebagaimana yang diisyaratkan Allah Swt dalam Surah Adz-Dzariyat ayat 56 yang artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-Ku.”
Para ulama sepakat bahwa yang dimaksud ayat tersebut, yakni menggapai makrifatullah.
Dari Al-Abbas bin Abdul Muthalib bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda: “Orang yang ridha Allah sebagai Tuhannya, akan merasakan nikmatnya iman.” (HR Imam Muslim).
Rasulullah Saw juga bersabda: “Akan merasakan kelezatan iman orang yang ridha dengan Allah sebagai Rabb (Tuhan), Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai rasul.”
Dengan demikian bahwa sabda Nabi Muhammad mengenai kelezatan iman tersebut mencakup tiga poin utama, yakni;
Pertama, ridha dengan Allah sebagai Rabb (Tuhan).
Kedua, ridha Islam sebagai agama.
Ketiga, ridha Muhammad Saw sebagai rasul-Nya.
Ketiganya menjadi satu-kesatuan yang tak dapat dipisah-pisahkan; “three in one”. Artinya, orang yang ridha dengan Allah sebagai Rabb (Tuhan), maka ia harus mengakui Islam sebagai agamanya dan Muhammad Saw sebagai rasul-Nya. Begitu pula sebaliknya; jika seseorang mengaku beragama Islam, maka ia harus menyembah Allah dan mengikuti tuntunan Nabi Muhammad Saw. Jika semuanya telah dihayati di dalam diri seseorang, maka ia telah menggapai keridhaan-Nya. Dan, ridha Allah tersebut, dalam khasanah Tasawuf, merupakan pencapaian yang tertinggi. Sementara, tangga-tangga atau sering disebut dengan istilah terminal dalam spiritualitas, yaitu taubat, wara’, sabar, ikhlas, syukur, tawakal, faqir, dan ridha.
Dalam hal ini, M. Quraish Shihab, pakar tafsir al-Qur’an dan cendekiawan muslim Indonesia, mengingatkan bahwa jika seseorang akan memasuki wilayah spiritual, maka ia dituntut memenuhi tiga persyaratan terlebih dahulu, yakni;
Pertama, seseorang harus memiliki pengetahuan yang memadai berkaitan dengan amalan spiritual keagamaan yang akan dijalaninya, yakni bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ilallah) atau makrifat kepada-Nya.
Kedua, seseorang harus mempersiapkan diri secara kejiwaan (psikologis) yang mendukung pelaksanaan setiap fase atau tahapan yang akan dilaluinya dalam dunia spiritualitas, yakni yang mendukung aktivitasnya dalam spiritualitas.
Ketiga, aktivitas atau pengamalan dari setiap fase atau maqam dalam spiritualitas secara sungguh-sungguh.
Penjelasan mengenai pengenalan kepada Allah (makrifatullah) sinkron terhadap anjuran Rasulullah Saw dalam menuntut ilmu. Artinya, berdasarkan sabda Baginda Rasul bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim, sedang ilmu yang diwajibkan itu ada tiga.
Pertama, ilmu makrifat, yakni ilmu untuk mengenal Allah.
Kedua, ilmu tasawuf, yakni ilmu yang berhubungan dengan ibadah batin, seperti ikhlas, tawakal, syukur, sabar, dan sebagainya.
Ketiga, ilmu syara’, yakni masalah halal dan haram yang merupakan rubu’ibadah, muamalah, munakahat, dan jinayat.
Dengan demikian, berdasarkan hadits di atas, salah satu ilmu yang wajib ditempuh oleh kaum muslimin yaitu ilmu makrifat (ilmu untuk mengenal Allah). Dan, hal itu berkaitan erat dengan akhlak terhadap Allah. Artinya, orang yang telah bermakrifat (mengenal Allah) berarti dia memiliki akhlak yang baik terhadap Allah Swt.
Berkenaan dengan makrifat atau pengenalan kepada Allah Swt, M. Quraish Shihab dalam bukunya Menyingkap Tabir Ilahi (1998) menjelaskan mengenai tingkatan pengenalan (kemakrifatan) kepada Allah ada tiga, yakni:
Pertama, pengetahuan tentang makna nama-nama Allah yang indah (Asmaaul Husna), dalam bentuk mukasyafah (terbuka tabir penutup) dan musyahadah (disaksikan dengan pandangan mata hati), sehingga ia menjadi demikian jelas berdasar argumen yang tidak disentuh oleh kesalahan.
Kedua, merasakan keagungan dari apa yang diketahui pada tingkat pertama di atas, sehingga mendorong mereka berbudi pekerti, sebatas kemampuan mereka, dengan sifat-sifat Yang Maha Agung itu, agar mereka mendekat kepada-Nya.
Ketiga, upaya sungguh-sungguh untuk meraih, sepanjang kemampuan, sifat-sifat Ilahi itu, menghiasi diri dan berakhlak dengannya, sehingga ia menjadi seorang Rabbani dan ketika itu yang bersangkutan menjadi teman para malaikat.
Itulah tingkatan-tingkatan dalam pengenalan kepada Allah (kemakrifatan) yang ditunjukkan oleh M. Quraish Shihab. Hal itu merupakan gambaran akhlak terhadap Allah Swt, Tuhan yang wajib disembah oleh manusia. (*)
Alhamdulillah semangat Sepanjang Masa Succesful Sedulur SatuPena SatuHati SatuJiwa SatuRasa KOMPAK KEBERSAMAAN TERUS BERGERAK PESAT Melejit ✒️ Aamin ya rabbal alamin