JAVASATU.COM- Lembaga Perempuan Dayak Nasional (LPDN) menyampaikan sejumlah keinginannya di masa proyek pembangunan ibu kota baru atau Ibu Kota Nusantara (IKN) di Bumi Borneo. Menurutnya, pembangunan yang tengah dilakukan harus selaras dengan situasi dan kondisi sosial budaya lokal dan adat istiadat suku setempat, dalam hal ini dayak.

Ketua LPDN, Ir. Nyelong Inga Simon menegaskan, hutan telah menjadi pembentukan budaya dan sumber makanan orang dayak.
“Jika hutan itu punah, maka punahlah segala budaya dan sumber makanan orang Dayak,” ujar Inga dlam keterangan tertlis yang diterima redaksi media ini pada, Rabu (6/9/2023).
Memang, tidak hanya proyek IKN yang saat ini berjalan di pulau Kalimantan. Sejumlah proyek lainnya secara bersamaan juga sedang berlangsung, seperti proyek food estate, pertambangan dan juga perkebunan sawit.
Harapan-harapan itu disampaikan Nyelong Inga Simon di sela-sela acara Forum Group Discussion (FGD) bersama Lemhanas RI di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.
Pertemuan itu tak lepas dari agenda pencapaian 20 tahun Social Forestry perlu ditindaklanjuti sesegera mungkin. Sehingga perlu adanya keterlibatan perempuan Dayak dalam upaya pelestarian hutan dan bagaimana dapat berkontribusi dalam merancang rencana pembangunan yang berkelanjutan.
“Artinya semua jenis pembangunan yang berkenaan dengan alam dan hutan Borneo harus ada jaminan bahwa budaya Dayak tidak luntur atau punah,” imbuhnya.
Sekali lagi Nyelong Inga Simon menegaskan, keterlibatan perempuan Dayak adalah langkah yang tepat dalan menjaga kelestarian, penguatan dan pemberdayaan hutan Bumi Borneo.
“Bahwa yang tepat untuk mengelola hutan ini adalah perempuan Dayak, utamanya dalam hal menjaga kelestarian, penguatan, dan pemberdayaan untuk mengisi pembangunan IKN tak lepas dari aspek sosial ekonomi yang dimiliki perempuan Dayak,” pungkas Inga.
Sementara, Menteri Negara Lingkungan Hidup Indonesia 1999– 2001, Alexander Sonny Keraf mendorong perwujudan inklusivitas. Sehingga dengan adanya proyek IKN tidak malah membuat penduduk lokal hanya menjadi penonton.
“Pengembangan kota-kota baru biasanya tidak memperhatikan penduduk lokal, lalu mereka tersingkir dan menjadi penonton. Itu bisa menjadi bom waktu konflik horizontal di kemudian hari,” Sonny menjelaskan.
Ia mendorong keterlibatan perempuan yang memiliki keepdulian terhadap kehidupan, sebagainana kodrat yang melekat para seorang wanita.
“Stop deforestasi hutan! Kembalikan hutan ke fungsi vitalnya. Diantaranya klimatologis pengatur iklim, hidrologis untuk air, menyumbang udara bersih, sumber pangan, sumber energi,” ujar Sonny mengakhiri. (Jup)