Javasatu,Malang- Inovasi dan kreativitas menjadi dua piranti penting untuk dapat tetap bertahan dan eksistensi di masa pandemi. Inilah yang coba dimanfaatkan oleh pengrajin Gamelan kota Malang Arik Sugianto dalam menghasilkan karya alat musik tradisional Gamelan, di bengkelnya, daerah Lesanpuro Kota Malang.
Arik, dibantu dua orang rekan menempa lempeng Kuningan mengisi cetakan mal yang telah dipersiapkan. Ia akan membuat Gamelan Bonang, asli Indonesia.
Menekuni usaha kerajinan gamelan mulai 2012, Arik kini memilik sejumlah pelanggan tetap dari penggiat seni tradisional hampir di seluruh wilayah Indonesia. Di masa pandemi, keadaan berubah sebaliknya.
“Bukan menurun ya mas, udah terjun payung yaa.. hehe. Terjun drastis sampai angka 75 persen menurunnya. Baik gamelan baru, eceran, atau set. Banyaknya cuma servis alat gong atau gendang.” ujar Arik.

Menurut Arik, sebelum pandemi pesanan rutin dua set gamelan. Kini dirinya harus putar otak agar tetap bisa eksis.
“Selain nunggu orderan servis, saya berinovasi di Handpan. Sepetinya menjanjikan karena cara mainnya Semdir tidak berkerumun gitu. Saya coba disini. ” Imbuhnya.
Ada beberapa penyesuaian dalam membuat handpan ke gamelan. Beberapa tonasi nada seperi selendro dan pelok pada gamelan menjadi nyawa baru dalam Handpan buatan Arik .
Hand pan sendiri mendapat minat yang cukup baik dari Indonesia. Namun harganya yang mahal membuat hanya sebagian kalangan yang mampu untuk mendapatkan.
“Antusias sih, cuman terkendala di harga. Kisaran pengrajin Indonesia 12-17 juta. Sedangkan di luar negeri 60-150 juta rupiah per unit.” Paparnya.
Di masa pandemi ini, Arik merasa bahwa penjualan gamelan mulai lesu. Selain daya beki yang berkurang juga dipengaruhi pola industri seni .
“Konsumen gamelan sekarang adalah konsumen musik tradisi. Hm, jadi selama pelaku tidak bisa melakukan pementasan, berdampak pada penurunan gamelan saya secara pemasaran. ” Katanya lagi. (Dop/Krs)