Javasatu,Malang- Metode diet dewasa ini memang semakin beragam. Ada yang menerapkan diet mayo. Yakni hanya makan makanan tertentu saja dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan. Kemudian, ada juga diet keto. Yaitu diet yang banyak dilakukan dengan cara menghindari konsumsi makanan berkarbonhidrat dan gula secara berlebih dan menggantinya dengan makan-makanan yang mengandung lemak sehat, protein dan makanan bernutrisi lainnya.

Namun setahun belakangan, ada lagi metode diet yang sedang hits. Yakni diet enak bahagia menyenangkan (DEBM). Metode diet ini dipopulerkan oleh Robert Hendrik Liembono. Dengan metode DEBM, dia yang pernah memiliki berat badan 107 kilogram berhasil menurunkannya hingga menjadi 75 kilogram.
Diolah dari berbagai sumber, diet ini melarang pelakunya untuk mengonsumsi karbohidrat dalam berbagai macam bentuk. Karena percaya bahwa karbohidrat adalah penyebab utama obesitas. Selain itu, diet ini juga diharuskan untuk menghindari konsumsi gula dalam bentuk apapun. Baik dari sumber buah, sayur bahkan madu.
Sayur-sayuran yang boleh dikonsumsi adalah yang yang tidak mengandung pati tinggi seperti wortel, kembang kol, buncis, brokoli, dan sayuran hijau lainnya.
Tapi enaknya, dengan diet ini pelakunya bisa mengonsumsi makanan tinggi protein hewani bahkan berlemak dan tidak perlu menghindari produk susu dan turunannya. Misalnya saja keju. Jadi, makan makanan tinggi protein seperti telur, daging sapi, unggas dengan cara digoreng, tidak dilarang dalam diet ini. Bahkan bisa juga nyemil dengan diet ini. Camilan yang dianjurkan adalah krupuk kulit alias rambak. Namun, makanan protein nabati harus dihindari. Misalnya saja tahu, tempe dan santan peras.

Lantas, melarang penganutnya untuk mengonsumsi karbohidrat, gula serta protein nabati, amankah DEBM dilakukan? Salah satu ahli gizi dari Malang, Ayu Bulan Febry KD, SKM MM menjelaskan, diet ini boleh saja diterapkan. Hanya saja tidak untuk jangka panjang.
“Ini diet rendah karbohidrat. Boleh diterapkan tapi tidak untuk jangka panjang. Harus diimbangi olahraga jika tujuannya untuk menurunkan berat badan,” bebernya kepada Javasatu.com, Selasa (30/7).
Ayu sarankan, jika berat badan sudah ideal sebaiknya dilanjutkan dengan konsumsi gizi seimbang. DEBM jika dilakukan dalam jangka waktu panjang, tentunya tubuh akan kekurangan beberapa zat penting. Misalnya saja karbohidrat.
Perempuan yang sudah menulis beragam buku kesehatan ini menjelaskan, DEBM bisa menurunkan berat badan walau makan makanan berprotein tinggi dan berlemak. Alasannya, saat glukosa dari karbohidrat rendah dalam tubuh, maka tubuh akan menggunakan lemak sebagai sumber energi.
“Makanya tubuh menjadi kurus,” tandas dia. (ayu)