JAVASATU.COM- Banjir besar yang melanda Aceh dalam 10 hari terakhir telah melumpuhkan sebagian besar wilayah provinsi tersebut. Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau akrab disapa Mualem, menyebut bencana ini sebagai “tsunami kedua” yang dampaknya mengingatkan pada tragedi 2004 silam.

Dalam wawancara eksklusif dengan Najwa Shihab pada Minggu (07/12/2025) malam, Mualem tak kuasa menahan air mata saat menceritakan kondisi rakyatnya.
“Semoga bantuan dapat di Aceh, dapat orang tolong ke Aceh,” ujarnya terisak, menggambarkan beratnya beban yang dipikul di tengah kehancuran infrastruktur dan korban jiwa yang terus bertambah.
Keanehan Alam dan Dampak Masif
Hujan deras yang mengguyur selama 8 hari 8 malam menjadi pemicu utama bencana ini. Namun, Mualem menyoroti beberapa keanehan yang membedakan banjir kali ini dengan tsunami 2004. Ia mencatat bahwa air banjir berwarna hitam, berbau, dan menyebabkan gatal serta perih.
Lebih mengerikan lagi, Mualem menyaksikan banyak hewan melata seperti ular besar dan biawak yang biasanya bertahan hidup, kini mati terbawa arus. Jenazah korban manusia pun ditemukan dalam kondisi memprihatinkan, tersangkut di pohon atau jembatan karena ketiadaan lahan kering untuk pemakaman.
Infrastruktur pun hancur lebur. Rumah-rumah kayu tersapu bersih ke laut, jembatan putus, dan akses jalan darat di beberapa kabupaten seperti Aceh Tamiang, Bireuen, dan Aceh Tengah lumpuh total. Aceh Tamiang disebut sebagai wilayah terparah, diikuti Aceh Utara dan Aceh Timur.
Respons Tanggap Darurat dan Kendala
Memasuki hari ke-10, Mualem melaporkan bahwa listrik mulai menyala dan beberapa jembatan darurat telah dibangun. Namun, distribusi bantuan ke daerah terisolir masih menjadi tantangan besar. Di Aceh Timur, misalnya, wilayah Pinding belum tersentuh bantuan sama sekali.
Untuk mengatasi hal ini, Mualem telah meminta bantuan helikopter kepada Presiden untuk menjangkau daerah terpencil. Ia juga proaktif meminta bantuan negara sahabat seperti Malaysia dan China yang telah mengirimkan tim medis dan obat-obatan, tanpa melalui birokrasi pusat yang berbelit.
Kritik Keras untuk Pemimpin Daerah
Di tengah upaya kerasnya, Mualem tak segan mengkritik bupati-bupati yang dinilainya lamban dan kurang bertanggung jawab.
“Kalau ada pemimpin yang cengeng seperti itu ya balik kanan saja,” tegasnya. Ia menyesalkan adanya laporan pemimpin daerah yang justru asyik berkaraoke di saat rakyatnya menderita.
Harapan dan Kebutuhan Mendesak
Saat ini, kebutuhan paling mendesak bagi warga Aceh adalah obat-obatan, perlengkapan dapur, alat ibadah, selimut, pakaian, dan gas LPG 3 kg.
Untuk jangka panjang, Mualem menekankan pentingnya pemulihan sektor pendidikan, mengingat banyak sekolah hancur. Ia berharap proses belajar mengajar bisa segera pulih dengan bantuan tenda-tenda darurat.
Menutup wawancara, Mualem kembali mengingatkan pentingnya berserah diri kepada Tuhan di tengah musibah ini.
“Kalau kita bergantung pada manusia, kita kecewa. Tapi kalau kita bergantung kepada Allah, kita terima semua apa adanya,” pungkasnya dengan nada pasrah namun penuh keyakinan. (jup)
Sumber: Diolah dari kanal YouTube Najwa Shihab pada Minggu (07/12/2025) malam.