JAVASATU.COM-PASURUAN- Sebagai bagian dari pelaksanaan tanggung jawab Perusahaan terhadap lingkungan, PT Heinz ABC Indonesia (ABC) kembali melanjutkan program penanaman 1.000 pohon untuk mendukung kegiatan Konservasi Hutan dan Daerah Tangkapan Air (KHDTA), khususnya di wilayah Jawa Timur. Program penanaman 1.000 pohon kali ini dilakukan bersama dengan Yayasan Cempaka di daerah tangkapan air Curah Tangkil, Desa Dayurejo Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur pada Rabu (08/05/2024).
Diketahui, sejak 2018 lalu, ABC telah berkolaborasi dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Forum Daerah Aliran Sungai Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, untuk menanam setidaknya 4.000 pohon di berbagai kawasan Daerah Tangkapan Air untuk mendukung konservasi hutan dan mata air.
Hendry Pranadjaya Oeswadi, Pasuruan Plant Manager Kraft Heinz Indonesia mengatakan, sejak awal beroperasi di tahun 1996, Pabrik Heinz ABC di Pasuruan berkomitmen untuk menghadirkan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. Bersama-sama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan.
“Tahun ini kami meneruskan program penanaman 1.000 pohon, sebagai bagian dari upaya bersama memelihara sumber mata air bagi masyarakat. Kami berkomitmen untuk melakukan penanaman pohon ini secara berkala hingga setidaknya sepuluh tahun kedepan. Semoga upaya kolektif ini dapat menghadirkan dampak baik, tidak hanya bagi konservasi lingkungan, tapi juga bagi para petani dan kehidupan masyarakat setempat,” ungkapnya melalui keterangan tertulis yang diterima redaksi media ini pada Selasa (14/05/2024).
“Komitmen terhadap konservasi air dan lingkungan merupakan bagian dari pilar Environment Stewardship dalam tiga fokus utama Environment Social Governance (ESG), yang diusung oleh ABC sebagai bagian dari tujuan membangun bisnis yang berkelanjutan di Indonesia,” tambahnya menegaskan.
Sarifudin Lathif, Direktur Yayasan Cempaka menjelaskan, tahun ini, ada 1.000 bibit tanaman yang akan ditanam bersama ABC, dimana sebagaian besar merupakan jenis tanaman buah, seperti Alpukat, Durian, Kopi, Kayu Manis, serta tanaman lokal seperti Pohon Sintok.
“Selain untuk tujuan konservasi area resapan air, kagiatan ini juga diharapkan akan turut meningkatkan perekonomi petani dan masyarakat dengan sistem agroforestri.,” ungkapnya.
Dalam pelaksanaannya, kegiatan penanaman dilaksanakan dalam bentuk kolaborasi multi-pihak, melibatkan berbagai sektor, mulai dari ABC sebagai pelaku usaha, sekaligus pemrakarsa dan kontributor
Lebih jauh diungkapkan, pendanaan, Yayasan Campaka sebagai LSM Lingkungan & Pemberdayaan Sosial sebagai mitra pelaksana utama, serta disupervisi langsung dibawah koordinasi Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan. Kegiatan juga melibatkan Forum Koordinasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Pasuruan, yang akan terlibat langsung dalam penentuan lokasi konservasi, monitoring, dan evaluasi program. Kegiatan penanaman juga melibatkan Kelompok Petani Pengelola Hutan Desa yang akan membantu pelaksanaan di lapangan, mulai dari pengadaan bibit, penanaman, perawatan, serta penjagaan pohon yang ditanam.
Sugito, Ketua Pengurus Lembaga Pengelola Hutan Desa Lokajaya Binangun, Desa Dayurejo, menyambut baik kegiatan ini.
“Kami mengapresiasi kolaborasi yang terjalin baik. Keterlibatan para pemangku kepentingan, khususnya kelompok masyarakat setempat merupakan hal yang sangat penting, sehingga tidak hanya masyarakat dapat menikmati manfaat dari hasil panen untuk peningkatan kesejahteraan, tapi mereka juga ikut aktif memelihara pertumbuhan pohon-pohon ini secara optimal”, ungkap Sugito.
Muhamad Muhsin, perwakilan Bidang Tata Lingkungan DLH Kabupaten Pasuruan, menjelaskan, melalui hasil monitoring didapati bahwa kegiatan rutin penananam pohon di daerah tangkapan air Curah Tangkil ini telah berkontribusi terhadap kestabilan debit mata air Curah Tangkil.
“Dulunya sumber mata air hanya mengalir pada saat musim hujan. Setelah dilakukan konservasi, debit mata air mengalir hingga 60 liter/menit di musim hujan dan terus mengalir hingga 18 liter/menit pada saat musim kemarau. Kondisi ini sangat berarti bagi setidaknya 86 petani hutan setempat yang menggunakan sumber mata air Curah Tangkil sebagai sumber air bagi irigasi, dan ternak mereka di Desa Dayurejo,” kata dia.
Diungkapkan lebih lanjut, untuk memastikan kondisi pohon tetap terpantau dengan baik, kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan dua tahap setiap tahunnya. Monitoring tahap pertama dilakukan pada saat paska penanaman berupa pendataan dan pemasangan label tanam. Monitoring tahap kedua, yakni 6 bulan pasca-penanaman untuk menghitung tingkat pertumbuhan pohon.
“Seluruh kegiatan pendataan dan pengukuran dilakukan menggunakan teknologi aplikasi digital (Aplikasi BumiBaik ), yang akan memberikan informasi label pohon, foto pohon, titik koordinat penanaman, hingga pertumbuhan pohon dalam bentuk laporan dan peta (maps) digital,” tandasnya. (Saf)