JAVASATU.COM-MALANG- Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya. Prof Sri Edi Swasono, Ketua Umum Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa menyebut, Taman Siswa diberikan peran nasional yang tidak boleh disia-siakan. Ungkapan itu disampaikan Edi Swasono dalam pidato peringatan Hardiknas yang dikirimkan ke redaksi Javasatu,com pada Selasa (2/5/20223).

Prof Edi Swasono menyampaikan, peringatan Hardiknas tanggal 2 Mei sesuai tanggal kelahiran Ki Hadjar Dewantara yakni 2 Mei 1889.
“Ki Hadjar Dewantara, terlahir sebagai Raden Mas Soewardi Soerjaningrat lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889, wafat di Yogyakarta tanggal 26 April 1959,” kata Prof Edi Swasono dalam cupilkan pidatonya.
Menurut dia, berarti tanggal kelahiran Ki Hadjar telah mengemban arti penting dalam kehidupan nasional, yaitu suatu ‘Peran Nasional’ untuk menyelenggarakan
pendidikan bagi Bangsa Indonesia.
“Peran nasional ini tidak bisa dipisahkan dari Ki Hadjar. Mengingat perjuangan Ki Hadjar adalah pendiri Taman Siswa, maka peran nasional ini tidak bisa dipisahkan dari Taman Siswa. Taman Siswa tidak boleh menyia-nyiakan peran nasional ini. Taman Siswa harus terus-menerus produktif dalam melahirkan pemikiran-pemikiran gemilang untuk memenuhi kebutuhan permanen dalam memajukan peradaban manusia,” terang dia.
Karena, lanjut dia, Pendidikan adalah kunci untuk mendesain masa depan bangsa, untuk meningkatkan humanisme dan upaya humanisasi.
Menurut dia, arah daripada pendidikan adalah meningkatkan derajat kemampuan manusia, untuk memanusiakan manusia agar berharga-diri dan percaya-diri.
“Oleh karena itu keberhasilan pembangunan, baik pada tingkat lokal, nasional maupun mondial, diukur dari meningkatnya humanisasi dan kapabilitas manusia,” jelasnya.
“Taman Siswa mengemban suatu peran nasional yang intinya terkait dengan memajukan peradaban, mendorong proses humanisasi, dan meningkatkan kapabilitas manusia untuk pembangunan nasionalnya,” tambah dia menegaskan.
Lebih jauh, Prof Edi Swasono menerangkan, Ki Hadjar Dewantara ikut dalam mempersiapkan pendirian Republik Indonesia. Banyak yang mengabaikan kenyataan sejarah ini sebagai modal historis Taman Siswa.
“Beliau ikut mempersiapkan draft UUD 1945 sebagai anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang didirikan oleh Pemerintah Jepang di Indonesia pada tanggal 29 April 1945. BPUPKI dibubarkan tanggal 7 Agustus 1945. Dari bubarnya BPUPKI berdirilah PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang anggota-anggotanya sebagian besar dipilih dari tokoh-tokoh di BPUPKI,” ungkapnya.
“Mari kita catat pula, Ki Hadjar menggariskan visi Taman Siswa untuk mewujudkan Taman Siswa sebagai Badan Perjuangan Kebudayaan dalam
pembangunan masyarakat, dengan menggunakan pendidikan dalam arti luas untuk membangun masyarakat yang tertib, damai, salam, dan bahagia,” ucapnya.
Terakhir, Prof Edi Swasono mengajak untuk berpegang teguh berpedoman kepada makna peringatan Hardiknas.
“Kita harus mampu mengolah kekayaan alam Indonesia yang melimpah, baik yang ada di bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, untuk dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat, harus kita pegang teguh sebagai pedoman. Pendidikan harus dapat meningkatkan derajat kemampuan dan kapabilitas manusia melalui humanisasi. (Saf)