JAVASATU.COM-MALANG- Suasana hangat dan ceria menyelimuti Sekolah Luar Biasa (SLB) Dharma Wanita Turen, Kabupaten Malang, Kamis (24/4). Sekitar 70 pelajar berkebutuhan khusus dari jenjang SD hingga SMA larut dalam kisah dongeng yang dibawakan oleh Sanggar Dongeng Kepompong Nusantara.
Dipandu oleh pendongeng Yudi Agus Priyanto, yang akrab disapa Kak Yudi, dongeng bertema persahabatan dan tolong-menolong sukses memikat perhatian siswa. Tak hanya bercerita, Kak Yudi juga menghadirkan boneka Jojo yang menambah keceriaan dan tawa para siswa.
“Aku ingin mengajak para pelajar untuk terus berbuat baik dan saling tolong menolong,” ujar Yudi Agus Priyanto, Ketua Yayasan Sanggar Dongeng Kepompong Nusantara.

Dongeng yang dibawakan berjudul Harimau dan Tikus, mengandung pesan moral tentang saling memaafkan dan membantu sesama. Para siswa tampak antusias menyimak cerita, termasuk siswa netra, tuli, dan penyandang autisme, cerebral palsy, hingga difabel fisik lainnya. Guru pendamping turut menyampaikan isi dongeng menggunakan bahasa isyarat agar seluruh siswa dapat memahami pesan cerita.
Menurut Yudi, pihaknya telah mempersiapkan metode penyampaian khusus agar dongeng dapat diakses oleh seluruh siswa, termasuk mereka dengan kebutuhan komunikasi alternatif.
“Dongeng untuk semua, senang sekali bisa hadir di antara pelajar istimewa ini,” kata Yudi.
Kepala SLB Dharma Wanita Turen, Akhmad Setyawan Cahyono, menyampaikan apresiasinya atas kegiatan tersebut.
“Terima kasih telah menghibur dan membersamai para siswa istimewa ini,” ucapnya.
Tak hanya siswa, orang tua yang turut hadir juga tampak antusias menyimak jalannya dongeng. Salah satu wali siswa, orang tua dari Bayu Pradana, siswa kelas 10 asal Ampelgading menyambut baik kegiatan ini.
“Bersyukur Sanggar Kepompong mendongeng di sini, kalau bisa rutin,” tuturnya.
Kegiatan dongeng ditutup dengan pembagian susu dan roti bagi seluruh siswa. Meski begitu, beberapa orang tua berharap agar program makan siang bergizi gratis yang dijanjikan Presiden Prabowo juga segera menyentuh siswa berkebutuhan khusus.
Melalui kegiatan ini, dongeng kembali terbukti menjadi sarana edukatif yang inklusif dan menyenangkan bagi semua kalangan, tanpa terkecuali. (Jup)